BAB I PENDAHULUAN. Kota Denpasar merupakan pusat ibukota pemerintah Provinsi Bali

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. keadaan bebas dari penyakit. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

HAK MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR

BUPATI POLEWALI MANDAR

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU-BAU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemikiran Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah sampah perkotaan merupakan masalah yang selalu hangat diperbincangkan baik

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. barang maka semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan. 1. dan volumenya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk.

POLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman *

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan

NEGARA HUKUM DAN NEGARA HUKUM INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

dan bertambah kembali menjadi 204,78 juta jiwa pada tahun Jika tingkat pertumbuhan

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

Abstrak. Kata Kunci: tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia, kesejahteraan, partisipasi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin

BAB I P E N D A H U L U A N

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 14 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2012

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan merupakan persoalan yang sangat serius yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Secara konstitusional hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah sebagian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dan meningkatnya kegiatan pembangunan (Thrihadiningrum, 2010).

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Denpasar merupakan pusat ibukota pemerintah Provinsi Bali sehingga dijadikan sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, budaya, serta pendidikan. Beragam aktivitas dijumpai di Kota Denpasar baik dari persoalan kependudukan, sosial, tata ruang maupun tampilan wajah kotanya. Salah satu yang mendapatkan perhatian belakangan ini adalah upaya mewujudkan kota bersih dan hijau (clean dan green) termasuk keindahan kota untuk mendukung keberlangsungan pariwisata di kota Denpasar. Kawasan kota Denpasar yang padat penduduk dan tingginya aktifitas ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab permasalahan sampah yang semakin berat untuk diatasi serta penanganan sampah yang masih belum terkelola dengan optimal. Sampah merupakan masalah yang selalu muncul di lingkungan kita. Permasalahan sampah sering dibicarakan berbagai kalangan masyarakat. Namun hingga saat ini belum ada cara yang tepat untuk mengatasinya. Sampah yang menumpuk di berbagai sudut hingga saat ini masih menjadi masalah umum lingkungan perkotaan di Indonesia termasuk juga di Kota Denpasar. Rata-rata setiap harinya Kota Denpasar menghasilkan puluhan ton sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa mendapat penanganan lagi. Semakin hari sampah itu terus menumpuk dan terjadilah bukit sampah seperti yang sering kita 1

2 lihat. Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan mengganggu penduduk di sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah sering dihinggapi lalat yang dapat mendatangkan wabah penyakit. Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan, tetapi ada sisi manfaatnya, sampah juga dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat. Pengelolaan sampah terintegrasi atau terpadu dapat didefinisikan sebagai pemilihan dan penerapan teknik-teknik, teknologi, dan program-program manajemen yang sesuai untuk mencapai sasaran dan tujuan yang spesifik dari pengelolaan sampah. Oleh karena itu, khusus untuk pengelolaan sampah di perdesaan, dibentuk program pengelolaan sampah skala wilayah, misalnya dengan dibentuk depo-depo sampah. Hal ini sejalan dengan program Bali Clean and Green (Bersih dan Hijau) yang dicanangkan Pemerintah. Dalam manajemen pengelolaan sampah di Kota Denpasar membutuhkan kekuatan-kekuatan dan dasar hukum seperti pembentukan organisasi, pemungutan retribusi, ketertiban dan keterlibatan masyarakat. Dalam kaitan ini, pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai dasar pijakan hukum. Produk hukum tentang sampah mengatur bagaimana sampah harus dikelola baik oleh masyarakat secara perorangan atau secara bersama, maupun oleh pemerintah sendiri. Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang pemerintah daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan payung hukum dalam bentuk Undang-Undang. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah membuat produk hukum berupa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

