BAB I PENDAHULUAN. hidup penduduk Indonesia merupakan salah satu negara yang. angka kesakitan karena penyakit degeneratif (Kemenkes RI, 2013).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia ini memiliki beberapa dampak yang

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi jaringan tubuh. Salah satu teori penuaan menyebutkan bahwa sel sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional, telah. mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang berupa kemajuan

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia,

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi suatu negara pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduknya. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS, 2013) pada tahun 2011 umur harapan hidup Indonesia 69,65 tahun dengan persentase populasi lansia adalah 7,58% pada tahun 2025 umur harapan hidup penduduk Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduk diatas 60 tahun semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun peningkatan umur harapan hidup ini dapat mengakibatkan jumlah angka kesakitan karena penyakit degeneratif (Kemenkes RI, 2013). Batasan lanjut usia bisa dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU Nomor 1 3 Tahun 1 9 98 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (BPKP RI,1998). Individu lanjut usia mengalami perubahan-perubahan baik anatomis, biologis, fisiologis maupun psikologis. Gejala-gejala kemunduran fisik antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, mulai beruban, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan mulai lamban dan kurang lincah masalah tersebut akan berpotensi pada masalah kesehatan baik secara umum maupun kesehatan jiwa (Mass.et,al, 2011). 1

Fenomena meningkatnya jumlah penduduk lansia ini disebabkan karena menurunnya angka fertilitas penduduk, perbaikan status kesehatan akibat kemajuan teknologi dan penelitian-penelitian kedokteran. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2013, persentase populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74 angka ini meningkat pada tahun 2045 menjadi 28,68%. Dari tahun ketahun penduduk lansia didunia meningkat. Indonesia seperti negaranegara lain kawasan Asia pasifik akan mengalami peningkatan. Tahun 2013 Indonesia termasuk negara Asia ketiga dengan jumlah absolut populasi diatas 60 tahun terbesar setelah Cina (2 00juta), India (100 juta) dan menyusul Indonesia (25juta) (WHO, 2013). Bahkan diperkirakan Indonesia akan mencapai 100 juta lansia dalam tahun 2050. Penduduk dianggap berstruktur tua dinegara berkembang apabila penduduk usia 60 tahun keatas sudah mencapai 7% dari total penduduk. Pada tahun 2011 proporsi penduduk di Indonesia telah mencapai sekitar 10% maka pada tahun 2020 diprediksi proporsi jumlah penduduk akan mencapai 11,34% (Kemenkes RI, 2013) Berdasarkan data di Bengkulu lansia yang berusia 60 tahun keatas mencapai 98.500 jiwa dengan kelompok laki-laki 50.700 dan wanita 47.800 orang (BKKBN Bengkulu, 2015). Fenomena fluktasi jumlah penduduk lansia menimbulkan dampak selain masalah fisik dan finansial juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Darmano,(2008) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa lansia adalah penurunan kondisi fisik, penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi dan potensi seksual, perubahan aspek psikososial,

perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan dan perubahan dalam peran sosial dimasyarakat. Rahardjo (2010) menyatakan bahwa keterbatasan fisik, sosial dan ekonomi, perasaan semakin kurang berguna dan terisolasi merupakan masalah-masalah utama pada lansia. Struat (2009) menyatakan bahwa masalah kesehatan mental pada lansia tergantung pada faktor fisiologi dan status psikologis, kepribadian, dukungan sistem sosial, sumber ekonomi dan gaya hidup. Mauk (2010) menyatakan bahwa psikodinamik yang umum terjadi pada lansia adalah kecemasan, kesepian, rasa bersalah, depresi, keluhan somatik, reaksi paranoid, demensia. Dengan demikian lansia dapat mengalami masalah psikososial depresi dapat disebabkan oleh adanya penyakit fisik, stress, kurangnya atau tidak adanya dukungan sosial dan sumber ekonomi yang kurang memadai. Depresi adalah suatu keadaan suatu keadaan hilangnya aktifitas umum yang menyenangkan (Fisch & Frish, 2006). Depresi pada lansia dapat terjadi karena adanya faktor penyakit fisik yang serius yaitu penyakit jantung, stroke, diabetes, kanker dan penyakit prankinson, selain itu juga faktor kesulitan sosial dan ekonomi (Dharmono, 2008). Beberapa persoalan hidup pada lansia seperti kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stress yang berkepanjangan atau konflik dengan keluarga atau anak kondisi lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya dapat memicu terjadi depresi (Syamsudin, 2010).

