CYBERMEDIA Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Cybermadia Dosen Pengampu: Bpk. Saptoni M A Disusun Oleh : Nurhana Marantika (05210032) JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2007
PENDAHULUAN WALISANGA berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid. Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan drajat adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal. Mereka tinggal di pantai utara jawa dari awal abad-15 hingga pertengahan abad- 16 di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur. Demak- Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kamasyarakatan hingga pemerintahan. Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah institusi pendidikan paling penting di masa itu. Era Walisanga adalah era berakhirnya dominasi Hindhu-Budha dalam budaya NUSANTARA untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peran mereka yang sangat besar dalam mendirikan kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masysarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat Sembilan Wali ini lebih banyak disebut disbanding yang lain. Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Makalah ini mencoba untuk mengupas tuntas daripada dakwah salah satu dari Sembilan Wali yang tersebut diatas, yaitu Sunan Ampel. Pengkajian mengenai dakwah Sunan Ampel ini sangat penting bagi kia, untuk mengetahui metode dakwah Sunan Ampel, perjuangan beliau dalam mendakwahkan Islam, problematika yang beliau hadapi dalam mendakwahkan Islam. Perjalanan dakwah beliau dari awal hingga akhir hayat beliau akan dibedah secara langkap dalam makalah ini. 1
BIOGRAFI SUNAN AMPEL Sunan Ampel merupakan salah seorang anggota Walisanga yang sangat besar jasanya dalam perkembangan Islam di Pulau Jawa. Sunan Ampel adalah bapak para wali.dari tangannya lahir para pendakwah Islam kelas satu di bumi tanah jawa. Nama asli Sunan Ampel adalah Raden Rahmat. Sedangkan sebutan sunan merupakan gelar kewaliannya, dan nama Ampel atau Ampel Denta itu dinisbatkan kepada tempat tinggalnya, sebuah tempat dekat Surabaya 1. Ia dilahirkan tahun 1401 Masehi di Champa. Para ahli kesulitan untuk menentukan Champa disini, sebab belum ada pernyataan tertulis maupun prasasti yang menunjukkan Champa di Malaka atau kerajaan Jawa. Saifuddin Zuhri (1979) berkeyakinan bahwa Champa adalah sebutan lain dari Jeumpa dalam bahasa Aceh, oleh karena itu Champa berada dalam wilayah kerejaan Aceh. Hamka (1981) berpendapat sama, kalau benar bahwa Champa itu bukan yang di Annam Indo Cina, sesuai Enscyclopaedia Van Nederlandsch Indie, tetapi di Aceh. Ayah Sunan Ampel atau Raden Rahmat bernama Maulana Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi, yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Gresik. Ibunya bernama Dewi Chandrawulan, saudara kandung Putri Dwarawati Murdiningrum, ibu Raden Fatah, istri raja Majapahit Prabu Brawijaya V. Istri Sunan Ampel ada dua yaitu: Dewi Karimah dan Dewi Chandrawati. Dengan istri pertamanya, Dewi Karimah, dikaruniai dua orang anak yaitu: Dewi Murtasih yang menjadi istri Raden Fatah (sultan pertama kerajaan Islam Demak Bintoro) dan Dewi Murtasimah yang menjadi permaisuri Raden Paku atau Sunan Giri. Dengan Istri keduanya, Dewi Chandrawati, Sunan Ampel memperoleh lima orang anak, yaitu: Siti Syare at, Siti Mutmainah, Siti Sofiah, Raden Maulana Makdum, Ibrahim atau Sunan Bonang, serta Syarifuddin atau Raden Kosim yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Drajat atau kadang-kadang disebut Sunan Sedayu. Sunan Ampel dikenal sebagai orang yang berilmu tinggi dan alim, sangat terpelajar dan mendapat pendidikan yang mendalam tentang agama Islam. Sunan Ampel juga dikenal mempunyai akhlak yang mulia, suka menolong dan mempunyai keprihatinan sosial yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial. 1 Ridin Sofwan, dkk. Islamisasi di Jawa. Pustaka Pelajar: 2004. Yogyakarta. hlm 35 2
