BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

BAB II ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) a. Pengertian Model Thinking Aloud Pair Problem Solving

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUKTIAN, PENALARAN, DAN KOMUNIKASI MATEMATIK. OLEH: DADANG JUANDI JurDikMat FPMIPA UPI 2008

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

BAB II LANDASAN TEORI. lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suci Primayu Megalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB II KAJIAN TEORI A.

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

BAB I PENDAHULUAN. menurut National Council of Teachers of Mathematics tahun 1989 (dalam Yuliani,

BAB II KAJIAN TEORETIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pelajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA (Bandung: Tarsito, 2006),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sesuatu yang harus ia lakukan. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berasal dari kata latin Communicare atau Communis yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematika. Kata komunikasi berasal dari kata communication yang dalam Kamus

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis. matematis merupakan sebuah cara dalam berbagi ide-ide dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BANGUN RUANG SISI DATAR ANALISIS KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB II KAJIAN TEORITIK

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Everett M Rogers dalam Latifah (2011:12) mengemukakan bahwa komunikasi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan proses yang berlangsung terus selama individu hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang di

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan Komunikasi Matematis dan Prestasi Belajar Matematika melalui Model Think Talk Write (TTW)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin maju. Dengan keyakinan bahwa pendidikan yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW)

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Komunikasi Matematis NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan suatu cara dalam berbagi ide-ide dan memperjelas suatu pemahaman. Within (Umar, 2012) memberikan pengertian bahwa komunikasi baik lisan, tertulis, demonstrasi maupun representasi dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika.untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang-orang dapat menyampaikan informasi dengan bahasa matematika. Kemudian Huinker dan Laughlin (Elida, 2012) menyebutkan bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa untuk mengembangkan dan mengintegrasikan keterampilan berkomunikasi melalui lisan maupun tulisan serta mempresentasikan apa yang telah dipelajari. Dengan komunikasi, baik lisan maupun tulisan dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika dan dapat memecahkan masalah dengan baik. Menurut NCTM (2000) siswa seharusnya berpikir matematis melalui komunikasi, mengkomunikasikan pemikiran matematis mereka secara jelas kepada teman-teman, guru dan orang lain, menganalisis dan mengevaluasi berfikir matematis dan strategi yang lain, menggunakan bahasa matematis untuk mengekspresikan ide matematis secara benar. Oleh karena itu, siswa perlu dibiasakan dalam pembelajaran untuk memberikan penjelasan terhadap setiap 5

6 jawabannya serta memberikan respon atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang sedang dipelajari menjadi bermakna baginya. Indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis pada pembelajaran matematika menurut NCTM (2000) dapat dilihat dari: 1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual; 2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya; 3. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi Matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubunganhubungan dan model-model situasi. Kemampuan komunikasi matematis diperlukan dalam pembelajaran matematika.menurut The Intended Learning Outcomes (Husna, 2013), komunikasi matematis adalah suatu keterampilan penting dalam matematika yaitu kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren kepada teman, guru dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan. Melalui kemampuan komunikasi matematis ini siswa dapat mengembangkan pemahaman matematika bila menggunakan bahasa matematika yang benar untuk menulis tentang matematika, mengklarifikasi ide-ide dan belajar membuat argument serta merepresentasikan ide-ide matematika secara lisan, gambar dan simbol. Greenes dan Schulman (Prayitno, 2013) merumuskan kemampuan komunikasi matematis dalam tiga hal, yaitu:

7 1. menyatakan ide matematika melalui ucapan, tulisan, demonstrasi, dan melukiskannya secara visual dalam tipe yang berbeda; 2. memahami, menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan, atau dalam bentuk visual; 3. mengkonstruk, menafsirkan dan menghubungkan bermacam-macam representasi ide dan hubungannya. Menurut Sumarno (Elida, 2012) komunikasi matematis meliputi kemampuan menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematis, menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis, secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar, menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika, mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika, membaca presentasi matematika tertulis dan menyusun pertanyaan yang relevan, membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi. Baroody (Rachmayani, 2014) mengemukakan terdapat lima aspek komunikasi, kelima aspek itu adalah: a. Representasi (representing) diartikan sebagai: (a) bentuk baru dari hasil translasi suatu masalah atau ide, dan (b) translasi suatu diagram dari model fisik ke dalam simbol atau kata-kata. Representasi dapat membantu anak menjelaskan konsep atau ide dan memudahkan anak mendapatkan strategi pemecahan. Selain itu dapat meningkatkan fleksibelitas dalam menjawab soal matematika. b. Menyimak (listening): menyimak secara hati-hati terhadap pertanyaan teman dalam suatu grup juga dapat membantu siswa mengkonstruksi

8 lebih lengkap pengetahuan matematika dan mengatur strategi jawaban yang lebih efektif. c. Membaca (reading): kemampuan membaca merupakan kemampuan yang kompleks, karena di dalamnya terkait aspek mengingat, memahami, membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasikan, dan akhirnya apa yang terkandung dalam bacaan. d. Diskusi (Discussing): beberapa kelebihan dari diskusi antara lain dapat mempercepat pemahaman materi pembelajaran dan kemahiran menggunakan strategi, membantu siswa mengkonstruksi pemahaman matematik, menginformasikan bahwa para ahli matematika biasanya tidak memecahkan masalah sendiri-sendiri tetapi membangun ide bersama pakar lainnya dalam satu tim, dan membantu siswa menganalisis dan memecahkan masalah secara bijaksana. e. Menulis (writing), kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran, dipandang sebagai proses berpikir keras yang dituangkan di atas kertas. Menulis adalah alat yang bermanfaat dari berpikir karena siswa memperoleh pengalaman matematika sebagai suatu aktivitas yang kreatif. Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan ide-ide matematis yang dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan yang dapat berupa gambar, simbol, notasi, istilah, grafik,

9 benda nyata, aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan disertai dengan penjelasan untuk memperjelas ide-ide matematis mereka. Adapun indikator kemampuan komunikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi matematis secara tertulis yaitu sebagai berikut: 1. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. 2. Menyajikan masalah dalam bentuk grafik, tabel, gambar, diagram dan sebaliknya. 3. Memberikan alasan yang relevan dari suatu pernyataan atau pertanyaan. B. Percaya Diri Rasa percaya diri (self confidence) erat kaitannya dengan falsafah pemenuhan diri (self fulfilling prophecy) dan keyakinan diri (self efficacy). Lauster (2003) menjelaskan kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas melakukan hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang dan memiliki dorongan untuk berprestasi. Berkaitan dengan aspek-aspek kepercayaan diri, Kumara (1987) menyatakan bahwa ada empat aspek kepercayaan diri, yaitu : a. Kemampuan menghadapi masalah. b. Bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakannya. c. Kemampuan dalam bergaul.

10 d. Kemampuan menerima kritik. Kepercayaan diri akan memberikan suatu dampak kepada diri individu. Hal ini dijelaskan oleh Weinberg dan Gould (Yulianto, 2006) bahwa rasa percaya diri memberikan dampak positif pada hal-hal berikut ini: a. Emosi, individu yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih mudah mengendalikan dirinya di dalam suatu keadaan yang menekan. b. Konsentrasi, seorang individu akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada haltertentu tanpa rasa terlalu khawatir. c. Sasaran, individu cenderung mengarahkan pada sasaran yang cukup menantang, karenanya ia juga akan mendorong dirinya untuk berupaya labih baik. d. Usaha, individu tidak mudah patah semangat atau frustrasi dalam berupaya meraih cita-citanyadan cenderung tetap berusaha kuat secara optimal sampai usahanya berhasil. e. Strategi, individu mampu mengembangkan berbagai strategi untuk memperoleh hasil usahanya. f. Momentum, seorang individu akan menjadi lebih tenang, ulet, tidak mudah patah semangat, terus berusaha, mengembangkan dan membuka peluang bagi dirinya. Menurut Hakim (2005) ciri-ciri orang yang percaya diri adalah sebagai berikut : (a) Bersikap tenang didalam mengerjakan segala sesuatu, (b) Memiliki potensi dan kemampuan yang memadai, (c) Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi dengan segala situasi, (d) Memiliki kondisi mental dan fisik yang baik (e) Memiliki kecerdasan yang cukup, (f) Memiliki kemampuan