Prevalensi depresi pada lansia didunia berkisar 8-15 % dan hasil meta analisis dari laporan negara-negara didunia mendapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5 % Adapun prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti perawatan sebesar 30-45% (Whendari, 2013). Komunitas prevalensi depresi pada lansia lebih bervariasi antara 20-35%. Prevalensi depresi pada lansia pada unit perawatan yang lama mencapai 25% dan disertai dengan stressor seperti penyakit kronis dan ketidakmampuan demensia, nyeri kronik, kematian pasangan hidup, gangguan depresi yang sudah ada sebelumnya dan penempatan dalam suatu institusi atau panti (Frazer et al, 2005). Rahardjo (2010) menyatakan bahwa di Indonesia lansia yang menderita penyakit kronis bahwa ada kemungkinan sebanyak 74% lansia di Indonesia berpotensi untuk depresi. Tingginya angka kejadian depresi pada lansia ini menunjukkan bahwa depresi merupakan masalah psikososial yang perlu diupayakan untuk pemulihannya. Menurut hasil penelitian Wulandari (2011) prevelensi kejadian depresi pada lansia yang tinggal di komunitas di Bengkulu mencapai 60% dengan (40% depresi ringan, 20% depresi sedang). Lansia yang mengalami depresi ditemukan tanda dan gejala secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup, perubahan perilaku makan, gangguan tidur, gangguan dalam aktifitas, kurang energi, mempunyai keyakinan hidupnya tidak berguna dan tidak percaya diri, kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah secara efektif menurun, perilaku merusak diri secara tidak lansung seperti penyalahgunaan alkohol/narkoba,

nikotin dan obat lainnya serta mempunyai pemikiran ingin bunuh diri (Syamsuddin, 2010). Apabila ada lima atau lebih dari tanda dan gejala itu ada dan selalu terjadi maka dinyatakan sangat mungkin sesorang mengalami depresi. Depresi pada lansia dapat berdampak terhadap fisik, psikologis, sosial dan kualitas hidup lansia. Apabila lansia yang mengalami depresi ini tidak mendapat intervensi yang tepat dan segera maka dapat berdampak pada keadaan yang lebih lanjut seperti sakit fisik, penyalahgunaan obat, alkohol dan nikotin. Angka kematian lebih tinggi bahkan terjadi bunuh diri (Suandana, 2011) Secara psikologis lansia yang mengalami depresi mempunyai perasaan cemas, iratabel, penurunan harga diri, tidak ada perasaan atau perasaan kosong dan perasaan negatif tentang diri sendiri (Miller, 2004). Secara sosial depresi ini akan mengakibatkan lansia kehilangan minat melakukan aktivitas sosial dengan orang lain. Depresi pada lansia juga berdampak negatif pada kualitas hidup lansia. Lansia merasa tidak puas dengan fungsi sosialnya, mempunyai tingkat kepuasan hidup yang rendah dan persepsi kesehatan fisik dan mental yang rendah ( Liu & Jin, 2006). Perubahan psikososial lansia akibat depresi ini sangat merugikan bagi kesehatan lansia tersebut baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental (jiwanya). Melihat fenomena ini, intervensi keperawatan baik yang bersifat independen maupun kolaboratif. Intervensi kolaboratif merupakan kerjasama dengan

medis. Penatalaksanaan medis dilakukan secara farmakologis dan terapi somatik. Perawat dituntut untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas pada lansia yang mengalami depresi melalui tahap pengkajian, penetapan diagnosa keparawatan, perencanaan intervensi, implementasi dan evaluasi. Pada lansia yang mengalami depresi ini perlu suatu upaya yang tepat untuk memulihkan keadaan depresi agar tidak berdampak terhadap fisik dan sosial lansia serta terjadinya gangguan jiwa. Dengan demikian pada lansia yang mengalami depresi dapat diberikan intervensi psikososial (Miller, 2004). Pada lansia yang mengalami depresi asuhan keperawatan yang diberikan dapat bersifat upaya pencegahan maupun upaya pemulihan. Menurut Miller (2004) perawat mempunyai peran sangat penting mengkaji depresi pada lansia, sebab ada suatu intervensi keperawatan yang mempunyai dampak positif yang signifikan terhadap kualitas hidup lansia. Setelah melakukan pengkajian keperawatan, maka berdasarkan gejala yang ditemukan pada lansia yang mengalami depresi diagnosa keperawatan dapat ditegakkan oleh perawat adalah harga diri rendah, ketidakberdayaan dan keputusasaan dan isolasi sosial. Harga diri rendah adalah merupakan diagnosa keperawatan utama pada lansia mengalami depresi (Struat, 2011). Setelah menetapkan diagnosa keperawatan, perawat dapat memberikan Sedangkan penatalaksaan keperawatan dengan memberikan intervensi keperawatan generalis sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditetapkan. Apabila dengan intervensi generalis pemulihan klien belum optimal, maka

perawat dapat memberikan intervensi keperawatan lanjutan (spesialis) Wheeler (2008) menyatakan Intervensi utama untuk depresi pada lansia dapat diberi terapi kognitif dan perilaku (CBT), Terapi Reminiscence mempunyai potensi untuk mencegah maupun mengatasi depresi pada lansia yang memiliki faktor risiko untuk mengalami depresi termasuk kesedihan, gangguan tidur, gangguan kronis, depresi. Menurut Frazer & Grifftih (2005) Beberapa tindakan yang efektif untuk depresi pada lansia melalui penelitian yang dilaksanakan di Canberra Australia dengan melakukan intervensi medis (pemberian anti depressan, terapi hormon, dan lain-lain) intervensi psikologis dan perubahan gaya hidup (menghindari alkohol, olahraga, mengurangi lemak) serta terapi alternatif (Light therapy, Massage Therapy, Music Therapy, vitamin). Intervensi psikologis yang dilakukan dalam penelitiannya CBT, Interpersonal Therapy, Reminiscence dan Life rivew Therapy. Wheeler (2008) mengatakan intervensi untuk depresi pada lansia dapat diberikan terapi kongnitif dan prilaku atau Cognitif Behavior Therapy (CBT), Reminiscence Therapy (RT) dan kombinasi Interpersonal Psychotherapy (IPT), medikasi dan Life Review Therapy. Terapi Life Review merupakan peninjauan retrospective atau eksistensi, pembelajaran kritis dari sebuah kehidupan atau melihat sejenak kehidupan lampau seseorang dengan membanggunkan kembali peristiwa hidup kedalam cerita hidup yang lebih positif. Salah satu hasil penelitian Frazer&Grifftih (2005) ini menunjukan bahwa Reminiscence Therapy efektif menurunkan depresi pada lansia.