PEMBAHASAN A. Perjalanan Dakwah Sunan Ampel Bebrapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke Pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang,sawaktu di Palembang menjadi tamu Arya Damar selama dua bulan. Ia berusaha memperkenalkan Islam kepada raja muda Palembang anak Sri Kertawijaya itu. Arya Damar yang sudah tertarik kepada Islam hampir saja mengikrarkan masuk Islam, tetapi karena tak berani menanggung resiko menghadapi tindakan rakyatnya yang masih terikat pada kepercayaan lama, maka ia tidak menyatakan keislamannya dihadapan umum 2. Kemudian mereka melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya seorang putri dari Champa, bernama Dwarawati yang dipersunting salah seorang Raja Majapahit beragama Hindhu brgelar Prabu Sri Kertawijaya. Sunan Ampel adalah bapak para wali, dari tangannya lahir para pendakwah Islam kelas satu di bumi tahan Jawa. Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, menurut penuturan Babad Gresik, Raden Rahmat berhasil menjadikan daerahnya yang semula berair dan berlumpur menjadi daerah yang makmur. Didirikan pula pesantren, sehingga Ampel menjadi pusat dakwah Islam. Dia menerima gelar dari pengikutnya Sultan Makhdum. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan abad-15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang terus dibina secara sungguh-sungguh, Raden Rahmat berhasil menelurkan orang-orang yang ahli agama dan menguasai ajaran Islam serta mempunyai dedikasi tinggi dalam mengamalkan dan menyiarkan Islam. Diantara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarkan untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura. 2 Ridin Sofwan, dkk. Islamisasi di Jawa. Pustaka Pelajar: 2004. Yogyakarta. hlm 47 3
Suana Ampel menganut Mahdzab Fiqh Hanafi. Namun, pada para santrinya, Ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Tidak banyak yang diajarkan Sunan Ampel. Dia hanya mengajarkan Moh Limo. Artinya tidak bersedia melakukan lima perkara yang batil. Yakni: moh main (tidak mau berjudi), moh ngombe (tidak mau minum), moh maling ( tidak mau mencuri), moh madat (tidak mau mengisap candu) dan yang kelima adalah moh madon (tidak mau berzina). Ajaran ini disebarkan ke seantero negeri. Lambat laun kalimat itu mulai akrab ditelinga dan lidah masyarakat. Akhirnya istilah moh limo menjadi falsafah hidup yang ditaati dan sakral. Demikianlah cara Sunan Ampel pelan-pelan meluruskan akhlak rakyat. Pemikiran Sunan Ampel dan strategi dakwahnya yang mapan, membuat dakwah di Jawa merata dan dapat berkembang dengan pesatnya. Jawa yang menjadi hijau dalam waktu yang relative singkat. Konsep pengajaran Sunan Ampel adalah mendekatkan diri dengan masyarakat. Sunan Ampel juga mengadopsi beberapa istilah agar familiar bagi rakyat. Kata shalat diganti sembahyang yang berasal dari sembah hyang. Mushola diganti langgar yang berasal dari kata sanggar. Murid yang belajar di pesantrennya dinamai santri yang berasal dari kata santhri, artinya orang yang memahami kitab suci agama Hindhu. Pengaruh Sunan Ampel didunia politik adalah Sunan Ampel merupakan tokoh dibelakang Raden Fattah yang punya peran besar dalam penyebaran Islam di seluruh tanah Jawa. Dan melalui murid-muridnya ia mampu menyebarkan Islam sampai ke Ternate dan Tidore yang terus berlanjut sampai ke Bima. Fakta ini menunjukkan bahwa peran Sunan Ampel secara politis telah memberikan pengaruh kuat pada Raden Fattah yang bertindak sebagai Raja Demak saat itu. Sedangkan pengaruhnya dari sisi pendidikan adalah memberi motivasi kuat untuk membangun bangsa tidak hanya berupa pendirian pesantren dan tasawuf seperti yang dilakukan oleh Sunan Giri dan Sunan Muria. Inilah peran utama Sunan Ampel perhadap dakwah Islam di tanah air, khususnya di tanah Jawa. Dalam dakwahnya Sunan Ampel pada prinsipnya menghendaki adanya keimanan yang murni. Sehingga pada mulanya Sunan Ampel kurang setuju apabila adat istiadat 4
atau kebiasaan penduduk Jawa seperti kenduri, selamatan, bersesaji, dan sebagainya dibolehkan tetap hidup dalam sistem sosio cultural masyarakat yang telah memeluk agama Islam. Namun karena Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus menginginkan agar adat istiadat Jawa itu untuk sementara sebaiknya tetap dibiarkan tetapi diselipi nafas Islam, maka akhirnya Sunan Ampel tidak keberatan. Perlu diketahui bahwa keberatan Sunan Ampel terhadap adat istiadat Jawa tersebut dikhawatirkan hal tersebut akan menimbulkan bid ah. Sunan Ampel sangat memperhatikan kaderisasi. buktinya, dari sekian putra dan santrinya, adayang kemudian menjadi tokoh Islam terkemuka. Dari perkawinwnnya dengan Dewi Chandrawati, Sunan Ampel dikaruniai lima anak. Dua diantanya juga menjadi wali, yaitu Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Sunan Ampel sangat terkenal dalam menyampaikan dakwah. Ia merupakan orator yang pandai memikat pendengar.didalam masa penyebaran agama Islam Sunan Ampel suka memberikan petuah-petuah ataupun sesuatu yang dapat menyembuhkan penyakit dengan hanya berucapkan dua kalimat Syahadat Butir-butir nasehat Sunan Ampel adalah 3 : 1) Barangsiapa hanya mengakui yang terlihat oleh mata saja, itu berarti belum mengerti hekekat Tuhan 2) Jikalau engkau mempunyai ilmu yang menyebabkan banyak orang suka padamu, janganlah engkau merasa pandai, sebab kalau Tuhan mengambil kembali ilmu yang menyebabkan engkau tersohor itu, engkau menjadi tak berbeda dengan yang lain, bahkan nilainya menjadi dibawah nilai daun jati yang sudah kering. 3) Barangsiapa suka membuat senang orang lain, ia akan mendapat balasan yang lebih banyak daripada yang ia lakukan 3 Purwadi, dkk. Dakwah Walisanga (Penyebaran Islam Berbasis Kultural di Tanah Jawa ). Panji Pustaka. 2007. Yogyakarta. hlm 27 5