3 Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 69). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah disebutkan bahwa masyarakat diwajibkan juga berpartisipasi dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga, baik dalam hal pengurangan sampah (meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang dan penanganan sampah (meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir). Dalam melakukan operasional kebersihan, ada dua hal pokok yang sangat mendukung keberhasilan penanganan sampah yakni sumber daya manusia dan ketersediaan prasarana dan sarana. Masalah yang sering muncul dalam penanganan sampah kota adalah masalah biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang yang pantas untuk pembuangan. Sebagai akibat biaya operasional yang tinggi, kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang sekitar 50-60% dari seluruh produksi sampahnya. Dari 50-60% ini, sebagian besar ditangani dan dibuang dengan cara yang tidak efektif, boros dan mencemari lingkungan. Banyak kota-kota di negara berkembang, sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta ternyata tidak mampu mengatasi jumlah timbulan yang ada. Hanya sekitar 50-60% persen dari timbunan sampah yang terangkut, sementara selebihnya dibakar, ditanam, bahkan dibuang kesungai. Berhubungan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelolaan persampahan, di kota Denpasar menyatakan

4 bahwa keterbatasan dana sebagai salah satu kendala peningkatan pelayanan pengelolaan persampahan. Keterbatasan dana tersebut dapat berakibat kepada: a. Ketidakmampuan melakukan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang ada. b. Ketidakmampuan melakukan penggantian terhadap sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang telah rusak. c. Ketidakmampuan melakukan pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang baru untuk mencapai target pelayanan yang lebih baik. d. Ketidakmampuan melakukan pengelolaan persampahan sesuai dengan standar operasional. Untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi dalam penanganan sampah di kota, maka dalam pengelolaannya harus cukup layak diterapkan yang sekaligus disertai upaya pemanfaatannya sehingga diharapkan mempunyai keuntungan berupa nilai tambah. Untuk dapat meningkatkan nilai tambah dari sampah, diperlukan sarana yang cukup dan memadai serta kesadaran masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah yang baik. Salah satu sarana pengelolaan persampahan yang diperlukan adalah sarana pewadahan dan pengumpulan sampah, yaitu tempat sampah terpilah dan gerobak sampah terpilah. Ketersediaan sarana pewadahan yang cukup juga harus didukung dengan peningkatan kesadaran masyarakat. Salah satu upaya pengelolaan sampah di Kota Denpasar adalah pengelolaan sampah yang dilakukan dengan berbasis masyarakat. Pengelolaan sampah ini dilakukan oleh masyarakat dan hasilnya juga untuk masayarakat itu

5 sendiri. Masyarakat dihimbau untuk meminimalkan menghasilkan sampah misalnya sampah kantong plastik. Masyarakat juga dihimbau untuk menggunakan kembali sampah-sampah menjadi bahan yang berguna misalnya menggunakan kaleng-kaleng bekas untuk pot bunga serta mengumpulkan dan mengolah sampah daun kering menjadi pupuk. Masyarakat juga diberikan sosialisasi dan pelatihan untuk mendaur ulang sampah dengan memilah sampah dan mengolahnya menjadi benda-benda yang bermanfaat. Pelaksanaan konsep bank sampah yaitu dengan membentuk kolaborasi perbankan dimana masyarakat mendapatkan buku rekening bagi para penabung atau disebut nasabah. Bank sampah selain sebagai penyelamatan lingkungan ada konsep menabung. Uniknya di bank sampah para nasabah menyetor sampah lalu akan mendapatkan uang sesuai dengan nilai sampah yang mereka setorkan. Sampah akan ditimbang dan ditaksir nilainya sesuai harga di pasaran atau pengepul, lalu nilai uang itu yang akan dimasukan ke rekening nasabah. Keberadaan bank sampah ini sangat efektif untuk mengubah pola pikir masyarakat bahwa limbah yang dihasilkan masih memiliki potensi ekonomi, selain menyebabkan jumlah sampah yang terbuang ke tempat pembuangan akhir menjadi lebih sedikit serta akan berdampak pada kebersihan dan kenyamanan lingkungan. Dengan usaha kecil-kecilan dari masyarakat dalam mengumpulkan barang-barang bekas yang memiliki nilai ekonomis, sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap kebersihan lingkungan khususnya tata kelola sampah untuk mengurangi sampah dihulu atau disumbernya. Tujuan bank sampah, itu sendiri yaitu :

