BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini adalah individu yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat untuk menjalani kehidupan selanjutnya. masa ini disebut juga dengan masa golden age atau masa keemasan. Pada masa ini anak-anak dengan mudah merangsang apa saja yang diberikan atau yang terjadi pada mereka. Oleh karena itu, penting sekali pada masa ini anak diberi stimulus untuk meningkatkan tumbuh kembang mereka. Salah satu stimulus yang diberikan dapat berupa pendidikan yang biasa disebut Pendidikan Anak Usia Dini (Nurani, 2009: 6). Berdasarkan undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendididkan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi: Pendidikan Anak Usia Dini diselengggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan persyaratan untuk mengikuti pendidikan dasar. Selanjutnya pada Bab I pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai pada usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidiakn lebih lanjut. Menurut paparan diatas, Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting dilakukan terhadap anak usia 0-6 tahun untuk memberikan rangsangan stimulus bagi anak, agar anak dapat melangsungkan kehidupan selanjutnya lebih baik lagi, bukan merupakan syarat mutlak untuk masuk pendidikan dasar. Menurut Pendidikan nasional nomor 58 tahun 2009 ada lima aspek perkembangan anak yang harus dikembangkan yaitu: 1 nilai agama dan moral; 2 aspek perkembangan fisik yang meliputi motorik halus dan motorik kasar; 3 aspek perkembangan kognitif, yang terdiri dari pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf; 4 aspek perkembangan bahasa; dan 5 aspek perkembangan sosial dan emosional.
2 Matematika merupakan bagian dari kemampuan kognitif, untuk itu matematika merupakan bagian penting yang harus dipelajari anak sejak dini, karena perkembangan yang sangat pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dilandasi oleh perkembangan matematika. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan, diperlukan pengusaan metematika yang kuat sejak dini (Suyanto, 2005:33). Selain itu, menurut Ruseffendi (1984:526) alasan mengapa metematika harus diajarakan yaitu karena dengan belajar matematika seseorang dapat berkomunikasi misalnya pada saat berbelanja dan berdagang, dapat membantu belajar bidang studi yang lain, dapat meningkatkan kemampuan berpikir logik, menyelesaikan persoalan, menunjang penggunaan alat-alat seperti kalkulator dan komputer, selain itu juga, demi pengekalan ilmu matematika itu sendiri. Didalam aspek perkembangan kognitif, terdapat konsep bilangan dan lambang bilangan yang termasuk kedalam ruang lingkup pembelajaran matematika, dimana anak usia empat sampai lima tahun tingkat pencapaian perkembangan yang harus dicapai yaitu konsep bilangan dan lambang bilangan dari satu sampai dengan sepuluh (Permendiknas no 58 tahun 2009). Matematika bukan sekedar berhitung meskipun sebagian besar kegiatan matematika berhitung, matematika juga membimbing seseorang untuk kemampuan berpikir analitis, logis dan kritis (Sriningsih, 2009:23). Berdasarkan uraian diatas maka hakikat matematika untuk anak usia dini adalah mendorong anak untuk mengembangkan berbagai potensi intelektualnya dan menumbuhkan berbagai perilaku positif. Dalam pengenalan lambang bilangan yang akan dikenalkan kepada anak tentu saja harus menggunakan cara atau metode yang menarik agar anak bersemangat dalam mempelajarinya. Kegiatan pembelajaran matematika untuk Anak Usia Dini sangat penting bagi anak yaitu untuk menstimulasi dan mengoptimalkan kemampuan berpikir anak. Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang pendidik, adalah bagaimana cara menyampaikannya sehingga memiliki manfaat yang sangat besar dalam mengoptimalkan kemampuan logika-matematika (Sriningsih, 2009:28).
3 Tuntutan penguasaan matematika sangat besar, apalagi jika anak hendak masuk sekolah dasar, orang tua menuntut anak-anak mereka agar dapat menguasai matematika bahkan saat anak mereka masih di taman kanak-kanak. Hal ini memicu lembaga pendidikan Anak Usia Dini mengajarkan matematika dengan metode yang kurang tepat. Senada dengan yang diungkapkan oleh Sriningsih (2009:2) tidak sedikit lembaga Pendidikan Anak Usia Dini mengajarkannya dengan menggunakan paper-pencil yaitu bentuk lembar kerja anak yang didalamnya terdapat angka-angka tanpa benda konkritnya langsung. Hal ini dianggap lebih mudah bagi guru untuk mengajarakanya karena guru tidak perlu menyediakan media. Akan tetapi, hal ini sulit bagi anak karena anak akan lebih mudah belajar jika ada benda konkritnya langsung. Menurut hasil observasi peneliti yang dilakukan di PAUD WISANA. Peneliti memperoleh informasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran khususnya dalam pengenalan lambang bilangan pada anak TK A masih menggunakan paper-pencil test atau LKA (Lembar Kerja Anak). Misalnya guru hanya menyediakan LKA yang dibagikan kepada setiap anak lalu bersamaan dengan itu guru meminta anak untuk membuka halaman yang sama dengan guru dan guru menyebutkan gambar angka yang ada dibuku dan diikuti oleh anak. Kegiatan pembelajaran dilakukan begitu seterusnya setiap hari. Dengan begitu guru di Taman Kanak-Kanak kurang memperhatikan salah satu karakterisitk sebagai seorang anak yaitu bermain. Tentu saja dengan alasan yang bermacammacam diantaranya perlu waktu yang banyak untuk mencari dan menyiapkan permainan juga memakan banyak biaya. Oleh karena itu kebanyakan guru menggunakan metode ceramah paling banyak dilakukan dalam proses belajar mengajar dengan cara menyampaikan materi pembelajaran kepada anak secara langsung atau lisan. Metode ceramah ini jika dilihat diterapkan di Taman Kanak-Kanak, anak kurang tertarik untuk mengikutinya karena materi pembelajaran yang diberikan kurang menarik bagi anak, anak akan cenderung pasif dan tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran. Padahal dengan bermain dapat meningkatkan ketertarikan pada anak karena bermain
4 merupakan salah satu karakteristik dari anak, sehingga dapat digunakan sebagai metode dalam pengenalan lambang bilangan. Dalam Permendiknas no 58 tahun 2009 disebutkan standar pencapaian perkembangan yang harus dicapai oleh anak usia 4-5 tahun adalah anak dapat mengurutkan bilangan 1-10, menunjuk lambang bilangan 1-10, meniru lambang bilangan, dan menghubungkan lamabng bilangan dengan bendabenda. Proses pembelajaran di Paud Wisana khususnya kelompok A mengajarakan lambang bilangan dengan pemberian materi secara lisan saja, tidak menggunakan media yang seharusnya dapat memudahakn anak dalam memahami matematika. Setelah peneliti mengamati hasil belajar anak dari tanggal 1-30 Mei 2013 di kelompok A Paud Wisana dari 11 anak, ada 10 anak yang masih sulit untuk mengenal lamabang bilangan. Hasil observasi yang peneliti temukan yaitu: (3) anak masih belum mampu menyebutkan urutan bilangan 1-10 secara berutan, (9) anak masih belum mampu mengurutkan bilangan secara mundur (8) anak masih belum mampu menybebutkan lambang bilangan sesudah antara 1-10, (10) anak masih harus dibantu guru dalam menyebutkan lambang bilangan 1-10, (7) anak masih belum dapat menghubungkan lambang bilangan dengan benda, dan (10) anak masih belum bisa meniru tulisan antara 1-10. Pengenalan lambang bilangan di Paud Wisana masih rendah. Hal ini disebabkan karena peran guru yang tidak berpusat pada anak. Hal ini dibuktikan dengan adanay peran guru yang terlalu menguasai kelas. Guru kurang memberikan media/ pembelajaran yang menarik bagi anak dan dalam pembelajaran masih kurang bervariasi, hal ini diakui juga oleh guru di Paud Wisana bahwa sampai saat ini masih belum menemukan media yang tepat untuk membantu anak dalam memahami lambang bilangan. Agar anak-anak dapat mudah memahami lambang bilangan, sebaiknya guru dapat memudahkan anak belajar mengenal lambang bilangan dengan menggunakan metode yang tepat untuk anak yaitu bermain, karena dengan digunakannya metode bermain ini dalam pembelajaran matematika yaitu agar belajar dapat menyenangkan bagi anak. Seperti yang di jelaskan menurut
5 Siswanto (2008:44) juga menyatakan bahwa permainan matematika untuk anak bertujuan agar anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran Anak mempunyai karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa, sehingga guru perlu menyiapkan metode pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan dunia anak. Moeslichatoen (2004:24) terdapat tujuh metode yang dapat dilakukan untuk menstimulasi perkembangan anak sesuai dengan karakteristiknya diantaranya: metode bermain, karyawisata, bercakap-cakap, bercerita, demonstarsi, proyek dan pemberian tugas. Dalam hal ini, penulis akan menggunakan metode bermain untuk mengenalkan lambang bilangan kepada anak usia dini. Menurut Dewey (dalam B.E.F Montolalu, dkk (2007:1.7) bahwa anak belajar tentang dirinya sendiri serta dunianya melalui bermain. Melalui bermain, akan terjadi pengalaman yang bermakna melalui benda-benda konkret, anak juga akan mampu mengembangkan kemampuan memecahkan masalah serta perkembangan sosialnya pun akan menigkat melalui interkasi dangan teman sebayanya. Montolalu (2007:1.2) menyebutkan dalam kehidupan anak bermain mempunyai arti yang sangat penting, karena setiap anak yang sehat selalu mempunyai dorongan untuk bermain sehingga dapat dipastikan bahwa setiap anak yang tidak bermain pada umumnya dalam keadaan sakit, jasmaniah atau rohaniah. Oleh karena itu bermain merupakan kegiatan rutin yang selalu dilakukan anak karena bermain merupakan bagian dari karakteristik anak. Kita sebagai orang dewasa atau pendidik tinggal menyiapkan dan menyediakan permainan yang dapat memberikan manfaat bagi anak. Agar anak tidak hanya sekedar bermain tetapi anak juga bisa belajar banyak dari apa yang dia lakukan melalui bermain. Bermain mencakup penggunaan simbol, tindakan atau objek yang punya arti untuk diri mereka sendiri (Kurniati 2008:9). Hal ini diperkuat lagi oleh Solehudin (2000:79) yang menyatakan bahwa bermain merupakan hal yang perlu diprioritaskan sebagai sarana belajar di Taman Kanak-Kanak, karena dengan bermain anak terlibat langsung dalam aktivitas yang menyenangkan bukan hanya mengikuti tugas yang diberikan guru.
