PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH. c. bahwa untuk maksud tersebut pada huruf a dan b perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN ANGKUTAN UMUM DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 18 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KEBUPATEN MAGELANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DI KABUPATEN CILACAP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 62 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PERIJINAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 62 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DI KABUPATEN CILACAP

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DI KABUPATEN CILACAP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 14 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAD TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 22 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAN BERMOTOR

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta)

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI,

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 46 TAHUN 2000 (46/2000) TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG,

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR \0 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 13 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 19 tahun 1998 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

BUPATI SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR TAHUN 2011 NOMOR 8

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

RETRIBUSI PENYELENGGARAAN DIBIDANG PERHUBUNGAN DI KOTA SERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK DAN PENGAWASAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN TRAYEK DAN IZIN USAHA ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM DAN KENDERAAN KHUSUS

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 15 TAHUN 2005 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 17 TAHUN 2006 RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK ANGKUTAN DARAT DI KABUPATEN MURUNG RAYA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI ANGKUTAN KENDARAAN UMUM DI JALAN

KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 12...TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI DI BIDANG PERHUBUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 25 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 17 SERI C.17 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 T E N T A N G RETRIBUSI BIDANG PERHUBUNGAN DARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberian pelayanan untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi maupun badan diperlukan upaya-upaya nyata dengan meningkatkan pelayanan di Bidang Perhubungan Darat; b. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 10 Tahun 2006 tentang Penataan Transportasi Darat perlu ditindaklanjuti dengan penetapan Retribusi Bidang Perhubungan Darat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Bidang Perhubungan Darat. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2757); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lambaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992

Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480); 5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1992 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Penangguhan Mulai Berlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3494); 6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 10. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor: 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 12. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 2

13. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1986 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan dari Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan ke Kota Kajen di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 70); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3581); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3528); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3530); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara 3

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 24. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan; 25. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 9 Tahun 2006 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 Nomor 9); 26. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 10 Tahun 2006 tentang Penataan Transportasi Darat (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2006 Nomor 10). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN DAN BUPATI PEKALONGAN M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI BIDANG PERHUBUNGAN DARAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Pekalongan. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Pekalongan. 4. Dinas adalah Dinas yang membidangi Perhubungan Kabupaten Pekalongan. 5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas yang membidangi Perhubungan Kabupaten Pekalongan. 6. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lain, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, 4

perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan, dana pensiun, organisasi masa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lain. 7. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi sagala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. 8. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. 9. Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. 10. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknis yang berada dalam kendaraan tersebut. 11. Pemeriksaan Teknis Kendaraan adalah serangkaian kegiatan memeriksa bagian-bagian kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan. 12. Penilaian Teknis Kendaraan Bermotor adalah penilaian terhadap komponen kendaraan yang akan dihapuskan atau dibesituakan dalam satuan prosentase. 13. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. 14. Angkutan adalah pemindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. 15. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. 16. Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang diperlengkapi dengan sebanyak-banyaknya 8 tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan bagasi. 17. Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang diperlengkapi dengan lebih dari 8 tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan bagasi. 18. Mobil barang adalah kendaraan selain mobil bus, mobil penumpang dan kendaraan bermotor roda dua. 19. Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor selain daripada kendaraan bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang, yang penggunaanya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-barang khusus. 5

20. Angkutan khusus adalah kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum mengangkut orang untuk keperluan khusus atau untuk mengangkut barang-barang khusus. 21. Kereta gandengan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang seluruh bebannya ditumpu oleh alat itu sendiri dan dirancang untuk ditarik oleh kendaraan bermotor. 22. Kereta tempelan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang dirancang untuk ditarik dan sebagian bebannya ditumpu oleh kendaraan bermotor penariknya. 23. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan wujud simpul jaringan transportasi. 24. Jasa pelayanan terminal adalah pelayanan yang diberikan oleh terminal kepada setiap kendaraan pada masing-masing trayek untuk menggunakan fasilitas terminal. 25. Usaha penunjang terminal adalah usaha yang dilakukan di terminal tanpa mengurangi fungsi pokok terminal. 26. Izin penggunaan jalan selain untuk kepentingan lalu lintas adalah izin yang diberikan untuk menggunakan/menutup sebagian/seluruh badan jalan selain untuk kepentingan lalu lintas, baik diberikan kepada perorangan maupun kepada badan. 27. Izin bengkel adalah izin untuk mengoperasikan bengkel konstruksi, bengkel perbaikan, bengkel perawatan dan bengkel uji asap dengan kategori masing-masing sebagai bengkel terdaftar, bengkel tertunjuk dan bengkel pelaksana. 28. Izin usaha penderekan adalah izin untuk mendirikan perusahaan penderekan. 29. Izin penyelenggaraan pendidikan sekolah mengemudi adalah izin untuk menyelenggarakan pendidikan sekolah mengemudi. 30. Izin trayek adalah izin untuk mengangkut orang dengan mobil bus dan/atau mobil penumpang umum pada jaringan trayek. 31. Izin operasi adalah izin untuk mengangkut orang dengan kendaraan umum tidak dalam trayek. 32. Izin insidentil adalah izin yang diberikan kepada perusahaan yang telah memiliki izin trayek untuk menggunakan kendaraan bermotor menyimpang dari izin trayek yang dimiliki. 33. Izin pendirian pool dan/atau agen adalah izin yang diberikan untuk mendirikan pool dan/atau agen penjualan/pemesanan karcis. 6