6 1. Membantu dalam mengurangi sampah. 2. Membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah yang bernilai ekonomis. 3. Membantu mengatasi permasalah lingkungan yang diakibatkan oleh sampah. 4. Memaksimalkan pemanfaatan barang bekas yang terbuang percuma Untuk dapat membantu program pemerintah dalam pengelolaan sampah salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dengan pendekatan kepada masyarakat dengan membiasakan masyarakat tersebut terhadap tingkah laku yang sesuai dengan membiasakan diri dengan tujuan program bank sampah tersebut. Hal ini dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib, lancar dan merata secara mandiri. Pada Pasal 11 ayat (1) huruf b dikemukakan setiap orang berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah. Sementara itu pada ayat 2 dikemukakan ketentuan sebagai tindak lanjut mengenai tata cara penggunaan hak. Ketentuan diatas menunjukkan masyarakat diakui haknya untuk turut serta dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah yang ada di wilayahnya. Pemerintah Kota Denpasar dalam rangka memfasilitasi hak masyarakat untuk ikut serta menyelenggarakan pengelolaan sampah menetapkan produk hukum berupa Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 15 Tahun 1993 Tentang Kebersihan Dan Ketertiban Umum Di

7 Kota Denpasar. Produk hukum untuk ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota Denpasar Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Penetapan Jadwal Waktu Pembuangan Dan Pengangkutan Sampah Serta Ketentuan Dan Tata Cara Pemotongan Pohon Perindang Di Kota Denpasar dan Keputusan Walikota Denpasar Nomor 188.45/ 195 / Hk / 2015 Tentang Penetapan Bank Sampah Di Kota Denpasar Tahun 2015. Dari ketentuan tersebut maka kajian implementasi produk hukum terkait hak masyarakat ikut serta dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah di Kota Denpasar menjadi sangat penting dilakukan, oleh karena itu penelitian dengan judul HAK MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR menjadi aktual dan menarik untuk diteliti. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaturan hak-hak masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar? 2. Bagaimana pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui program bank sampah di Kota Denpasar? 1.3 Ruang Lingkup Masalah

8 Ruang lingkup masalah dalam penulisan karya ilmiah ini, terbatas hanya pada faktor faktor yang terkait dengan persoalan hak masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui program bank sampah di Kota Denpasar. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 1. Pertama mengenai pengaturan hak-hak masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar. 2. Kedua diuraikan mengenai pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui program bank sampah di Kota Denpasar. Hal yang akan diuraikan nantinya dibatasi dalam pembagian jenis sampah dimana sampah yang dapat ditabung di bank sampah dikelompokkan menjadi : a. Kertas, yang meliputi Koran, majalah, kardus, dan dupleks. b. Plastik, yang meliputi plastik bening, botol plastik, dan plastik keras lainnya. c. Logam, yang meliputi besi, aluminium dan timah. Pembahasan akan menjadi terarah dan benar-benar tertuju pada pokok pembahasan yang diinginkan. Hal ini sangat diperlukan agar pembahasan selanjutnya tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang diangkat. Sehingga dengan demikian dapat diuraikan secara sistematis. 1.4 Orisinalitas Penelitian Tulisan ini merupakan benar dari pemikiran sendiri. Sebagai referensi sekaligus menghindari plagiasi pada tulisan ini, maka penulis menggunakan

9 skripsi lain dengan kasus sejenis, yang mana akan membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Dari hasil penelusuran yang dilakukan terhadap tulisan atau hasil penelitian tentang Hak masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui program bank sampah di Kota Denpasar, belum pernah ada yang melakukan penelitian sebelumnya. Akan tetapi pernah ada yang meneliti tentang yang terkait dengan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat, sebagai acuan kerangka berfikir maka penulis menggunakan 1 skripsi dan 2 tesis terdahulu. Adapun skripsi dan tesis yang penulis maksud adalah sebagai berikut : Tabel 1.4.1 Daftar Penelitian Sejenis No Judul Skripsi/Jurnal Penulis 1 Skripsi : Pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan sampah Syafa Atur Rofi ah (Mahasiswi jurusan pengembangan masyarakat islam fakultas dakwah dan komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013) 1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang dilakukan bank sampah sorularess? 2. Apa manfaat yang dirasakan masyarakat sekitar dengan adanya bank sampah?

