BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB II LANDASAN TEORI

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. posisinya sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang. (Lau & Bruce dalam Considine & Callus, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

NAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN. Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat transportasi yang aman dan nyaman. Salah satu mode transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA PERAWAT WANITA BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Dr. OEN SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan terhadap pasien (Praptiningsih, 2006).

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut dengan meratifikasi 15 Konvensi International Labour Organization (ILO). Delapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Synder, 2004). Menurut Potter & Perry (2005) tidur merupakan waktu dimana

BAB I PENDAHULUAN. kali dana bantuan umum yang diberikan ke Negara berkembang. Jumlah santunan yang dibayarkan sebesar Rp triliun.

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kemampuan karyawan itu sendiri. Lebih tepatnya energi yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adli Hakama, 2013

BAB V PEMBAHASAN. A. Perbedaan tekanan darah pada tenaga kerja terpapar panas di atas dan. di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Dewasa ini perusahaan-perusahan dipacu untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata kelelahan diterapkan di berbagai macam kondisi. 9

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN WEAVING PT SAFARIJUNIE TEXTINDO INDUSTRY BANYUDONO BOYOLALI

I. PENDAHULUAN. industri kimia atau industri manufaktur yang menggunakan mesin yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa

I. PENDAHULUAN. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia diciptakan mempunyai kreatifitas yang mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan profesi perawat sering dianggap biasa saja, walaupun pada

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya yang dimaksudkan dengan kerja bergilir (Shift work)

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja.

BAB II LANDASAN TEORI. Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Pengertian Kelelahan Menurut Tarwaka (2010), kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tapi semuanya berakibat pada daya kerja dan berkurangnya ketahan tubuh untuk bekerja. Kelelahan kerja adalah perasaan lelah dan adanya penurunan kesiagaan (Grandjean 1995 dalam Maurits 2010). 2. Jenis-Jenis Kelelahan Menurut Suma mur (2009), ada dua jenis kelelahan : a. Kelelahan otot yang ditandai dengan tremor dan rasa nyeri yang terdapat pada otot. b. Kelelahan umum, ditunjukkan dengan hilangnya kemauan untuk bekerja yang penyebabnya adalah keadaan persyarafan sentral atau kondisi psikis-psikologis. Menurut Boediono, Jusuf, Pusparini (2005), jenis-jenis kelelahan umum, disamping kelelahan yang murni merupakan kelelahan 9

10 otot, beberapa jenis kelelahan fisik secara umum dapat dikelompok sebagai berikut : a. Kelelahan penglihatan, muncul dari terlalu letihnya mata. b. Kelelahan seluruh tubuh, sebagai akibat terlampau besarnya beban fisik bagi seluruh organ tubuh. c. Kelelahan mental, penyebabnya dipicu oleh pekerjaan yang bersifat mental dan intelektual. d. Kelelahan syaraf, disebabkan oleh terlalu tertekannya salah satu bagian dari sistem psikomotorik. e. Terlalu monotonnya pekerjaan dan suasana sekitarnya. f. Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi efek kelelahan pada jangka waktu yang panjang. g. Kelelahan siklus hidup sebagai bagian dari irama hidup siang dan malam serta pertukaran periode tidur. Menurut Grandjean dan Kogi (1971) dalam Maurits (2010), berdasarkan waktu terjadinya kelelahan ada dua macam yaitu : a. Kelelahan akut terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan. b. Kelelahan kronis adalah terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari dan berkepanjangan. Menurut Singleton (1972) dalam Maurits (2010), berdasarkan penyebabnya ada beberapa macam kelelahan yaitu :

11 a. Kelelahan fisiologis disebabkan oleh faktor fisik di tempat kerja antara lain suhu dan kebisingan. b. Kelelahan psikologis adalah kelelahan yang disebabkan oleh faktor psikologis. Sedangkan menurut David dkk (1990) dalam Maurits (2010), ada tiga macam penyebab kelelahan kerja yaitu oleh faktor fisik dipekerjaan, faktor psikologis dan faktor sosial. 3. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Menurut Grandjean (1991) dalam Tarwaka (2010) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di insdustri sangat bervariasi, dan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan (cancel out the stress). Penyegaran terutama terjadi ketika tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran. Menurut Tarwaka (2010), faktor penyebab kelelahan kerja itu beberapa hal, antara lain yaitu : a. Aktivitas kerja fisik b. Aktivitas kerja mental c. Stasiun kerja yang tidak ergonomis d. Sikap kerja e. Kerja statis f. Kerja bersifat monoton