34. Izin usaha angkutan jalan adalah izin yang diberikan untuk melakukan usaha angkutan dengan kendaraan umum. 35. Retribusi jasa umum bidang perhubungan adalah pembayaran atas pemberian pelayanan jasa umum di bidang perhubungan kepada orang pribadi dan/atau badan. 36. Retribusi jasa usaha bidang perhubungan adalah pembayaran atas pemberian pelayanan di terminal dan kegiatan usaha penunjang terminal. 37. Retribusi perizinan bidang perhubungan adalah pembayaran atas pemberian izin di bidang perhubungan kepada orang pribadi dan/atau badan. 38. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungutan dan pemotongan retribusi tertentu. 39. Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut SPTRD adalah surat uang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan retribusi daerah. 40. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang dapt disingkat SKRD adalah surat ketentuan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi. 41. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan / atau sanksi administrasi berupa bunga dan / atau denda. 42. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDKB adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang dan jumlah yang masih harus dibayar. 43. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar darpiada retribusi yang terutang dan tidak seharusnya terutang. 44. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi daerah yang telah ditetapkan. 45. Perhitungan retribusi daerah adalah perincian besarnya retribusi yang harus dibayar oleh wajib retribusi baik pokok retribusi, bunga, kekurangan pembayaran, kelebihan pembayaran, maupun sanksi administrasi. 7

46. Pembayaran retribusi daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib retribusi sesuai dengan Surat Ketetapan Retribusi Daerah dan Surat Tagiah Retribusi Daerah ke Kas Daerah atau ke tempat lain yang ditunjuk dengan batas waktu yang telah ditentukan. 47. Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. 48. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi tugas wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan. 49. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PPNS adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan. 50. Kadaluwarsa adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-Undang. BAB II NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2 Dengan nama Retribusi Bidang Perhubungan Darat dipungut Retribusi sebagaimana pembayaran atas pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah di Bidang Perhubungan. Pasal 3 Obyek Retribusi adalah pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah di Bidang Perhubungan, meliputi : a. Pemeriksaan Teknis Kendaraan Bermotor; b. Penilaian Teknis Kendaraan; c. Parkir di Jalan Umum; d. Pelayanan Terminal; e. Kegiatan Usaha Penunjang Terminal; f. Izin Penggunaan Jalan selain untuk Kepentingan Lalu lintas; g. Izin Bengkel; h. Izin Usaha Penderekan; i. Rekomendasi Izin Usaha Penyelenggaraan Sekolah Mengemudi; 8

j. Izin Usaha Angkutan Bermotor di Jalan; k. Izin Trayek dan rekomendasi Izin Trayek AKDP dan AKAP; l. Izin Operasi; m. Izin Insidentil; n. Izin Pool dan Keagenan. Pasal 4 Subyek Retribusi adalah instansi, badan dan/atau orang pribadi yang memperoleh pelayanan dari Pemerintah Daerah di Bidang Perhubungan. BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5 Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 adalah golongan Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu. BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6 (1) Tingkat penggunaan jasa untuk jenis retribusi jasa umum diukur berdasarkan jenis kendaraan yang mendapat pelayanan jasa umum. (2) Tingkat penggunaan jasa untuk jenis retribusi jasa usaha diukur berdasarkan: a. Retribusi jasa pelayanan terminal didasarkan jenis trayek dan kunjungan untuk kendaraan selain angkutan umum; b. Retribusi kegiatan usaha penunjang terminal berdasarkan jenis usaha yang dilakukan. (3) Tingkat penggunaan jasa untuk jenis retribusi perizinan tertentu diukur berdasarkan: a. Retribusi izin penggunaan jalan selain untuk kepentingan lalulintas berdasarkan kepentingan, kelas jalan dan luasan jalan yang digunakan; b. Retribusi izin bengkel berdasarkan klasifikasi bengkel; c. Retribusi izin usaha penderekan berdasarkan masa waktu; 9