B. Problematika Dakwah Sunan Ampel Karena pengaruh dari Sunan Ampel yang begitu besar terhadap istana Majapahit, maka penyebaran agama Islam didaerah yang menjadi kekuasaan Majapahit, khususnya di pantai utara Pulau Jawa, tidak begitu banyak mendapat tantangan dari pihak kerajaan Majapahit. Meskipun belum banyak pihak istana kerajaan Maja pahit yang memeluk agama Islam, tetapi Raja Majapahit Prabu Brawijaya V yang sedang berkuasa saat itu tetap memberikan izin adanya penyiaran agama Islam kepada masyarakatnya. Dari rakyat Majapahit sendiri Sunan Ampel juga tidak mendapat begitu banyak tantangan, hal ini terbukti dari secara pelan-pelan Sunan Ampel dapat meluruskan akhlak rakyat Majapahit. Pemuda- pemuda dari berbagai penjuru tanah air berdatangan ke Ampel. Di pondok pesantren ini pula para pemuda Islam digodog sebagai kader dakwah. Jasa-jasa Sunan Ampel dalam perkembangan agama Islam di Pulau Jawa banyak sekali. Selai sebagai penyebar atau penyiar agama Islam di daerah Ampel Denta, Surabaya dan sekitarnya. Suana Ampel juga merupakan perencana kesultanan Demak Bintoro. Berdirinya kerajaan Islam demak Bintoro sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, adalah berkat ide-ide Sunan Ampel. Jadi tidak banyak kesulitan yang dihadapi oleh Sunan Ampel dalam mendakwahkan agama Islam. Bisa dibilang dakwah Sunan Ampel di tanah Jawa adalah sukses. C. Faktor-faktor Pendukung Dakwah Sunan Ampel Diantara faktor pendukung pesatnya pertumbuhan dan perkembangan pesantren Ampel antara lain Karena letak desa Ampel Denta yang berada di tepi sungai dan pelabuhan Surabaya. Karena letak yang strategis di pintu gerbang masuk Majapahit itu, maka Ampel mau tidak mau harus bersinggungan langsung dengan sirkulasi perdagangan Majapahit, karena seluruh kapal dari dan menuju Majapahit mesti melewati pelabuhan Surabaya. Dan dengan letak Ampel yang menguntungkan seperti 6
itulah Raden Rahmat (Sunan Ampel) dapat memanfaatkan misi dakwahnya kepada para bangsawan, pedagang maupun pegawai kerajaan yang melewati wilayahnya. Faktor lain yang mempengaruhi pestnya perkembangan Ampel Denta adalah karena Sunan Ampel tidak pernah mempersoalkan perbedaan Madzhab dengan madzhab yang dianut oleh para juru dakwah maupun santrinya, meskipun beliau senduiri penganut Madzhab Hanafi. Dalam mengembangkan pendidikan Islam, beliau lebih mengutamakan segi penanaman akidah dan pelaksanaan syari at yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. 7
KESIMPULAN Pelajaran yang bisa diambil dari dakwahnya Sunan Ampel adalah: 1. Sunan Ampel tidak pernah membedakan orang satu dengan lainnya kerana mdzhabnya. Beliau tidak pernah memaksakan madzhab yang beliau anut (Madzhab Hanafi) untuk diikuti oleh para santrinya. 2. Dalam dakwah beliau hanya mengajarkan satu bahasa yang terus menerus beliau tanamkan pada hati dan pikiran para santrinya yang hingga sekarang ajaran itu masih diingat dikalangan masyarakat saat ini yaitu Moh Limo. 3. Banyak strategi yang beliau gunakan dalam berdakwah diantaranya: Pertama-tama dengan mendekatkan diri dengan masyarakat terlebih dahulu. dalam dakwahnya Sunan Ampel banyak mengadopsi beberapa istilah agar familiar dan mudah diingat oleh rakyat, misal: kata shalat diganti sembahyang, yang berasal dari kata sembah Hyang, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dalam kancah perpolitikan peran beliau sangat besar bagi penyebaran Islam di Jawa karena beliau adalah orang kepercayaan Raden Fattah Raja Demak. Dalam dunia pendidikan beliau memberi motivasi untuk membangun bangsa tidak hanyya berupa pendirian pesantren dan tasawuf. 8
DAFTAR PUSTAKA Purwadi, dkk. Dakwah Walisanga (Penyebaran Islam Berbasis Kultural di Tanah Jawa Panji Pustaka. 2007. Yogyakarta. Ridin Sofwan, dkk. Islamisasi di Jawa. Pustaka Pelajar: 2004. Yogyakarta. Shalahuddin Hamid, dkk. Seratus Tokoh Islam Yang Paling Berpengaruh di Indonesia Inti Media Nusantara. 2003. Jakarta Selatan. 9