Penelitian (Wang, Hsu and Cheng, 2005) Mengenai efektifitas terapi Reminiscence ini pada 30 lansia wanita yang mengalami depresi yang tinggal ditempat khusus (panti) diflorida. Penelitian ini dilakukan selama tiga minggu dengan enam (6) sesi terdiri dari 15 orang lansia yang mendapatkan intervensi 15 orang sebagai kontrol. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terapi Reminiscence merupakan suatu tindakan yang efektif untuk menurunkan depresi pada lansia wanita. Efektifitas Terapi Reminiscence untuk menurunkan depresi diperkuat oleh hasil riset Stinson, (2009) pada 303 lansia wanita dengan depresi di Nashvile USA, dimana terapi dilakukan secara berkelompok. Hasil penelitian ini efektif untuk menurunkan depresi pada lansia wanita. Beberapa hasil penelitian tersebut diatas membuktikan bahwa terapi Reminiscence dapat dilakukan secara individu maupun kelompok yang ditujukan pada lansia yang bertujuan mencegah maupun menurunkan depresi yang dialami lansia. Terapi Reminiscence ini merupakan intervensi yang efektif biayanya untuk menurunkan depresi pada wanita tinggal dipanti werda dalam waktu yang lama, karena terapi ini relatif mudah untuk diimplementasikan dan prosedurnya tidak mempunyai efek samping membahanyakan. Oleh karena itu Terapi Reminiscence ini perlu dilaksanakan pada lansia khususan yang mengalami depresi sebagai salah satu intervensi untuk mencegah maupun memulihkan kondisi depresi yang cukup berat (Jones, 2003). Hal ini dapat dilakukan dengan sebuah kelompok terapi. Pendekatan kelompok dapat memberikan pengaruh yang lebih besar kepada setiap

anggota kelompok karena adanya penghargaan yang diberikan. Reminiscence therapy adalah salah satu tritment psikologi yang khusus di rancang untuk lansia agar meningkatkan status kesehatan mental dengan recalling dan akses memori yang masih eksis. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh Reminiscence dibandingkan dengan intervensi yang lainnya adalah metode yang menggunakan memori untuk melindungi kesehatan mental dan meningkatkan kualitas Lansia (Irawan, 2013). Terapi Reminiscence adalah proses mengingat kembali kejadian dan pengalaman masa lalu (Johson, 2005). Terapi Reminiscence adalah suatu terapi yang memberikan perhatian terhadap kenangan terapeutik pada lansia (Collins, 2006). Dalam terapi ini, terapis memfasilitasi lansia untuk mengumpulkan kembali memori-memori masa lalu sejak masa anak, remaja dan dewasa serta hubungan klien dengan keluarga, kemudian dilakukan sharing dengan klien lain. Melalui terapi ini diharapkan lansia akan mengenang kembali masa lalu yang menyenangkan. Lansia menjadi perhatian pemerintah dengan adanya Panti Sosial Trisna Werda (PSTW) di I ndonesia begitu juga dibengkulu terdapat Balai Pelayanan dan Penyantunan Lanjut Usia (BPPLU) dibawah Dinas sosial. Di BPLLU ini Terapi Reminiscence baik secara individu maupun kelompok belum pernah diberikan pada lansia, oleh karena itu peneliti berminat untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh Terapi kelompok Reminiscence pada lansia yang mengalami depresi Di BPPLU Provinsi Bengkulu. Penerapan harus kontiniu agar lansia dapat memaknai hidupnya.

Hasil studi pendahuluan pada lansia yang dilakukan di Balai Pelayanan dan Penyantunan Lanjut Usia (BPPLU) Bengkulu tanggal 9 Januari 2017. Jumlah lansia sebanyak 60 orang terdiri dari Wanita 25 orang dan laki-laki 35 orang. Hasil wawancara pada 10 orang lanjut usia, menunjukan adanya anggapan yang berbeda, dimana 8 orang lansia merasa sudah tidak berguna, kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari keluarga, suka menarik diri dari teman dan tidak percaya diri, sudah lama tidak dijenguk oleh keluarganya, lansia sering marah, tidak dapat mengontrol diri, tidak dapat menerima masalah yang rumit. Dua orang mengatakan senang mengikuti kegiatan yang ada di BPPLU. Dengan mengunakan penilaian Geriatric Depression Scale (GDS) dari 8 lansia didapatkan 5 lansia mengalami depresi ringan dan 3 lansia depresi sedang atau berat. Hal ini menunjukkan adanya persepsi yang kurang benar pada diri lansia. Ada 1 lansia pernah percobaan bunuh diri yang dilakukannya dg cara tidak mau makan dan mengurung diri dikamar lansia yang dengan penyakit DM merasa dirinya tidak berguna, ketidakberdayaan, tidak pernah dijenguk keluarga. Fenomena ini didukung dengan latar belakang lansia yang tinggal di BPPLU ini yakni 80% dengan latar belakang tidak mampu (terlantar). Kejadian depresi pada lansia yang cukup besar ini memerlukan suatu upaya yang khusus ditujukan untuk penanganan depresi pada lansia ini termasuk intervensi keperawatan. Pelayanan yang telah diberikan pada lansia di BPPLU ini meliputi keagamaan, kegiatan olahraga, bimbingan sosial, pelayanan kesehatan