d. Retribusi izin penyelenggaraan pendidikan sekolah mengemudi berdasarkan masa waktu; e. Retribusi izin usaha angkutan umum berdasarkan jenis kendaraan; f. Retribusi izin trayek berdasarkan jenis kendaraan; g. Retribusi izin operasi berdasarkan jenis angkutan; h. Retribusi izin insidentil berdasarkan jenis kendaraan; i. Rertribusi pendirian pool dan/atau agen berdasarkan masa waktu; BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN BESARNYA TARIF Pasal 7 Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk golongan Retribusi Jasa Umum berdasarkan kebijakan Daerah dengan mempertimbangkan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. b. Untuk Golongan Retribusi Jasa Usaha berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. c. Untuk Golongan Retribusi Perizinan Tertentu berdasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Bagian Pertama Retribusi Jasa Umum Bidang Perhubungan Darat Pasal 8 Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut: a. Tarif Retribusi Pemeriksaan Teknis Kendaraan Bermotor No Komponen Retribusi Tarif (Rp. ) 1) Buku Uji 7.500,- 2) Stiker Uji 12.500,- 3) Tanda Uji, Baut, Mur, Kawat dan Segel 5.500,- 4) Biaya Uji Mobil Penumpang Umum 19.000,- 10

No Komponen Retribusi Tarif (Rp. ) Mobil bus, mobil barang, kendaraan khusus 23.500,- dan angkutan khusus Mobil barang lebih dari 2 sumbu 30.000,- Kereta gandengan, kereta tempelan 21.000,- 5) Penggantian Buku Uji yang hilang 50.000,- 6) Penggantian Stiker Uji yang hilang/rusak 15.000,- 7) Penggantian Tanda Uji yang hilang 20.000,- 8) Pencucian/pembersihan bagian bawah 5.000,- kendaraan uji 9) Mutasi kendaraan Mobil Penumpang Umum 19.000,- Mobil bus, mobil barang, kendaraan khusus 23.500,- dan angkutan khusus Mobil barang lebih dari 2 sumbu 30.000,- Kereta gandengan, kereta tempelan 21.000,- 10) Rekomendasi numpang uji 15.000,- 11) Perubahan status dan perubahan bentuk kendaraan Rubah Status Kendaraan 20.000,- Rubah Bentuk Kendaraan 30.000,- b. Tarif Retribusi Penilaian Teknis Kendaraan No Jenis Obyek Retribusi Tarif (Rp. ) Sepeda motor 15.000,- Mobil Penumpang dan sejenisnya 19.000,- Mobil bus, mobil barang, kendaraan khusus 23.500,- dan angkutan khusus Mobil barang lebih dari 2 sumbu 30.000,- Kereta gandengan, kereta tempelan 21.000,- c. Tarif Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum No Jenis Obyek Retribusi Tarif (Rp. ) Sepeda motor 500,- Mobil Penumpang dan sejenisnya 1.000,- Mobil bus, mobil barang, kendaraan khusus 1.200,- dan angkutan khusus Mobil barang lebih dari 2 sumbu 1.500,- Kereta gandengan, kereta tempelan 2.000,- 11

Bagian Kedua Retribusi Jasa Usaha Bidang Perhubungan Darat Pasal 9 Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d dan huuruf e, ditetapkan sebagai berikut: a. Retribusi Jasa Pelayanan Terminal. No Komponen Retribusi Tarif (Rp. ) 1) Tarif Retribusi Jasa Penggunaan Tempat Parkir Kendaraan Untuk Menaikkan Danmenurunkan Penumpang a. Bus AKAP (sekali masuk) 1.500,- b. Bus AKDP (sekali masuk) 1.000,- c. Angkutan Perdesaan dengan jadwal tetap dan teratur (sekali masuk) 500,- 3) Tarif Retribusi Penggunaan Fasilitas Tempat Parkir Kendaraan selain Angkutan Umum a. Sepeda motor (sekali parkir) 500,- b. Mobil (sekali parkir) 1.000,- b. Retribusi Kegiatan Usaha Penunjang Terminal No Komponen Retribusi Tarif (Rp. /hari ) 1) Usaha makanan, minuman, penjualan rokok 1.000,- dan minuman 2) Usaha cindera mata dan bahan bacaan 1.000,- 3) Usaha tempat peristirahatan awak kendaraan 2.000,- umum 4) Usaha jasa telepon, paket dan sejenisnya 1.000,- 5) Usaha penjualan tiket angkutan 2.000,- 6) Usaha pencucian kendaraan 1.000,- 7) Jasa MCK (untuk sekali masuk) 1.500,- 8) Usaha penunjang lainnya 4.000,- 9) Penitipan kendaraan a. Kendaraan tidak bermotor 1.000,- b. Kendaraan bermotor roda dua 1.500,- c. Kendaraan bermotor roda empat 3.000,- 12