11 bersosialisasi, (g) Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik, (h) Selalu bereaksi positif didalam menghadapi berbagai masalah. Teori Lauster (2003) tentang kepercayaan diri mengemukakan ciri-ciri orang yang percaya diri, yaitu: a. Percaya pada kemampuan sendiri yaitu suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut. b. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan yaitu dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil. c. Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri yaitu adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri dan masa depannya. d. Berani mengungkapkan pendapat. Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat menghambat pengungkapan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa percaya diri adalah suatu kemampuan yang ada pada diri seseorang yang memicu seseorang berani melakukan suatu tindakan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang besar maka tidak akan ragu untuk melakukan suatu tindakan. Kepercayaan diri yang rendah akan mempengaruhi hasil dari

12 pencapaian yang diinginkan. Siswa dalam kepercayaan diri yang baik, akan memudahkan guru dalam pembelajaran karena dapat mengendalikan dirinya sehngga tahu waktu untuk bekerja sendiri dan untuk berdiskusi. Adapun indikator percaya diri siswa dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Tidak mudah putus asa. Merupakan perasaan yakin tidak hilang harapan akan kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya. Individu yang tidak mudah patah semangat atau frustrasi dalam berupaya meraih cita-citanya dan cenderung tetap berusaha kuat secara optimal sampai usahanya berhasil. 2. Dapat menghargai diri dan usahanya sendiri. Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri yaitu adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan. 3. Mampu bertanggungjawab atas tugas yang diberikan. Merasa bebas melakukan hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas perbuatannya 4. Mampu menerima tantangan atau tugas baru. Individu cenderung mengarahkan pada sasaran yang cukup menantang, karenanya ia juga akan mendorong dirinya untuk berupaya labih baik 5. Mudah berkomunikasi dengan orang lain. Sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat

13 menghambat pengungkapan tersebut. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi dengan segala situasi. C. Materi Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil kelas VIII A MTs SA Biroyatul Huda Cilongok tahun ajaran 2016/2017. Pada materi aljabar, yaitu: 1) Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel 2) Standar Kompetensi 1. Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah 3) Kompetensi Dasar 1.1 Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel 1.2 Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel 1.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya. 4) Indikator 2.1.1 Menyelesaikan SPLDV dengan metode substitusi 2.1.2 Menyelesaikan SPLDV dengan metode eliminasi 2.1.3 Menyelesaikan SPLDV dengan metode grafik 2.1.4 Menyelesaikan SPLDV dengan metode campuran

14 2.2.1 Mengubah masalah sehari-hari ke dalam model matematika berbentuk SPLDV 2.3.1 Mencari penyelesaian suatu masalah yang dinyatakan dalam model matematika berbentuk SPLDV D. Penelitian Relevan Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematis dan percaya diri siswa, yaitu: a. Prayitno (2013) menyimpulkan bahwa semua indikator kemampuan komunikasi matematis telah muncul dalam proses penyajian penyelesaian soal matematika. Tiap-tiap jenjang membutuhkan kemampuan komunikasi yang berbeda, namun secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi jenjang soal matematika yang ingin dipecahkan, semakin banyak pula komponen kemampuan komunikasi matematis yang diperlukannya. Kemampuan memahami dan mengungkapkan gagasan matematis diperlukan dalam setiap jenjang soal matematika berjenjang. Kemampuan menggunakan pendekatan bahasa matematika diperlukan dalam penyelesaian soal matematika jenjang kedua, ketiga, dan keempat. Namun apabila diamati lebih jauh, penggunaan simbol matematikan yang paling banyak adalah pada penyelesaian soal matematika jenjang ketiga. Sedangkan pada jenjang keempat bahkan muncul kemampuan membuat simbol baru. Hal ini tentunya perlu diselidiki lebih lanjut dengan memperhatikan kembali indikatorindikator pengembangan instrumen soal matematika pada tiap jenjangnya.

15 b. Umar (2012) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication) dalam pembelajaran matematika sangat perlu untuk dikembangkan. Hal ini karena melalui komunikasi matematis siswa dapat mengorganisasikan berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan. Di samping itu, siswa juga dapat memberikan respon yang tepat antar siswa dan media dalam proses pembelajaran. Bahkan dalam pergaulan bermasyarakat, seseorang yang mempunyai kemampuan komunikasi yang baik akan cenderung lebih mudah beradaptasi dengan siapa pun dimana dia berada dalam suatu komunitas, yang pada gilirannya akan menjadi seorang yang berhasil dalam hidupnya. Dalam tulisan ini, penulis menyajikan tentang pengertian kemampuan komunikasi matematis, dengan cakupan dua hal yakni kemampuan siswa menggunakan matematika sebagai alat komunikasi (bahasa matematika), dan kemampuan siswa mengkomunikasikan matematika yang dipelajari sebagai isi pesan yang harus disampaikan. Bagaimana dan mengapa komunikasi penting untuk membangun suatu komunitas matematis melalui jalur komunikasi terbuka di dalam kelas c. Wahyuni (2014) menyatakan bahwa Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum Pada Mahasiswa Psikologi diperoleh nilai r=-0.559 berada pada rentang nilai antara 0,40-0.599 dapat diartikan bahwa korelasi antara kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di depan umum berada pada ketegori sedang (Sugiyono, 2009). Hal ini menunjukan bahwa terjadi hubungan yang sedang atau tidak terlalu kuat antara kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di depan umum.

16 Seseorang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari presentasi atau berbicara di depan umum. Mereka takut orang lain akan mengejek atau menyalahkan, dalam diskusi, mereka akan lebih banyak diam, dalam pidato, mereka akan berbicara terpatah-pata. E. Kerangka Pikir Komunikasi matematis adalah suatu cara untuk menyampaikan ide-ide permasalahan, strategi maupun solusi matematika. Komunikasi matematis merupakan sebuah cara dalam berbagi ide-ide dan memperjelas suatu pemahaman. Komunikasi di dalam matematika merupakan hal yang penting sebagai usaha siswa untuk mengembangkan kemampuan matematika mereka.tanpa adanya komunikasi, kita mempunyai sedikit keterangan (bukti), data dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan penerapan dari proses-proses matematis.ini berarti, dengan adanya komunikasi kita menjadi lebih berhati-hati untuk tidak berasumsi bahwa siswa memahami konsep/proses di dalam matematika ketika mereka tidak mengekspresikan ide-ide mereka secara jelas pada mata pelajaran tersebut. Salah satu karakter yang penting ditanamkan kepada peserta didik adalah karakter percaya diri. Percaya diri diartikan sebagai sikap yakin akankemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. Dalam setiap tahapan proses pembelajaran, seringkali peserta didik harus beraktivitas yang membutuhkan percaya diri, seperti berbicara mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan guru, tampil presentasi kedepan,

17 mengerjakan soal atau tugas secara mandiri. Semua aktivitas tersebut tidak dapat dilakukan jika peserta didik tidak memiliki keyakinan akan kemampuannya sendiri. Percaya tinggi yang tinggi dimungkinkan akan mempunyai hubungan dengan kemampuan komunikasi matematis yang tinggi yang selanjutnya berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematika, demikian juga apabila seseorang yang mempunyai kemampuan komunikasi matematis yang tinggi juga diduga akan menumbuhkan percaya diri dalam diri siswa. Percaya diri yang rendah dimungkinkan kemampuan komunikasi matematis juga rendah.oleh karena itu, diduga bahwa terdapat adanya keterkaitan antara percaya diri dan kemampuan komunikasi matematis.