12 g. Lingkungan kerja ekstrim h. Psikologis i. Kebutuhan kalori kurang j. Waktu kerja-istirahat tidak tepat dan lain-lain. Menurut Maurits (2010), penyebab kelelahan kerja umumnya adalah : a. Sifat pekerjaan yang monoton. b. Intensitas kerja dan ketahanan kerja mental dan fisik yang tinggi. c. Cuaca ruang kerja, pencahayaan dan kebisingan serta lingkungan kerja lain yang tidak memadai. d. Faktor psikologis, rasa tanggung jawab, ketegangan-ketegangan dan konflik-konflik. e. Penyakit-penyakit, rasa kesakitan dan gizi (ILO,1983) f. Circadian rhytms (ILO, 1983). Diinformasikan dalam kaitan kelelahan kerja shift kerja berpeluang menimbulkan kelelahan kerja sekitar 80% dan shift kerja sendiri berpeluang menimbulkan gangguan tidur pada pekerja shift kerja shift malam sekitar 80%. Faktor dari dalam tubuh yang mempengaruhi terjadinya kelelahan adalah sebagai berikut: a. Faktor Internal 1) Usia Usia yang bertambah tua akan diikuti oleh kekuatan dan ketahanan otot yang menurun (Tarwaka, dkk., 2004). Menurut

13 Wignosoebroto (2008) energi yang mampu dihasilkan oleh seseorang juga dipengaruhi oleh usia. Kapasitas maksimum seseorang bekerja pada usia 20 30 tahun yaitu 100%. Sedangkan menurut Horrington (2005) dalam Pertiwi (2010) menyatakan bahwa pada usia lebih dari 40 tahun kekuatan fisik biasanya telah menurun dan sehingga kegiatan yang dilakukan juga menurun. Pada usia muda proses-proses didalam tubuh sangat besar dan kemudian menurun secara perlahan menurut umur. Menurut Depkes RI (2011) menyebutkan bahwa usia produktif yaitu antara 15 54 tahun. 2) Psikis Tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis sangat mudah mengidap suatu bentuk kelelahan kronis. Salah satu penyebab dari reaksi psikologis adalah pekerjaan yang monoton, yaitu suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau waktu tertentu dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar (Boediono, Jusuf, Pusparini, 2003). 3) Kesehatan Kesehatan fisik sangat penting dalam menduduki suatu pekerjaan. Tidak mungkin seseorang dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik jika dalam keadaan sakit (Hasibuan, 2000).

No Kategori IMT 1 Kekurangan berat badan tingkat <17,0 berat 2 Kekurangan berat badan tingkat 17,0 18,5 ringan 3 Normal 18,5 25,0 4 Kelebihan berat badan tingkat 25,0 27,0 ringan 5 Kelebihan berat badan tingkat berat < 27,0

15 Kelebihan berat badan dapat menimbulkan beragam gangguan kesehatan, serta kelebihan berat badan kerap lebih mudah menimbulkan kelelahan kerja. Hal ini disebabkan oleh keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda antara orang dengan berat badan normal dan orang yang memiliki kelebihan berat badan. Orang dengan berat badan yang lebih akan berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Akibatnya akan lebih cepat merasa lelah pada saat bekerja dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal (Zainun, 2002). b. Faktor eksternal 1) Beban Kerja Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksudnya adalah beban fisik, beban mental atau sosial. Setiap tenaga kerja mempunyai kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Diantara mereka ada yang lebih cocok dengan beban kerja fisik, mental ataupun sosial (Suma mur, 2009). Bahkan banyak juga dijumpai kasus kelelahan kerja sebagi akibat dari pembebanan kerja yang berlebihan. (Boediono, Jusuf, Pusparini, 2003). 2) Penerangan Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat objek yang dikerjakan itu dengan jelas, cepat dan tanpa

16 upaya yang tidak perlu. Selain itu, penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma mur, 2009). Menurut Suma mur (2009) penerangan yang buruk dapat mengakibatkan : a) Kelelahan mata dengan berkurangnya efisiensi dan daya kerja. b) Kelelahan mental/psikis. c) Keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata. d) Kerusakan mata. e) Meningkatkan peristiwa kecelakaan. 3) Kebisingan Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan terutama merusak alat pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada saraf otonom bertambahnya metabolisme, bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan (Setiarto, 2002). 4) Masa kerja Masa kerja adalah lamanya seorang karyawan menyumbangkan tenaganya pada perusahaan tertentu. Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif.