dilakukan sesuai dengan kegiatan di BPPLU. Untuk Pelayanan kesehatan kegiatan yang telah dilakukan adalah pemberian pengobatan dan perawatan berupa kegiatan pemeriksaan rutin setiap seminggu sekali. Pelayanan kesehatan ini diberikan oleh satu orang tenaga medis dan dua orang perawat lulusan Diploma III Keperawatan sebagai tenaga kesehatan tetap di BPPLU tersebut. Upaya pelayanan keperawatan yang telah diberikan ini dapat dikatakan belum mencakup pelayanan keperawatan lain yaitu aspek psikososial. 1.2 Rumusan Masalah Depresi merupakan masalah utama yang ditemukan pada lansia, ini dikarenakan perubahan fisik, psikologi, sosial, psikososial. diberikan terapi Reminiscence, berdasarkan hasil study Fenomena, maka peneliti merumuskan Bagaimana pengaruh Terapi Kelompok Reminiscence terhadap lansia yang mengalami depresi di BPPLU Provinsi Bengkulu. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Diketahui pengaruh terapi kelompok Reminiscence terhadap skor depresi pada lansia di BPPLU di Provinsi Bengkulu 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahui karakteristik lansia depresi (usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, penghasilan, pengalaman kerja, penyakit fisik yang dialami ) dibpplu Provinsi Bengkulu

2. Diketahui depresi pada lansia sebelum mengikuti Terapi Reminiscence pada kelompok intervensi dan kontrol di BPPLU Provinsi Bengkulu 3. Diketahui depresi pada lansia setelah mengikuti Terapi Reminiscence pada kelompok intervensi di BPPLU Provinsi Bengkulu 4. Diketahui selisih perbedaan depresi sebelum dan setelah terapi kelompok Reminiscence pada kelompok intervensi 5. Diketahui perbedaan depresi pada lansia sebelum dan setelah pada kelompok intervensi mengikuti terapi dan kelompok kontrol di BPPLU Provinsi Bengkulu 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang terlibat dalam pengembangan pelayanan keperawatan khususnya keperawatan jiwa dikomunitas, dimana manfaat penelitian ini adalah: 1.4.1 Manfaat Keilmuan 1. Memberikan kontribusi dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa untuk upaya mengatasi depresi. 2. Memberikan landasan untuk upaya inovatif lanjutan bagi pengembangan keperawatan khususnya pada lansia. 3. Masukan bagi profesi keperawatan, untuk menjadikannya sebagai dasar pertimbangan dalam menetapkan standar asuhan dan standar praktek keperawatan pada klien khususnya lansia.

1.4.2 Manfaat Aplikatif 1. Pelaksanaan terapi kelompok Reminiscence diharapkan dapat menurunkan depresi pada lansia di BPPLU Provinsi Bengkulu sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan mental lansia 2. Pedoman pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan jiwa khususnya untuk mengatasi masalah depresi pada lansia. 1.4.3 Manfaat Metedologi 1. Memberikan gambaran bagi penelitian berikutnya khususnya keperawatan jiwa yang terkait dengan Terapi Reminiscence. 2. Hasil penelitian ini dapat direkomendasikan untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dan lebih meningkatkan mutu asuhan keperawatan jiwa.