Bagian Ketiga Retribusi Perizinan Bidang Perhubungan Pasal 10 Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, huruf j, huruf k, huruf k, huruf l, huruf m, dan huruf n, ditetapkan sebagai berikut: a. Retribusi Izin Penggunaan Jalan selain Untuk Kepentingan Lalu lintas No Status Jalan Kepentingan Tarif (Rp./m2) 1) Arteri Sosial/ Keagamaan Perorangan Komersial 0,- 3.000,- 5.000,- 2) Kolektor Sosial/ Keagamaan Perorangan Komersial 0,- 2.500,- 4.000,- 3) Lokal Sosial/ Keagamaan Perorangan Komersial 0,- 2.000,- 3.500,- b. Retribusi Izin Bengkel No Klasifikasi Bengkel Tarif Ijin (Rp) 1) Bengkel Perbaikan Roda 4 200.000,- Bengkel Perbaikan Roda 2 100.000,- 2) Bengkel Perawatan Roda 4 100.000,- Bengkel Perawatan Roda 2 50.000,- 3) Bengkel Uji Asap 100.000,- c. Retribusi Izin Usaha Penderekan 1) Izin Operasi Penderekan Rp. 150.000,- d. Retribusi Rekomendasi Izin Usaha Penyelenggaraan Sekolah Mengemudi 1) Izin Operasi Sekolah Mengemudi Rp. 150.000,- e. Retribusi Izin Usaha Angkutan Bermotor di Jalan 1) Untuk Angkutan Orang Tarif No Jenis Kendaraan (Rp) a) Bus kapasitas 9 s/d 19 seat 50.000,- 13

b) Bus kapasitas 20 s/d 30 seat 75.000,- c) Bus kapasitas 31 seat ke atas 100.000,- 2) Untuk Angkutan Barang No Jenis Kendaraan Tarif (Rp) a) Konfigurasi sumbu 1.1 50.000,- b) Konfigurasi sumbu 1.2 75.000,- c) Konfigurasi sumbu 1.2.2 100.000,- f. Retribusi Izin Trayek dan Rekomendasi Izin Trayek AKDP dan AKAP (berlaku 5 Tahun) No Jenis Kendaraan Tarif (Rp) a) Bus kapasitas 9 s/d 19 seat 100.000,- b) Bus kapasitas 20 s/d 30 seat 150.000,- c) Bus kapasitas 31 seat ke atas 200.000,- d) Rekomendasi Izin Trayek AKDP dan AKAP 25.000,- g. Retribusi Izin Operasi (berlaku 5 Tahun) No Jenis Kendaraan Tarif (Rp) a) Angkutan Taksi 200.000,- b) Angkutan Sewa 200.000,- c) Angkutan Antar Jemput 200.000,- h. Retribusi Izin Insidentil No Jenis Kendaraan Tarif (Rp) a) Bus kapasitas 9 s/d 19 seat 10.000,- b) Bus kapasitas 20 s/d 30 seat 15.000,- c) Bus kapasitas 31 seat ke atas 20.000,- i. Retribusi Izin Pool dan Keagenan No Jenis Kegiatan Tarif (Rp) a) Pendirian Pool 50.000,- b) Pendirian Agen 25.000,- 14

BAB VII WILAYAH DAN KEWENANGAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI Pasal 11 Retribusi terutang dipungut di Daerah. Pasal 12 (1) Retribusi terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dipungut oleh wajib pungut di daerah. (2) Wajib pungut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat Dinas. BAB VIII TATA CARA PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 13 (1) Wajib retribusi wajib mengisi SPTRD dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh wajib retribusi atau kuasanya. (2) Berdasarkan SPTRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru dan/atau data yang semula terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRDKB. (4) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SPTRD, SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan SKRDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Bupati. BAB IX TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI Pasal 14 Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan. Pasal 15 Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. 15

BAB X TATA CARA PEMBAYARAN RETRIBUSI Pasal 16 (1) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Daerah atau di tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Dalam hal pembayaran retribusi dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil pembayaran retribusi harus disetor ke kas daerah dalam waktu selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati. Pasal 17 (1) Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai/ lunas. (2) Tata cara pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Bupati. Pasal 18 (1) Setiap pembayaran retribusi diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan. (2) Bentuk, isi, kualitas, ukuran buku penerimaan dan tanda bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati. BAB XI TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI Pasal 19 (1) Penerbitan surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai langkah awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi kepada wajib retribusi, dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran. (2) Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib retribusi tidak melakukan tindakan yang berkaitan dengan penagihan retribusi dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27. (3) Surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Dinas. 16