10 2 Tesis : Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga (studi kasus di Kota Denpasar) Ni Made Sunarti (Mahasiswi Program Pasca Sarjana Universitas Diponogoro, Semarang, tahun 2002). 1. Masih terdapat sebagian besar sampah rumah tangga belum terangkut ke TPA? 2. Masih kurangnya peran serta masyarakat di dalam memperlakukan sampah rumah tangga dengan adanya pembuangan sampah ke sungai dan pada lahan-lahan kosong? 3 Tesis : Pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat (studi kasus di Kota Yogyakarta) Faizah (mahasiswi program magister ilmu lingkungan program pasca sarjana Universitas diponegoro, Semarang, tahun 2008 ) 1. Bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di kota Yogyakarta? 2. Apa problematika yang dihadapi pada pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di kota Yogyakarta? 3. Apa rekomendasi yang diberikan untuk menyempurnakan pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di kota Yogyakarta? 1.5 Tujuan Penelitian Mengacu pada latar belakang dan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : a. Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melatih diri dalam usaha menyatakan penelitian ilmiah terkait pengelolaan sampah secara tertulis. Penelitian ini juga bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang

11 hukum yang terkait dengan hak masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui program bank sampah di Kota Denpasar. b. Tujuan khusus Mengenai tujuan khusus penelitian ini, sejalan dengan permasalahan yang dikaji adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan hak-hak masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui program bank sampah di Kota Denpasar. 1.6 Manfaat Penelitian Merujuk pada tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini sekurangkurangnya diharapkan dapat memberikan kegunaan teoritis dan praktis, yaitu : a. Manfaat Teoritis Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai berikut : 1) Bagi ilmu hukum, hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat memahami dan memperdalam serta mengembangkan teori ilmu pengetahuan guna menambah pustaka hukum yang berkaitan dengan Hukum Pemerintahan dan Hukum Lingkungan. 2) Kepada Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran yang dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat

12 kebijakan di bidang pengelolaan sampah dalam meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat melalui program bank sampah di Kota Denpasar. b. Manfaat Praktis. Secara praktis, penelitian ini diharapkan membawa manfaat sebagai berikut : 1) Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai bahan kajian, masukan atau pertimbangan terhadap pengelolaan sampah melalui program bank sampah di Kota Denpasar. 2) Bagi masyarakat dapat dijadikan rujukan informasi yang dapat digunakan untuk perencanaan pengambilan keputusan dan menentukan kebijakan bagi Pemerintah daerah di Kota Denpasar. 3) Bagi peneliti dapat digunakan sebagai penyampaian informasi terhadap masyarakat untuk membangun kesadaran masyarakat dalam mengembangkan sistem pengelolaan sampah melalui program bank sampah di Kota Denpasar. 1.7 Landasan Teoritis Untuk membahas permasalahan dalam skripsi ini maka akan dikaji beberapa teori, konsep, maupun peraturan perundang-undangan yang terkait. Dengan demikian landasan teoritis yang dikembangkan dapat dijadikan pisau analisa secara teoritis terhadap kedua permasalahan dalam penelitian ini. Adapun landasan teoritis yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :

13 a. Teori Negara Hukum Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila, di mana unsur-unsur di atas terpenuhi seperti yang temuat dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945, alenia pertama yang menyatakan bahwa kemerdekaan merupakan hak segala bangsa, pernyataan tersebut merupakan affirmasi dari Hak dasar untuk menentukan nasib sendiri. Dalam alenia kedua pembukaan menyebutkan Indonesia sebagai negara yang adil dan makmur. Kekuasaan hendaklah dijalankan dengan adil, artinya negara tidak dapat bertindak sewenangwenang terhadap rakyatnya. Dalam alenia ketiga tercantum hasrat Indonesia untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, yang menekankan HAM kolektif yang dimiliki sebuah bangsa, serta alenia keempat mencantukan hak sosial, ekonomi, politik dan pendidikan. Di dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. Istilah Negara hukum di Indonesia, sering di terjemahkan rechtstaats atau the rule of law. Paham recht staats pada dasarnya bertumpu pada sistem hukum Eropa Kontinental. Immanuel Kant mengemukakan paham Negara hukum dalam arti sempit, yang menempatkan rechtstaats, hanya sebagai alat perlindungan hak hak individual dan kekuasaan Negara diartikan secara pasif, yang bertugas sebagai pemelihara ketertiban dan keamanan masyarakat. Sementara itu di dalam Undang- Undang Dasar Negara Kesatuann Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa segala tindakan penguasa atau pemerintah memerlukan suatu bentuk hukum tertentu dan harus sesuai dengan Undang Undang yang berlaku.

14 Pernyataan tersebut mengandung arti adanya supremasi hukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem konstitusional yang diatur dalam Undang Undang Dasar, adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak yang menjadi persamaan setiap warga Negara dalam hukum serta jaminan keadilan bagi setiap orang termasuk penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berkuasa. Pasal 1 ayat (3) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Konsep ini berasal dari Freidrich Julius Stahl yang diilhami oleh Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur negara hukum (rechtsstaat) adalah : 1. Perlindungan hak-hak asasi manusia 2. Pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu. 3. Pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan. 4. Peradilan administrasi dalam perselisihan. Sedangkan prinsip suatu negara hukum menurut J.B.J.M ten Berge adalah adanya asas legalitas, perlindungan hak-hak asasi, pemerintah terikat pada hukum, monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum dan pengawasan oleh hakim yang merdeka. Dalam suatu negara hukum seperti halnya negara Indonesia, hak asasi merupakan suatu hal yang penting. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara implisit menjamin keberadaan hak asasi. Kemudian dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

15 tahun 1945 hak asasi juga sudah dijamin secara tegas. Hak-hak asasi yang diatur dalam konstitusi negara inilah yang kemudian disebut sebagai hak konstitusi. Pengakuan HAM tersebut merupakan bukti bahwa Indonesia tidak hanya secara deklaratif menyatakan sebagai negara hukum namun juga secara praktis, yang dalam hal ini Indonesia menganut negara hukum dalam arti materiil atau yang dikenal dengan sebutan Negara Kesejahteraan (Welfare State). Dalam negara, kesejahteraan hak rakyat bebas dari persaoalan sampah. Namun demikian dalam pengelolaan sampah tidak boleh dilakukan secara sewenang-wenang. Berkaitan dengan pandangan tersebut maka skripsi ini memuat tentang hak masyarakat yang berdasarkan hukum mengenai pengelolaan sampah melalui program bank sampah, dimana hal ini apabila tidak ditangani dapat mengancam hak konstitusional rakyat Indonesia untuk mendapatkan lingkungan hidup yang sehat. b. Teori Kewenangan Secara konseptual, dalam istilah Belanda bevoegdheid (yang berarti wewenang atau berkuasa) dan dalam bahasa inggris disebut authority. Wewenang merupakan bagian yang sangat penting dalam Hukum Tata Pemerintahan, karena pemerintahan baru dapat menjalankan fungsinya atas dasar wewenang yang diperolehnya. Wewenang adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan dan perbuatan hukum. Dikatakan sebagai kekuasaan yang sah karena undang-undang yang memberikan kewenangan terhadap pejabat tersebut. Menurut S.F.Marbun, menyebutkan wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum

16 publik, atau secara yuridis adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-hubungan hukum. Setelah dinyatakan dengan tegas wewenang tersebut sah, baru kemudian tindak pemerintahan mendapat kekuasaan hukum (rechtskracht). Oleh karena itu pengertian wewenang itu sendiri akan berkaitan dengan kekuasaan. Teori kewenangan ini memiliki peran penting sebagai dasar keabsahan pemerintah daerah untuk merealisasikan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu memberikan lingkungan hidup yang sehat bagi seluruh masyarakat. Dalam hal tersebut pemerintah pusat dengan kewenangannya mendelegasikan kepada pemerintah daerah melalui Pasal 8 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, yang menyatakan bahwa dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah Pemerintah dapat menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah sesuai dengan kebijakan pemerintah. c. Teori kepastian hukum Penciptaan kepastian hukum dalam peraturan perundang-undangan memerlukan persyaratan yang berkenaan dengan struktur internal dari norma hukum itu sendiri. Persyaratan internal tersebut adalah sebagai berikut : Pertama, kejelasan konsep yang digunakan. Norma hukum berisi deskripsi mengenai perilaku tertentu yang kemudian disatukan ke dalam konsep tertentu pula. Kedua, kejelasan hirarki kewenangan dari lembaga pembentuk peraturan perundangundangan. Kejelasan hirarki ini penting karena menyangkut sah atau tidak dan mengikat atau tidaknya peraturan perundang-undangan yang dibuatnya. Kejelasan hirarki akan memberi arahan pembentuk hukum yang mempunyai kewenangan

17 untuk membentuk suatu peraturan perundang-undangan tertentu. Ketiga, adanya konsistensi norma hukum perundang-undangan. Artinya ketentuan-ketentuan dari sejumlah peraturan perundang-undangan yang terkait dengan satu subyek tertentu tidak saling bertentangan antara satu dengan yang lain. Kepastian hukum menghendaki adanya upaya pengaturan hukum dalam perundang-undangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang dan berwibawa, sehingga aturan-aturan itu memiliki aspek yuridis yang dapat menjamin adanya kepastian bahwa hukum berfungsi sebagai suatu peraturan yang harus ditaati. d. Teori efektivitas hukum Berbicara mengenai efektivitas hukum, Soerjono Soekanto berpendapat tentang pengaruh hukum baik sebagai kaidah maupun sebagai sikap tindak atau prilaku teratur dalam membimbing manusia. Masalah pengaruh hukum tidak hanya terbatas pada timbulnya ketaatan atau kepatuhan pada hukum tapi mencakup efek total dari hukum terhadap sikap tindak atau prilaku baik yang bersifat positif maupun negatif. Ketaatan seseorang bersikap tindak atau berprilaku didasarkan pada kesesuaiannya dengan harapan pembentuk undangundang. Pengaruh hukum terhadap sikap tindak atau prilaku, dapat diklarifikasikan sebagai ketaatan (compliance), ketidaktaatan atau penyimpangan (deviance) dan pengelakan (evasion). Efektivitas penegakan hukum dibutuhkan kekuatan fisik untuk menegakkan kaidah-kaidah hukum tersebut menjadi kenyataan berdasarkan wewenang yang sah. Sanksi merupakan aktualisasi dari norma hukum threats dan

18 promises, yaitu suatu ancaman tidak akan mendapatkan legitimasi bila tidak ada faedahnya untuk dipatuhi atau ditaati. Internal values merupakan penilaian pribadi menurut hati nurani yang diartikan sebagai suatu sikap tingkah laku. 1.8 Metode Penelitian Skripsi merupakan salah satu bentuk dari penelitian yang harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Untuk memenuhi kriteria ilmiah tersebut, penyusunan skripsi ini memerlukan metode-metode penelitian tertentu. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : a. Jenis Penelitian Penelitian ini dikualifikasikan dalam jenis penelitan secara yuridis empiris dengan menganalisa masalah yang dikaitkan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan teori-teori yang sudah ada dikaji penerapaannya dilapangan untuk memperoleh informasi dari pihak terkait. Adapun isu hukum yang diteliti adalah penerapan Pasal 11 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ditinjau dari partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah. b. Jenis Pendekatan. Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan pendekatan tersebut, penelitian akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek

19 mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum adalah : 1. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach) 2. Pendekatan fakta (The fact Approach) 3. Pendekatan Kasus (Case Approach) 4. Pendekatan Historis (Historical Approach) 5. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (analytical and conceptual approach) 6. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach) 7. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach) Dari berbagai pendekatan secara teoritis adapun pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu : a) Pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) yaitu dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkutan dengan isu hukum yang sedang ditangani. b) Pendekatan fakta (fact approach) yang artinya bahwa pendekatan yang di lakukan berdasarkan fakta fakta yang terjadi di lapangan yang ada kaitannya dengan permasalahan isu hukum yang sedang di tangani. c. Sumber Data Pada umumnya, data dalam penelitian dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan bahan pustaka. Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat disebut dengan data primer (data dasar) dan data yang diperoleh dari bahan pustaka disebut data sekunder. Untuk

20 memperoleh data dalam penelitian ini, data yang didapatkan bersumber dari data berikut : a) Data primer Data primer adalah data yang diperoleh oleh hasil penelitian lapangan. Adapun sumber utama dalam penulisan penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar. b) Data sekunder Data sekunder merupakan data yang bersumber dari penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan yang dimaksud antara lain : dokumendokumen berupa peraturan perundang-undangan, literatur hukum, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan yang menunjang dan berkaitan dengan penelitian serta untuk menyempurnakan data yang di dapat dari lapangan. Untuk sumber data dari peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari sumber bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier sebagai berikut : 1) Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer merupakan bahan-bahan hukum yang mengikat (Perundang-Undangan). Dalam penelitian ini bahan hukum yang dipergunakan adalah : - Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 - Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 69).

21 - Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); - Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 534) - Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksana Reduce, Reuse Dan Recycle Melalui Bank Sampah. (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 804); - Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pengelolaan sampah (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 5); - Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 15 Tahun 1993 Tentang Kebersihan Dan Ketertiban Umum Di Kota Denpasar. (Lembaran Daerah Kota Denpasar Nomor 4 Tahun 2000); - Peraturan Walikota Denpasar Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Penetapan Jadwal Waktu Pembuangan Dan Pengangkutan Sampah Serta Ketentuan Dan Tata Cara Pemotongan Pohon Perindang Di Kota Denpasar. (Berita Daerah Kota Denpasar Tahun 2012 Nomor 3);

22 - Keputusan Walikota Denpasar Nomor 188.45/ 195 / Hk / 2015 Tentang Penetapan Bank Sampah Di Kota Denpasar Tahun 2015. 2) Bahan Hukum Sekunder Bahan Hukum Sekunder merupakan bahan yang bersumber dari bukubuku atau literatur-literatur hukum, artikel, jurnal-jurnal hukum pemerintahan, hukum pemerintahan daerah, hukum lingkungan, laporan penelitian, internet, dan karya tulis hukum lainnya. 3) Bahan hukum tertier Bahan hukum tertier yang digunakan dalam penelitian ini berupa bahan-bahan non hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum tertier yang digunakan seperti kamus hukum, ensiklopedia dan buku pegangan lainnya. d. Teknik Pengumpulan Data Dalam mendapatkan data untuk penelitian ini, digunakan 2 cara, kedua cara tersebut adalah : a) Teknik studi dokumen, yaitu dalam pengumpulan bahan hukum primer dan sekunder terhadap sumber kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang dibahas. Studi dokumen dilakukan dengan cara membaca, mengklarifikasi, mengutip, dan menganalisis aturan-aturan terkait dengan pengelolaan sampah melalui program bank sampah, kemudian dikelompokkan secara sistematis yang berhubungan dengan masalah dalam penulisan skripsi ini.

23 b) Studi lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun secara langsung dilapangan dan melakukan proses wawancara untuk mendapatkan data primer (basic data primary data). Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data primer dilakukan penelitian pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Denpasar. e. Teknik Analisis bahan hukum Dalam penelitian hukum empiris dikenal adanya analisis data yang diperoleh dan telah dikumpulkan serta diolah dengan menganalisa secara kualitatif karena di lihat sifat dari data dan penelitiannya yang berupa deskriptif. Data tersebut kemudian disajikan secara deskriptif analitis, yaitu dengan menggambarkan secara lengkap sebagaimana adanya tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah yang dibahas sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan