II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. Bagian kedua akan membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. Manusia sebagai individu maupun golongan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli Definisi Ada Daftar Pustakanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses

WAHYU INDRIANI PUTRI A.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB II LANDASAN TEORITIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bersikap sebagai penyeimbang supaya tidak terjadi hal-hal negatif dalam. Definisi belajar menurut Slameto yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi serta impian di masa depan. Melalui pendidikan setiap masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jumlah anak usia sekolah setingkat SMP (jiwa)

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sasaran yang sangat penting untuk. mencapai pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), UU RI No.20 Tahun 2003 beserta penjelasannya,(bandung: Nuansa Aulia, 2008), h.114

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan setiap individu dapat meningkatkan potensi yang ada

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB II PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk proses pendidikan yang memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Pendapatan Orang Tua. a. Pendapatan. Wahyu Adji (2004: 3) mengatakan bahwa pendapatan atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. lembaga pendidikan di negara kita. Tujuan pendidikan nasional sebagaimana. mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

I. PENDAHULUAN. Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu negara berkembang. Hal ini berarti juga bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

Oleh : Sri Handayani NIM K

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.20

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. harkat, martabat dan nilai-nilai kemanusiaannya. Undang Undang Republik

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dari kebodohan dan kemiskinan. Hal ini Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini maju sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS Bagian kedua akan membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya penelitian dapat melakukan kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka pikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis. 2.1 Tinjauan Pustaka Bagian tinjauan pustaka akan membahas teori-teori yang mendasari tentang tingkat pendapatan orang tua,tingkat pendidikan orang tua,minat anak dan lingkungan sosial masyarakat. Bagian ini juga menjelaskan teori-teori yang mempengaruhi antara tingkat pendapatan orang tua,tingkat pendidikan orang tua, minat anak dan lingkungan sosial masyarakat terhadap lulusan SMA tidak melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

2.1.1 Tingkat Pendapatan Orang Tua 15 Pendapatan adalah semua penerimaan baik tunai maupun bukan tunai yang merupakan hasil dari penjualan barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu (tim penyusun kamus perbankan indonesia,2000:99) Tingkat pendapatan menurut Sumardi (2005:232) adalah Pendapatan yang diperoleh suatu rumah tangga merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan formal, pendapatan non formal, dan pendapatan subsistem. Pendapatan formal adalah pendapatan yang diperoleh melalui pekerjaan pokok, pendapatan informal adalah pendapatan melalui pekerjaan tambahan atau sampingan, sedangkan pendapatan subsistem adalah pendapatan yang diperoleh dari faktor produksi yang dinilai dengan uang. Pendapat lain yang menyatakan bahwa Tingkat pendapatan adalah tingkat hidup yang dapat dinikmati seseorang individu atau keluarga yang didasarkan atas penghasilan atau sumber pendapatan yang diperoleh. (Winardi,2005:184) Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah semua penghasilan yang diperoleh dari pihak lain sebagai balas jasa yang diberikan dimana penghasilannya tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau perseoranggan. Pendapatan adalah dasar dari penghidupan. Besarnya pendapatan akan memenuhi jumlah kebutuhan yang hendak dipuaskan. Sejumlah kebutuhan yang dipuaskan merupakan pola konsumsi yang telah berhasil dicapai akan menentukan tingkat hidup. Pendapatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

16 1. pendapatan berupa uang, yaitu segala penghasilan yang berupa uang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontraprestasi 2. pendapatan yang berupa barang, yaitu segala penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa, akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterimakan dalam bentuk barang atau jasa (Sumardi,2002:93). Pada dasarnya tingkat pendapatan menunjukan kelompok di masayarakat. Kelompok dalam masyarakat terbagi berdasarkan tingkat pendapatan, yaitu: berpendapatan rendah, sedang, dan tinggi. Sementara menurut Yusuf (2006:58) keadaan ekonomi adalah kondisi keuangan dari seseorang atau keluarga yang sangat dipengaruhi oleh pendapatan dan pengeluaran. Tingkat pendapatan orang tua merupakan salah satu faktor penting yang turut mempengaruhi pendidikan anak, karena untuk mendapatkan pendidikan dibutuhkan biaya. Antara tingkat pendapatan seseorang dengan tingkat pendidikan mempuyai keterkaitan yang erat, tingkat pendidikan yang tinggi memerlukan dana yang memadai. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan adanya seorang yang berhasil dalam pendidikannya walaupun berlatar belakang sosial ekonomi yang rendah. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, tingkat pendapatan menunjukan posisi keuangan suatu keluarga atau keadaan ekonomi keluarga. Keadaan ekonomi berpengaruh pada kelanjutan dan keberlangsungan pendidikan anak, rendahnya pendapatan orang tua menyebabkan anak tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi atau putus sekolah. Karena untuk mencapai pendidikan yang lebih baik diperlukan dana yang cukup memadai.