17 Akan memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan semakin berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan semakin menimbulkan kelelahan dan kebosanan (Boediono S., Jusuf R.M.S., Pusparini A., 2003). Dari hasil penelitian hubungan masa kerja dengan kelelahan, kelelahan tertinggi pada tenaga kerja itu dialamai pada masa kerja lebih dari 5 tahun (Pujawan, Nimrod, 2000.) 5) Monotoni Suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam waktu atau periode tertentu dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh produksi yang besar. Salah satu efek dari pekerjaan monoton adalah kemunduran dari kapasitas dan produktivitas kerja (Boediono, Jusuf, Pusparini, 2003). 6) Sikap Kerja Hubungan tenaga kerja dalam interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja. Semua sikap kerja yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangan harus dihindarkan sedikit banyaknya akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Bekerja dengan sikap kerja yang tidak

18 alamiah akan dapat menyebabkan berbagai masalah, antara lain : nyeri, kelelahan dan kecelakaan kerja (Santoso, 2004). 7) Keadaan Perjalanan Waktu perjalanan dari dan ke tempat yang seminimal mungkin dan seaman mungkin berpengaruh terhadap kondisi kesehatan kerja pada umumnya dan kelahan kerja pada khususnya (Maurits, 2010). 4. Gejala Kelelahan Kerja Boediono S., Jusuf R.M.S., Pusparini A. (2005), gambaran umum mengenai gejala kelelahan kerja (fatigue symtoms) secara subjektif dan objektif antara lain : a) Perasaan lesu, ngantuk dan pusing b) Tidak/kurang mampu berkonsentrasi c) Berkurangnya tingkat kewaspadaan d) Persepsi yang buruk dan lambat e) Tidak ada/berkurangnya gairah untuk bekerja f) Menurunnya kinerja jasmani dan rohani Beberapa hal gejala ini dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan efektivitas kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala tersebut manifestasinya timbul berupa keluhan oleh tenaga kerja dan seringnya tenaga kerja tidak masuk kerja.

19 5. Dampak Kelelahan Kerja Menurut Maurits (2010) kelelahan kerja menimbulkan beberapa keadaan yaitu prestasi kerja menurun, fungsi fisiologis motorik dan neural menurun, badan terasa tidak enak disamping semangat kerja yang menurun. Perasaan kelelahan kerja cenderung meningkatkan terjadinya kecelakaan kerja, sehingga dapat merugikan diri pekerja sendiri maupun perusahaannya karena adanya penurunan produktivitas kerja (Gilmer, 1996 dan Suma mur 1984). Kelelahan kerja terbukti memberikan kontribusi lebih dari 60% dalam kejadian kecelakaan kerja ditempat kerja. Menurut Tarwaka (2010), resiko yang dapat diakibatkan oleh kelelahan kerja adalah sebagai berikut : a) Motivasi kerja menurun b) Perfomansi rendah c) Kualitas kerja rendah d) Banyak terjadi kesalahan e) Produktivitas kerja rendah f) Stress akibat kerja g) Penyakit akibat kerja h) Cedera i) Terjadi kecelakaan kerja j) dan lain-lain.

20 6. Pencegahan dan Penanggulangan Kelelahan Kerja Pencegahan kelelahan kerja ini terutama ditujukan kepada upaya menekan faktor-faktor yang berpengaruh secara negatif pada kelelahan kerja dan meningkatkan fakor-faktor yang berpengaruh secara positif. Faktor-faktor yang berpengaruh secara negatif yang perlu ditekan misal adanya stres akut dan stres kronis yaitu dengan tidak menciptakan atau menghindarkan stress buatan manusia. Memilih usia-usia yang berpeluang baik dalam mengendalikan kelelahan kerja. Pemilihan pekerja yang memiliki semangat kerja yang tinggi, pendidikan yang memadai sesuai jenis pekerjaannya (Maurits, 2010). Menurut Tarwaka (2010) cara mengatasi kelelahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain yaitu : a) Sesuai dengan kapasitas kerja fisik b) Sesuai dengan kapasitas kerja mental c) Redesain stasiun kerja ergonomis d) Sikap kerja alamiah e) Kerja lebih dinamis f) Kerja lebih bervariasi g) Redesain lingkungan kerja h) Kebutuhan kalori seimbang i) Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kudapan j) Dan lain-lain.