(4) Bentuk dan isi surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Bupati. BAB XII TATA CARA PENGURANGAN, KERINGANAN, PEMBETULAN, PENBATALAN DAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 20 (1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan, pembetulan, pembatalan dan pembebasan retribusi. (2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan, pembetulan, pembatalan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Bupati. BAB XIII TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN RETRIBUSI Pasal 21 (1) Wajib retribusi harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk untuk perhitungan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi. (2) Berdasarkan permohonan dimaksud pada ayat (1), kelebihan pembayaran retribusi dapat langsung diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga. (3) Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang berhak atas kelebihan pembayaran tersebut dapat diperhitungan dengan pembayaran retribusi selanjutnya. Pasal 22 (1) Dalam hal kelebihan pembayaran retribusi yang masih tersisa setelah dilakukan perhitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, diterbitkan SKRDLB paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi. (2) Kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan kepada wajib retribusi paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKRDLB. (3) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB, Bupati memberikan imbalan bunga 2% (dua perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran retribusi. 17

Pasal 23 (1) Pengembalian dimaksud dalam Pasal 23 dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah membayar kelebihan retribusi. (2) Atas perhitungan dimaksud dalam Pasal 22 diterbitkan bukti pemindahbukuan yang berlaku juga sebagai bukti pembayaran. BAB XIV KADALUWARSA RETRIBUSI DAN PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI KARENA KADALUWARSA PENAGIHAN Pasal 24 (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila; a. diterbitkan surat teguran, atau; b. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. Pasal 25 (1) Piutang retribusi yang dapat dihapus adalah piutang retribusi yang tercantum dalam SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi, disebabkan karena wajib retribusi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris, tidak dapat ditemukan, tidak mempunyai harta kekayaan lagi atau karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa. (2) Untuk memastikan keadaan wajib retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dilakukan pemeriksaan setempat terhadap wajib retribusi, sebagai dasar menentukan besarnya retribusi yang tidak dapat ditagih lagi. (3) Piutang retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya dapat dihapuskan setelah adanya penelitian administrasi mengenai kadaluwarsa penagihan retribusi oleh Dinas Pendapatan Daerah. (4) Atas dasar laporan dan penelitian administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap akhir tahun takwim Dinas Pendapatan daerah membuat daftar penghapusan piutang untuk setiap jenis retribusi yang berisi nama wajib retribusi, jumlah retribusi yang terutang, jumlah 18

retribusi yang telah dibayar, sisa piutang retribusi dan keterangan mengenai wajib retribusi. (5) Dinas yang membidangi Pendapatan Daerah menyampaikan usul penghapusan piutang retribusi kepada Bupati pada setiap akhir tahun takwim dengan dilampiri daftar penghapusan piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (4). (6) Bupati menetapkan keputusan penghapusan piutang retribusi yang sudah kadaluwarsa. (7) Tata cara penghapusan piutang retribusi ditetapkan oleh Bupati. BAB XV SANKSI ADMINISTRASI Pasal 26 Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB XVI PENYIDIKAN Pasal 27 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang lalu lintas angkutan jalan, serta tindak pidana di bidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana tersebut; c. meminta keterangan dan tanda bukti dari pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana tersebut; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen yang lain yang berkenaan dengan tindak pidana tersebut; 19

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana tersebut; g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf e; h. memotret seseorang berkaitan dengan tindak pidana tersebut; i. memanggil seseorang untuk didengar keterangan dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana tersebut menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberi catatan dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XVII KETENTUAN PIDANA Pasal 28 (1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sehingga merugikan keuangan daerah diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi yang terutang. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 30 Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini maka : 20

a. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 1 Tahun 1999 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 1999 Nomor 5, Seri B Nomor 3); b. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 11 Tahun 1999 tentang Retribusi Terminal (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 1999 Nomor 14 Seri B Nomor 8); c. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 12 Tahun 1999 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 1999 Nomor 15, Seri B Nomor 9); d. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 9 Tahun 2002 tentang Retribusi Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2002 Nomor 22, Seri C Nomor 3); e. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 10 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Trayek (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2002 Nomor 23, Seri C Nomor 4) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 31 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan. Ditetapkan di Kajen pada tanggal BUPATI PEKALONGAN, SITI QOMARIYAH 21