2.1.2 Tingkat Pendidikan Orang Tua 17 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif menggembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian dan kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat bangsa dan negara (UU RI No.20 Tahun 2003,tentang SPN) Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan akan memberikan perubahan dan kemajuan hidup dalam diri seseorang. Menurut langeveld dalam Hasbulah (2005:2) Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari ditujukan kepada orang yang belum dewasa. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian seseorang yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui tiga jalur, yaitu jalur pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal. Jalur pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. Jalur

18 pendidikan non formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Sedangkan jalur pendidikan informal adalah pendidikan yang diselenggarakan atau dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Tingkat pendidikan formal orang tua adalah tingkat pendidikan terakhir yang dicapai oleh yang bersangkutan. Tingkat pendidikan orang tua akan mempengaruhi kualitas pemberian bimbingan dan arahan kepada anaknya. Hal ini karena latar belakang dan penggalamanya, orang tua akan mampu mendidik anaknya agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan segala potensi yang ada pada diri anak dapat dikembangkan. Dengan demikian anak dapat memutuskan jalan mana yang akan dia tempuh. Orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi akan mempuyai wawasan, pengetahuan dan pandangan yang luas tentang pendidikan khususnya Perguruan tinggi sehingga orang tua dapat memberikan bimbingan dan arahan kepada anaknya. Namun pada masyarakat yang tingkat pendidikan yang rendah, ia tidak dapat memberikan bimbingan atau arahan kepada anaknya tentang pentingnya melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi karena ia tidak mempunyai wawasan atau pengetahuan tentang Perguruan Tinggi tersebut. Selanjutnya menurut Undang-Undang SISDIKNAS Nomor 2 Tahun 1989 (Dalam Hasbullah 2005:314), menyatakan bahwa jenjang pendidikan sekolah dibagi menjadi 3 menurut formalitasnya, yaitu:

1. Pendidikan dasar, yaitu sekolah dasar (SD) 19 2. Pendidikan menengah dan SLTA, menurut sifat dan jenisnya dapat berupa umum dan kejuruan 3. Pendidikan tinggi, yaitu Perguruan Tinggi merupakan kekhususan pada keahlian tertentu Berdasarkan ke- 3 jenjang atau tingkatan tersebut di atas, oleh H. Zahairi Abdul Ghofir (2001:165), menggolongkan tingkatan pendidikan menjadi 3 golongan. a. Jenjang atau tingkatan rendah, yakni dari yang tidak pernah sekolah sampai paling tinggi tamat SD b. Jenjang pendidikan menengah, yakni minimal pernah masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sampai tamat SLTA c. Jenjang pendidikan tinggi, yakni minimal pernah masuk ke Perguruan Tinggi atau alumni. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2004, jenjang pendidikan Formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Hasbullah, 2005:53) 1. Pendidikan Dasar, terdiri dari: a. Sekolah Dasar/Madrasah Itbtidaiyah b. SMP/MTS 2. Pendidikan Menengah, terdiri atas: a. SMA dan MA b. SMK dan MAK 3. Pendidikan Tinggi, terdiri atas: a. Akademi b. Institut c. Sekolah tinggi d. Universitas Jenjang pendidikan seperti di atas dikatakan jenjang pendidikan berdasarkan sekolah yang pernah ditamatkan. Di samping itu, dikatakan pendidikan seseorang dapat diukur dengan tahun sukses, yaitu berapa tahun seseorang pernah bersekolah atau menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu. Sehingga semakin jelas bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka akan

semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh orang tua tersebut, dengan 20 wawasan dan pengetahuan yang diperolehnya tersebut diharapkan dapat menimbulkan sikap tanggung jawab orang tua dalam menghadapi masalah pendidikan anaknya yang dibebankan kepada dirinya, salah satunya adalah minatnya untuk menyekolahkan anaknya ke Perguruan Tinggi. Berdasarkan pendapat di atas, maka tingkat pendidikan orang tua yang rendah, tidak tamat SD atau Buta huruf, secara tidak langsung dapat menjadi penyebab anak putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 2.1.3 Minat Anak Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi Ada beberapa ahli yang mengemukakan pengertian minat, diantaranya menurut Sardiaman A.M (2005:74) Minat merupakan kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri sementara situasi yang berhubungan dengan keinginankeinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri, Menurut W. S Winkel (2000:30) menggemukakan bahwa, Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam diri subjek untuk merasa tertarik pada bidang studi atau bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung di bidang tersebut. Sementara itu Slameto (2001:180) mengemukakan bahwa : Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang meyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut akan semakin besar minatnya.

Begitu juga dengan minat anak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi bila ia 21 mempunyai minat terhadap Perguruan tinggi tertentu dia akan melakukan usahausaha yang dapat mendukung minatnya, sehingga minat tersebut dapat tercapai dengan baik tanpa ada yang memaksanya. Dengan demikian betapa besarnya peranan minat pada aktifitas seseorang akan berpengaruh terhadap efisiensi atau aktifitasnya. Menurut Klinger dalam Pidarta (2007:222) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi anak untuk belajar adalah. 1. Minat dan kebutuhan individu. Bila minat dan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anak-anak dipenuhi maka motivasi belajarnya akan muncul 2. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas. Bila anak-anak memndang kesulitan pelajaran itu tidak terlalu berat, melainkancukup menantang, maka motivasi belajar mereka pun akan muncul. 3. Harapan sukses. Dengan cara ini semua anak akan mempunyai motivasi yang positif dalam belajar. Usaha-usaha yang dapat dilakukan anak untuk dapat mendukung untuk melanjutkan ke perguruan tinggi adalah dengan memotivasi dirinya agar selalu semangat dalam belajar dengan memahami ketiga faktor di atas. Ketika anak sudah memahami ketiga faktor tersebut ia akan bersemangat dalam belajar dan memberikan dorongan yang besar untuk melanjutkan pendidikanya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu jenjang Perguruan Tinggi. Selain itu faktor yang mempengaruhi minat seseorang, yaitu. 1. Faktor sosial ekonomi individu tersebut dari dalam lingkungan kehidupanya. Hal ini memberikan implikasi bahwa minat yang berhubungan dengan dunia pekerjaan, pendapatan dan peningkatan kecakapan bekal hidupnya perlu menjadi bahan kajian untuk selalu mendapat prioritas untuk mendapatkan pemenuhan. 2. Faktor perubahan atau perkembangan tingkah laku individu itu sendiri, terutama menyangkut segi usia. Bisa digambarkan bahwa minat untuk memperoleh keterampilan dalam pekerjaan dan kehidupan berumah tangga pada individu yang berusia muda (18-25 tahun) lebih nampak untuk diutamakan. Pada usia baya (35-45 tahun) minatnya lebih banyak

diarahkan untuk bermasyarakat dan memelihara kesehatan (Sutaryat Trinamsyah, 2006:522). 22 dengan demikian minat anak untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi didasari adanya keinginan atau perasaan senang untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Minat anak sangat dipengaruhi oleh rangsangan baik yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri yang berupa bakat, kemampuan, dan keadaan psikis, maupun yang berasal dari luar yang berupa keadaan sosial ekonomi, lingkungan, dan kesempatan. 2.1.4 Lingkungan Sosial Masyarakat Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak, baik berupa bendabenda, peristiwa-peristiwa yang terjadi maupun kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada anak yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan lingkungan dimana anak bergaul (Anshari 2003:30) Lingkungan (environment) menurut Hamalik merupakan dasar pengajaran, faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu serta merupakan faktor belajar yang signifikan dan penting. Lingkungan belajar menurut Hamalik (2004:196) atau disebut juga lingkungan pendidikan adalah terdiri dari beberapa hal berikut ini: 1. lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat baik kelompok besar maupun kelompok kecil 2. lingkungan personal meliputi individu- individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu pribadi lainnya 3. lingkungan alam (fisik) meliputi semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sumber belajar 4. lingkungan kultural atau budaya, yang mencakup hasil budaya serta teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar dan dapat juga menjadi faktor pendukung pengajaran. Dalam konteks ini termasuk sistem nilai norma dan adat istiadat.

Lingkungan pendidikan menurut Ngalim Purwanto (2004: 141) digolongkan 23 menjadi tiga, yaitu. 1. Lingkungan Keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama. 2. Lingkungan Sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua. 3. Lingkungan Masyarakat, yang disebut juga lingkungan ketiga. Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa anak menerima pendidikan pertama kali dalam lingkungan keluarga selanjutnya dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Dengan kata lain tanggung jawab pendidikan anak terletak pada kerjasama antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga sebagai lingkungan belajar yang pertama mempunyai peranan dan pengaruh yang besar dalam menentukan hasil belajar anak. Menurut Sartain dalam Hasbullah (2005:33) yang dimaksud dengan lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan dan perkembangan. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh buruk terhadap anak yang tinggal di tempat tersebut. Sebaliknya, jika lingkungan anak adalah orang-orang terpelajar yang baik-baik, ia juga akan memiliki sikap yang baik pula. Sehingga orang tua menjadi antusias untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Jadi anak melanjutkan atau tidak pendidikan ke Perguruan Tinggi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri anak tetapi juga dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar anak (faktor eksternal).

Proses perkembangan dan aktifitas manusia ditentukan juga oleh faktor 24 lingkungan yang ada kalanya lebih besar perananya daripada faktor pembawaan yang turun temurun atau dengan kata lain bahwa lingkungan juga berperan dalam mengubah tingkah laku manusia. 2.2 Pengaruh Tingkat Pendapatan Orang Tua, Tingkat Pendidikan Orng Tua, Minat Anak, Dan Lingkungan Sosial Masyarakat terhadap Lulusan SMA Tidak Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Sumardi (2002:336) yang menyatakan bahwa: Pendapatan Orang Tua berpengaruh terhadap pendidikan anak, anak dapat meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau putus sekolah dapat ditentukan oleh biaya yang diberikan dari pendapatan orang tua. Yusuf (2000:8) menyatakan bahwa: Kemiskinan orang tua baik ilmu pengetahuan maupun kekayaan akan mempengaruhi pendidikan anak-anaknya. Suryabrata(2002:12) menyatakan bahwa : Minat mempunyai peran yang amat penting dalam kemampuan berhasil atau tidaknya seseorang dalam berbagai bidang terutama bidang pendidikan dan bidang pekerjaan. 2.3 Penelitian yang Relevan Penelitian yang mengambil pokok permasalahan yang hampir sama dengan penelitian ini dirujuk guna kesempurnaan dan kelengkapan penelitian ini. Hasil yang relevan disajikan dalam Tabel di bawah ini:

Tabel 6. Penelitian Relevan 25 No Tahun Nama Judul Hasil penelitian 1 2005 Brigita Widya Cahyani Faktor-Faktor Penyebab Lulusan SMK Tidak Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi di Desa Rejomulyo Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan Tahun 1999-2004 2 2000 Agus Susanti Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa untuk Melajutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi bagi Siswa kelas III SMU Negeri 6 Panjang Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2000/2001 Ada pengaruh yang positif dan signifikan dengan r sebesar 0,648 dari tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan orang tua, minat anak dan lingkungan sosial masyarakat terhadap lulusan SMK tidak melanjutka studi ke Perguruan Tinggi di Desa Rejomulyo Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan Tahun 1999-2004 Ada pengaruh yang berarti r sebesar 0,453 dari prestasi belajar siswa, persepsi siswa dan keadaan ekonomi keluarga terhadap minat siswa untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi bagi siswa kelas III SMU Negeri 6 Panjang Bandar Lampung Tahun pelajaran 2000/2001