6 Dengan permainan karambol, dirasa bisa membantu anak dalam mengenal lambang bilangan, karena dalam permainan ini terdapat simbol angka-angka yang ada di koin karambol itu sendiri yang nantinya koin-koin angka itu akan di masukan kedalam lubang oleh anak secara bergantian kemudian anak menebak angka berapa yang masuk kedalam lubang karambol itu. Oleh karena itu, anak tidak akan merasa sedang belajar karena kegiatan yang disajikan menarik bagi anak. Karambol yang akan penulis sajikan untuk mengenal lambang bilangan pada anak tentu saja bukan karambol yang biasa digunakan orang dewasa, dalam hal ini penulis akan menggunakan meja papan karambol yang berukuran kecil yaitu 75x75 cm sehingga sesuai untuk anak usia dini. Dalam hasil penelitian Ayu Siti Rahayu (Skripsi 2012) yang berjudul Pengaruh Media Karambol terhadap Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan bagi Siswa Tunagrahita Ringan di SLB Purnama Asih Bandung mengungkapkan bahwa penggunaan media karambol dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan terhadap anak Tunagrahita ringan, yang ditunjukkan dengan meningkatnya mean level pada setiap fase. Pada setiap fase terlihat telah terjadi peningkatan kemampuan membaca pada subjek yang mampu melakukan proses membaca sesuai dengan huruf yang telah dimasukkan kedalam lubang karambol. Berkaitan dengan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah media permainan karambol ini bisa digunakan untuk mengenal lambang bilangan pada anak TK A untuk mengetahui sejauh mana anak TK A di PAUD WISANA mampu mengenal lambang bilangan melalui media permainan karambol, yang diterapakan dalam proses pembelajaran, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul. Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Pada Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Dengan Menggunakan Media Permainan Karambol.
7 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Fokus permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan mengenal lambang bilangan di PAUD WISANA? 2. Bagaimana penerapan pembelajaran menggunakan media permainan karambol dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan anak? 3. Bagaimana peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan setelah penerapan media permainan karambol di PAUD WISANA? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kondisi objektif mengenal lambang bilangan anak di PAUD WISANA 2. Mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran menggunakan media permainan Karambol dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan anak. 3. Mengetahui peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan anak setelah dilaksanakannya media permainan karambol. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait diantaranya : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan sumbangan keilmuan dalam memahami upaya peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan di PAUD WISANA melalui media permainan Karambol. 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dari penelitian ini diantaranya, adalah: a. Bagi Anak
8 Memberikan pengalaman dan wawasan baru pada anak dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan. b. Bagi Guru Sebagai bahan masukan bagi guru dalam memilih permainan yang tepat dan menyenangkan dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak. c. Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan serta rujukan dalam menentukan kebijakan dan program dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengembangan media permainan Karambol dalam peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan 3 pada anak di PAUD WISANA. E. Sistematika Penulisan Berikut dibawah ini adalah gambaran umum dari bab ke bab isi dari penulisan skripsi ini: BAB I Pendahuluan, mengemukakan tentang: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Penjelasan Istilah, dan Sistematika penulisan. BAB II membahas tentang matematika, bilangan, media, permainan, dan karambol. BAB III Metode Penelitian, pada bab ini mengemukakan tentang: Metode Penelitian, Lokasi dan subjek Penelitian, Desain Penelitian, Penjelasan Istilah, Instrument Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, mengemukakan tentang: Pengolahan dan Analisis Data, Pembahasan Data dan Analisis Temuan. BAB V Kesimpulan dan Saran, mengemukakan tentang: Kesimpulan yang akan diambil dan Saran yang diberikan.