21 Sedangkan penanggulangan terhadap kelelahan kerja adalah sebagai berikut : a) Lingkungan kerja bebas dari zat berbahaya, penerangan memadai, sesuai dengan jenis pekerjaan yang dihadapi, maupun pengaturan udara yang adekuat, bebas dari kebisingan, getaran, serta ketidaknyamanan. b) Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan serta kesehatan umum dijaga dan dimonitor. c) Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja. d) Beban kerja berat tidak berlangsung terlalu lama. e) Tempat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja, kalau perlu bagi tenaga kerja dengan tempat tinggal jauh diusahakan transportasi dari perusahaan. f) Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja dan kehidupannya. g) Disediakaan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat dilaksanakan secara baik. h) Cuti dan liburan diselenggarakan sebaik-baiknya. i) Diberikan perhatian khusus pada kelompok tertentu seperti tenaga kerja beda usia, wanita hamil dan menyusui, tenaga kerja dengan kerja gilir di malam hari, tenaga baru pindahan.

22 j) Mengusahakan tenaga kerja bebas alkohol, narkoba dan obat berbahaya (Fitrihana, 2008). 7. Pengukuran Kelelahan Kerja Menurut Susetyo, Titin Isna Oesman, Indonesiani (2008) kondisi kelelahan pada pekerja perlu diukur agar dapat dilakukan upayaupaya penanggulangan secara dini dan lebih rasional. Dengan mengetahui lebih awal kondisi kelelahan pada pekerja mengalami fatigue accumulation maupun kelelahan kronis yang dapat terjadi akibat pemulihan tidak memadai. Menurut Suma mur (2009) untuk mengetahui atau menilai kelelahan dapat dilakukan pengukuran/pengujian mengenai : a. Waktu reaksi/reaction timer (reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi kompleks yang memerlukan koordinasi). b. EEG (Electroencepalhography) c. Uji flicker fusion d. Konsentrasi (Pemeriksaan Bourdon Wiersma) e. Kuisioner (Tarwaka, 2010). B. Shift kerja 1. Definisi shift kerja (shift work) Shift kerja adalah adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau sebagai tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan. Sedangkan pekerja dengan shift kerja adalah seseorang yang bekerja diluar jam kerja normal selama kurun waktu tertentu (Maurits, 2010).

23 Menurut Suma mur (2009), periode kerja/shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Monk dan Folkard (dalam Kyla, 2008) mengkategorikan tiga jenis sistem shift kerja, yaitu shift permanen, sistem rotasi cepat, dan sistem rotasi shift lambat. Dalam hal sistem shift rotasi, pengertian shift kerja adalah kerja yang dibagi secara bergilir dalam waktu 24 jam (Restuningmaharani, 2010). Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia Pada umumnya yang dimaksudkan dengan kerja bergilir (shift work) adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau sebagai tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan. Namun demikian, ada pula definisi yang lebih opersional dengan menyebutkan jenis kerja shift itu. Kerja shift disebutkan sebagai pekerjaan yang secara permanen, atau sering pada jam kerja yang tidak biasa atau bekerja pada jam yang berubah-ubah termasuk jam kerja yang tidak teratur (Depkes, 2008 dalam Normawati, 2009). 2. Pembagian shift kerja (shift work) Menurut Maurits (2010) dalam jurnal the design of shift systems 1998, dikemukakan bahwa terdapat lima faktor yang harus diperhatikan dalam shift kerja, yaitu : a. Jenis shift kerja pagi, siang, atau malam. b. Panjang waktu tiap shift kerja

24 c. Waktu dimulai dan diakhirinya suatu shift d. Distribusi waktu istirahat e. Arah perubahan shift kerja. Hal-hal yang harus diperhatikan : 1) Tersedianya waktu libur akhir pekan, minimal 2 X dalam sebulan. 2) Setiap selesai shift kerja malam pekerja mendapat libur minimal 2 hari. 3) Jadwal dibuat secara sederhana dan mudah diingat. 4) Menurut Maurits (2010) shift kerja ada dua macam yaitu shift kerja kerja berputar (berotasi) dan shift kerja permanen (tetap). Dalam merancang shift kerja ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu kekurangan istirahat atau gangguan tidur hendaknya ditekan seminimal mungkin sehingga dapat mengurangi kelelahan kerja disamping menyediakan waktu keharmonisan kehidupan keluarga maupun kontak sosial dengan masyarakat (Maurits, 2010). Grandjean (1995) dalam Maurits (2010) mengemukakan teori Schwartzenau yang menyebutkan bahwa ada beberapa saran yang harus diperhatikan dalam penyusunan jadwal kerja yaitu bahwa pekerja yang berumur diluar 25-50 tahun, dan pekerja yang cenderung mempunyai penyakit perut, serta memiliki emosi labil disarankan untuk tidak bekerja pada shift kerja malam. Pekerja yang bertempat tinggal jauh dari tempat kerja atau yang berada di lingkungan yang ramai tidak dipekerjakan pada

25 shift kerja malam. Pergantian sistim shift kerja 3 biasanya pada pukul 06.00 14.00-22.00, atau sebagian lain pergantian pada pukul 07.00 15.00 23.00 atau pukul 08.00-16.00 24.00. Diutarakan pula bahwa rotasi kerja pendek lebih baik dari rotasi yang panjang dan sebaiknya dihindarkan kerja malam secara terus menerus. Rotasi yang baik adalah 2-2 - 2, yaitu kerja dipagi hari 2 kali dilanjutkan kerja disiang hari 2 kali dan malam hari 2 kali (disebut metropolitan rota) atau 2-2 - 3, yaitu kerja dipagi hari 2 kali dilanjutkan kerja disiang hari 2 kali dan malam hari 3 kali (disebut continental rota) dimana shift kerja malam selama 3 hari berturut harus diikuti istirahat 2 hari atau lebih. Perencanaan shift kerja yang baik adalah apabila harus bekerja. 3. Pengaruh Shift Kerja (Work Shift) Menurut Costa (2003 ) dalam Maurits dan Widodo (2008) menyatakan bahwa kecelakaan dan kesehatan kerja selalu akan berhubungan dengan kelelahan, shift dan waktu kerja. Beberapa penelitian berusaha menerangkan aspek-aspek dari shift dan waktu kerja. Shift dan kerja malam hari adalah kondisi yang dapat menghambat kemampuan adapatasi pekerja baik dari aspek biologis maupun sosial. Shift kerja malam berpengaruh negatif terhadap kesehatan fisik, mental dan sosial; mengganggu physiology homeostatis seperti circadian rhythms, waktu tidur dan makan; mengurangi kemampuan kerja, dan meningkatnya kesalahan dan kecelakaan; menghambat hubungan sosial dan keluarga; dan adanya faktor resiko pada saluran pencernaan, sistem

26 syaraf, jantung dan pembuluh darah. Banyak perusahaan beroperasi lebih dari 8 jam per hari untuk memenuhi kebutuhan pasar dan karena keterbatasan sumber daya/fasilitas. Konsekuensinya, perusahaan harus melakukan shift kerja. Disamping memiliki segi positif yaitu memaksimalkan sumber daya yang ada, shift kerja akan memiliki resiko dan mempengaruhi pekerja pada: a) Aspek Fisiologis Circadian rhythms adalah proses-proses yang saling berhubungan yang dialami tubuh untuk menyesuaikan dengan perubahan waktu selama 24 jam (Tayyari dan Smith, 1997). Circadian rhythms menjadi dasar fisiologis dan psikologis pada siklus tidur dan bangun harian. Fungsi dan tahapan fisiologis dan psikologis memiliki suatu circadian rhythms yang tertentu selama 24 jam sehari, sehingga circadian rhythms seseorang akan terganggu jika terjadi perubahan jadwal kegiatan seperti perubahan shift kerja. Dengan terganggunya circadian rhythms pada tubuh pekerja akan terjadi dampak fisiologis pada pekerja seperti gangguan gastrointestinal, gangguan pola tidur dan gangguan kesehatan lain. Circadian rhythms berhubungan dengan suhu tubuh, tingkat metabolisme, detak jantung, tekanan darah, dan komposisi kimia tertentu pada tubuh. Circadian rhythms dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti terang, gelap, dan suhu lingkungan.