2.4 Kerangka Pikir 26 Sistem pendidikan nasional memberikan kesempatan kepada setiap warga negara Indonesia untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Semakin tinggi pendidikan masyarakat maka akan semakin berkualitas pula sumber daya manusia. Berdasarkan hak tersebut, diharapkan lulusan SMA dapat melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut tidaklah mudah karena terdapat berbagai faktor yang menyebabkan lulusan SMA tidak melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi lulusan SMA tidak melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi adalah tingkat pendapatan orang tua. Tingkat pendapatan orang tua memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan keluarga, juga kehidupan anak-anaknya di masa depan, karena orang tua sebagai kepala keluarga sangat menentukan corak dan warna kehidupan anaknya di masa yang akan datang, dalam berbagai aspek kehidupan termasuk jenjang pendidikan anakanaknya. Jadi, dengan tingkat pendapatan yang berbeda-beda tersebut dapat menyebabkan perbedaan tinggi rendahnya aspirasi lulusan SMA untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi lulusan SMA tidak melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi adalah tingkat pendidikan orang tua. Tingkat pendidikan orang tua akan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan orang tua, wawasan, dan pandangannya terhadap suatu objek termasuk untuk menyekolahkan anak ke Perguruan Tinggi. Orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan rendah juga

akan mempengaruhi rendahnya lulusan SMA untuk melanjutkan ke Perguruan 27 Tinggi. Selain itu, faktor lain yang menunjang lulusan SMA tidak melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi adalah minat anak itu sendiri sebagai dorongan untuk mencapai keinginan atau aspirasinya. Anak yang memiliki minat yang rendah dalam belajar menunjukan minat rendah pula untuk masuk ke Perguruan tinggi. Faktor lain yang juga dapat menunjang lulusan SMA tidak melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi adalah keadaan sosial masyarakat itu sendiri. Di masyarakat, anak berinteraksi dengan seluruh anggota masyarakat yang beraneka macam (heterogen), seperti orang-orang, benda-benda, dan peristiwa-peristiwa. Ia memperoleh pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah berupa berbagai pengalaman hidup. Dalam pendidikan non formal di masyarakat, kepribadian seseorang dapat tumbuh dan berkembang sesuai situasi dan kondisi yang dilandasi sikap yang selektif berdasarkan rasio, idealisme dan falsafah hidupnya. Pada umumnya kepribadian seseorang terbentuk melalui pendidikan, maka lingkungan sosial masyarakat berperan aktif dalam mempengaruhi perubahan tingkah laku manusia. Begitu juga halnya dengan minat anak itu sendiri untuk melanjutkan atau tidak ke jenjang Perguruan Tinggi sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi lingkungannya. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini merupakan kajian dalam mencari pengaruh antar variabel. Berkaitan dengan hal tersebut, maka sebagai variabel bebasnya adalah tingkat pendapatn orang tua ( ), tingkat pendidikan orang tua ( ), minat anak ( ), dan lingkungan sosial masyarakat ( ), sedangkan sebagai

variabel terikatnya adalah lulusan SMA yang tidak melanjutkan studi ke 28 Perguruan Tinggi (Y). Berdasarkan uraian diatas, maka pengaruh tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan orang tua, minat anak, dan lingkungan sosial masyarakat terhadap lulusan SMA tidak melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi dapat digambarkan sebagai berikut: Tingkat Pendapatan Orang Tua( ) Tingkat Pendidikan Orang Tua( ) Minat Anak ( ) Lulusan SMA Tidak Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi (Y) Lingkungan Sosial Masyarakat( ) Gambar 1 : Paradigma pengaruh tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan orang tua, minat anak, dan lingkungan sosial masyarakat terhadap lulusan SMA tidak melanjutkan studi ke perguruan tinggi 2.5 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh positif dan signifikan dari tingkat pendapatan orang tua terhadap lulusan SMA yang tidak melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi di Kampung Skip Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Teluk Betung Selatan.

2. Ada pengaruh positif dan signifikan dari tingkat pendidikan orang tua 29 terhadap lulusan SMA yang tidak melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi di Kampung Skip Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Teluk Betung Selatan. 3. Ada pengaruh positif dan signifikan dari minat anak terhadap lulusan SMA yang tidak melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi di Kampung Skip Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Teluk Betung Selatan. 4. Ada pengaruh positif dan signifikan dari lingkungan sosial masyarakat terhadap lulusan SMA yang tidak melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi di Kampung Skip Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Teluk Betung Selatan. 5. Ada pengaruh positif dan signifikan dari tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan orang tua, minat anak, lingkungan sosial masyarakat terhadap lulusan SMA yang tidak melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi di Kampung Skip Rahayu Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Teluk Betung Selatan.