27 Secara fisiologis tubuh manusia dapat diumpamakan sebagai suatu mesin yang dalam menjalankan pekerjaannya membutuhkan bahan bakar sebagai sumber energi. Dalam melangsungkan tugas fisik tubuh dipengaruhi oleh beberapa sistem yang bekerja sendiri-sendiri atau bersama-sama. Sistem-sistem tersebut ialah sistem peredaran darah, sistem pencernaan, sistem otot dan saraf serta sistem pernafasan. Kelelahan dapat sebagai akibat akumulasi asam laktat di otot-otot disamping zat ini juga berada dalam aliran darah. Akumulasi asam laktat dapat menyebabkan penurunan kerja otot-otot dan kemungkinan faktor saraf dan sentral berpengaruh terhadap proses terjadinya kelelahan (Maurits, 2010). b) Aspek Psikologis Stress akibat shift kerja akan menyebabkan kelelahan (fatique) yang dapat menyebabkan gangguan psikis pada pekerja, seperti ketidakpuasan dan iritasi. Tingkat kecelakaan dapat meningkat dengan meningkatnya stres, fatique, dan ketidakpuasan akibat shift kerja ini. c) Aspek Kinerja Dari beberapa penelitian baik di Amerika maupun Eropa, shift kerja memiliki pengaruh pada kinerja pekerja (Tayyari &Smith, 1997). Kinerja pekerja, termasuk tingkat kesalahan, ketelitian dan tingkat kecelakaan, lebih baik pada waktu siang hari dari pada malam hari, sehingga dalam menentukan shift kerja harus

28 diperhatikan kombinasi dari tipe pekerjaan, sistem shift dan tipe pekerja. d) Domestik dan sosial Shift kerja akan berpengaruh negatif terhadap hubungan keluarga seperti tingkat berkumpulnya anggota keluarga dan sering berakibat pada konflik keluarga. Secara sosial, shift kerja juga akan mempengaruhi sosialisasi pekerja karena interaksinya terhadap lingkungan menjadi terganggu. Menurut Suma mur (2009) dalam soal periode kerja siang atau malam, sangat menarik adalah kerja bergilir, terutama kerja malam. Sehubungan dengan kerja malam ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut : a) Irama faal manusia sedikit atau banyak terganggu oleh kerja malam tidur siang. Fungsi-fungsi fisiologis tenaga kerja tidak dapat disesuaikan sepenuhnya dengan irama kerja demikian. Hal ini mudah dibuktikan dari pengukuran-pengukuran suhu badan, nadi, tekanan darah dan lain-lain dari orang yang bekerja malam dibandingkan dengan keadaan waktu bekerja siang hari. b) Metabolisme tubuh tidak sepenuhnya dapat, bahkan banyak aspek yang sama sekali tidak dapat diadaptasikan dengan kerja malam tidur siang. Keseimbangan elektrolit sebagai akibat albumin dan klorida di darah dapat menyesuaikan diri dengan keperluan kerja malam tidur siang, tetapi pertukaran zat-zat seperti kalium, sulfur, fosfor,

29 mangan, dan lain-lain sangat kukuh terikat kepada sel-sel, sehingga dengan pergantian waktu kerja siang oleh malam tidak dapat dipengaruhinya. Artinya, metabolisme zat-zat terakhir tidak dapat diserasikan dengan keperluan kerja malam. c) Kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar dikarenakan oleh faktor faal dan metabolisme yang tak dapat diserasikan. Dan juga sangat kuatnya kerja syaraf parasimpatis dibanding dengan persyarafan simpatis pada malam hari. Padahal untuk bekerja, simpatis harus melebihi kekuatan parasimpatis. d) Jumlah jam kerja yang dipakai untuk tidur bagi pekerja malam pada siang harinya relatif jauh lebih kecil dari seharusnya, dikarenakan gangguan suasana siang hari seperti kebisingan, suhu, keadaan terang, dan lain-lain. e) Alat pencernaan biasanya tidak berfungsi secara normal pada kerja malam tidur siang sehingga jumlah makanan yang diambil relatif lebih sedikit, sedangkan pencernaan kurang bekerja semestinya. f) Kurangnya tidur dan kurang berfungsinya alat pencernaan berakibat antara lain penurunan berat badan. g) Selain soal biologis dan faal, kerja malam seringkali disertai reaksi psikologis sebagai suatu mekanisme defensif terhadap gangguan tubuh akibat ketidakserasian badani kepada pekerjaan malam. Akibat dari itu, keluhan-keluhan akan ditemukan relatif sangat banyak pada kerja malam.

30 h) Pengaruh-pengaruh kerja malam tersebut biasanya kumulatif. Makin panjang giliran kerja malam, makin besar efek dimaksud. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengurangi dampak negatif shift kerja adalah : a) Pekerja shift malam dianjurkan yang berusia lebih dari 25 tahun dan kurang dari 50 tahun. b) Tidak menderita sakit perut kronis, emosi labil, tidak ada kecendrungan mengalami psikosomatik, kekurangan tidur maupun menderita penyakit insomnia. c) Pekerja hidup dalam lingkungan yang tidak gaduh sehingga memungkinkan sehabis bekerja malam dapat tidur pulas. d) Pengaturan shift kerja disesuaikan dengan kebutuhan, budaya dan peraturan yang berlaku. e) Rotasi shift kerja yang pendek lebih baik dari rotasi panjang. f) Setelah dinas malam 2 atau 3 kali diberikan istirahat lebih dari 24 jam. g) Memperhatikan keperluan keluarga untuk berweekends bersamasama. h) Pada shift kerja diberikan snack makanan kecil atau makanan panas. C. Hubungan antara Shift Kerja dengan Kelelahan Kerja Salah satu penyebab kelelahan adalah gangguan tidur yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan ganguan pada circadian rhythms akibat jet lag atau shift kerja (Barness, 2008 dalam Ihsan,

31 2012). Kostreva et. Al, 2002, Ramdan, 2007 dalam Ihsan, (2012) mendukung hasil penelitian Czeisler yang menyatakan bahwa perubahan shift kerja harus perlahan, dan pola rotasi maju dengan waktu rotasi 2 minggu dengan waktu libur rata-rata 2 hari/minggu untuk mengurangi tingkat kesalahan. Tarwaka (1999 dalam ) mengatakan bahwa 63% pekerja menderita kelelahan akibat pengaruh shift kerja yang dapat berakibat terjadi kecelakaan kerja (Kodrat, 2009). Ketika pekerja shift malam tidur di siang hari, siklus tidur mereka berkurang, dan kualitas tidur yang buruk, karena konsentrasi kortisol tinggi dan tingkat melatonin yang rendah (Shu-Fen, 2011 dalam Ihsan, 2012). Pada waktu akhir shift malam sebelum jam 5 pagi, terjadi perubahan tingkat kortisol, suhu badan dan tingkat melatonin yang akan berpengaruh pada kinerja pekerja (Arora, 2008, dalam Ihsan 2012). Hal ini mengakibatkan pada shift malam, konsentrasi kortisol lebih tinggi pada sore hari (sebelum bekerja) daripada pagi hari (setelah bekerja). Perbedaan konsentrasi kortisol inilah yang nantinya akan mempengaruhi kelelahan kerja (Hennig et al, 2008 dalam Ihsan, 2012).

32 D. Kerangka Pemikiran Shift kerja pagi, siang dan malam Circadian rhytms Gangguan sistem peredaran darah, pencernaan, otot dan saraf serta sistem pernafasan Kelelahan kerja Variabel pengganggu terkendali : 1. Usia 2. Status Gizi 3. Masa Kerja 4. Status Kesehatan Gambar 1 : Kerangka pemikiran Variabel pengganggu tidak terkendali : 1. penerangan 2. Kebisingan 3. Psikis 4. Sikap kerja 5. Monotoni 6. Keadaaan Perjalanan E. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah Ada perbedaan kelelahan pada shift pagi, shift siang dan shift malam di bagian kelas 3 di RSUD Dr. Moewardi.