PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN. TENTANG KEKAYAAN INTELEKTUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

dokumen-dokumen yang mirip
INTISARI HAK CIPTA. UU No 28 Tahun 2014

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rudy Susatyo. Yogyakarta, 8 Agustus Oleh

: /2 /0 04

TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. (Intelectual Property Rights Law)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Diperiksa oleh: Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian, dan Kerja Sama Tanggal:

Hak Cipta Program Komputer

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 73 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN FASILITASI PENDAFTARAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL: PENGERTIAN DAN MANFAAT BAGI LITBANG

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/23/2014 nts/epk/ti-uajm 2

NI MATUZAHROH, S.PSI, M.SI BAHAN DISKUSI WORKSHOP SENTRA HKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK SENTRA HKI-UMM

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua. bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran,

3/21/2012 copyright 3

Dr. Tb. Maulana Kusuma Web: Gunadarma University

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pada uraian dari Bab I (satu) sampai Bab IV (empat) skripsi ini,

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. M6. Peraturan & Regulasi 2

PENYUSUNAN MATRIKS PMTB TAHUN 2017

Pengantar Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015

Produser... suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan

Kuesioner Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015

HASIL WAWANCARA DENGAN DITJEN HKI. (Dengan Bapak Agung Damarsasongko) : Berapa lama jangka waktu perlindungan Hak Cipta?

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 8 PERLINDUNGAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM BIDANG TI

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA [LN 2002/85, TLN 4229]

PR Ketiga Kelas X.4 Tgl 06 Agustus 2010 Mengenai UU Hak Cipta Posted by malikzeith - 16 Aug :28

Etika Profesi dan Pengembangan Diri

PANDUAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HaKI) DAN PATEN AKADEMI KEBIDANAN BAKTI UTAMA PATI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan

Buku Panduan Permohonan Hak Cipta bagi Sivitas Akademika IPB

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG HAK CIPTA

SOFYAN ARIEF SH MKn

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN PROGRAM KOMPUTER Pengertian Hak Cipta dan Dasar Hukumnya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

kreator nasional internasional; mampu berkompetist secara Lmu- iebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun i945;

kreator nasional internasional; mampu berkompetist secara Lmu- iebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun i945;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 01/Pert/SR.120/2/2006 TENTANG SYARAT PENAMAAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU

PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP FILM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

Pemanfaatan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ragil Yoga Edi

UPAYA PERPUSTAKAAN DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI HAK CIPTA DIGITAL

kreator nasional internasional; mampu berkompetist secara Lmu- iebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun i945;

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Intellectual Property Rights (IPR) diartikan sebagai Hak Milik

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN KEKAYAAN INTELEKTUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

HUKUM PENERBITAN BAHAN PUSTAKA. Oleh. Dewi Wahyu Wardani

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PRODUKSI DAN PEREDARAN GARAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis hak atas kekayaan intelektual adalah karya cipta. Dalam

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara R

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

Hak Atas Kekayaan Intelektual. Business Law Universitas Pembangunan Jaya Semester Gasal 2014

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ketentuan dan Praktik Royalti dalam Hak Kekayaan Intelektual DWI ANITA DARUHERDANI, SH., LL.M. SEKRETARIS JENDERAL ASOSIASI KONSULTAN HKI INDONESIA

DIREKTUR JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 8 Tahun 2002 Seri: C

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

2017, No Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2013 tentang Badan Tenaga Nuklir Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 11

Etika dan Moral dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Etika dan Moral dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG PELARANGAN KEGIATAN USAHA PERDAGANGAN KASET, CD, VCD DAN DVD BAJAKAN

Hukum Usaha. Modul 9-10

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perub

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, SERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Kekayaan Intelektual Oleh : Lailatul Husniah, S.ST, M.T

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.01-HC TAHUN 1987 TENTANG PENDAFTARAN CIPTAAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA,

Hak Cipta. Pengertian Hak Cipta hak ekslusif untuk 1. mengumumkan, 2. memperbanyak, 3. memberi izin

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke:

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

Transkripsi:

DRAF 4 10-6-2017 PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN. TENTANG KEKAYAAN INTELEKTUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa Jawa Barat memiliki berbagai hasil kreativitas dan inovasi kekayaan intelektual dan Ekspresi Budaya Tradisional yang harus dilestarikan, dilindungi, dibina, dan dikembangkan; b. bahwa dalam upaya melindungi hasil kreativitas dan inovasi kekayaan intelektual dan Ekspresi Budaya Tradisional sebagaimana dimaksud pada pertimbangan huruf a dari pengakuan oleh pihak lain, perlu dilakukan upaya strategis melalui penetapan peraturan daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat tentang Kekayaan Intelektual; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai

Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 241, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4043); 5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 242, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4044); 6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 243, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4045); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4046); 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84); 9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 11. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 266, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5599); 12. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5922); 13. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 252, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5953); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2004 tentang Penamaan, Pendaftaran dan Penggunaan Varietas Tanaman untuk Pembuatan Varietas Turunan Esensial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 30); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2004 tentang Syarat dan Tata Cara Pengalihan Perlindungan Varietas Tanaman dan Penggunaan Varietas yang Dilindungi oleh Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 31; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2004 tentang Sarana Produksi Berteknologi Tinggi untuk Cakram Optik (Optical Disc) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4425); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4465); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4497); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 46); 21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 Nomor 5 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 117); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT dan GUBERNUR JAWA BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KEKAYAAN INTELEKTUAL. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Definisi Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Jawa Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat. 3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat.

4. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Jawa Barat. 5. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Kabupaten/Kota di Jawa Barat. 6. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut OPD adalah Organisasi Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang terkait dengan tugas dan fungsi perlindungan Kekayaan Intelektual. 7. Perlindungan adalah segala bentuk upaya melindungi kekayaan intelektual meliputi HKI dan hak terkait, serta kebudayaan Daerah dari pemanfaatan secara komersial. 8. Pemanfaatan adalah pendayagunaan HKI, hak terkait, dan kebudayaan Daerah baik secara komersial maupun non komersial. 9. Kekayaan Intelektual adalah kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia melalui daya cipta, rasa, dan karsanya yang dapat berupa karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra. 10. Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disebut HKI adalah hak eksklusif yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya, meliputi hak cipta, paten, merek, desain industri, rahasia dagang, varietas tanaman, dan desain tata letak sirkuit terpadu. 11. Ekspresi Budaya Tradisional (Folklore) adalah kebudayaan karya intelektual dalam bidang seni, termasuk ekspresi sastra yang mengandung unsur karakteristik warisan tradisional yang dihasilkan, dikembangkan, dan dipelihara oleh kustodiannya. 12. Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Pejabat PPNS adalah Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah dan/atau Pemerintah yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya meliputi perlindungan Hak Kekayaan Intelektual produk masyarakat dan kebudayaan Daerah. 13. Penyidik Polri adalah Penyidik Kepolisian Republik Indonesia. 14. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi. 15. Alih teknologi adalah pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya. 16. Lembaga penelitian dan pengembangan yang selanjutnya disebut lembaga litbang adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan penelitian dan/atau pengembangan. 17. Badan usaha adalah badan atau lembaga berbadan hukum yang melakukan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundangundangan. 18. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 19. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. 20. Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, alau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata. 21. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah. 22. Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta yang merupakan hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram, atau lembaga Penyiaran. 23. Program Komputer adalah seperangkat instruksi yang diekspresikan dalam bentuk bahasa, kode, skema, atau dalam bentuk apapun yang ditujukan agarkomputer bekerja melakukan fungsi tertentu atau untuk mencapai hasi.l tertentu. 24. Potret adalah karya fotografi dengan objek manusia.

25. Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun baik elektronik atau non elektronik atau melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain. 26. Penggandaan adalah proses, perbuatan, atau cara menggandakan satu salinan Ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara. 27. Fiksasi adalah perekaman suara yang dapat didengar, perekaman gambar atau keduanya, yang dapat dilihat, didengar, digandakan, atau dikomunikasikan melalui perangkat apapun. 28. Fonogram adalah Fiksasi suara pertunjukan atau suara lainnya, atau representasi suara, yang tidak termasuk bentuk Fiksasi yang tergabung dalam sinematografi atau Ciptaan audiovisual lainnya. 29. Penyiaran adalah pentransmisian suatu Ciptaan atau produk Hak Terkait tanpa kabel sehingga dapat diterima oleh semua orang di lokasi yang jauh dari tempat transmisi berasal. 30. Komunikasi kepada pubiik yang selanjutnya disebut Komunikasi adalah pentransmisian suatu Ciptaan, pertunjukan, atau Fonogram melalui kabel atau media Iainnya selain Penyiaran sehingga dapat diterima oleh publik, termasuk penyediaan suatu Ciptaan, pertunjukan, atau Fonogram agar dapat diakses public dari tempat dan waktu yang dipilihnya. 31. Pendistribusian adalah penjualan, pengedaran, dan/ataupenyebaran Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait. 32. Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak Terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas Ciptaannya atau produk Hak Terkait dengan syarat tertentu. 33. Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 {tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan Zatau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang darr/atau jasa. 34. Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sarna atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya.

35. Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pacta jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersarna-sarna atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa sejenis lainnya. 36. Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang danjatau jasa dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang atau jasa serta pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang danjatau jasa sejenis lainnya. 37. Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang danjatau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alarn, faktor manusia atau kornbinasi dari kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang danjatau produk yang dihasilkan. 38. Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi tersebut atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya. 39. Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau proses, ataupenyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. 40. Inventor adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi. 41. Pemegang Paten adalah Inventor sebagai pemilik paten, pihak yang menerima hak atas paten tersebut dari pemilik Paten, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak atas Paten tersebut yang terdaftar dalam daftar umum Paten. 42. Royalti adalah imbalan yang diberikan untuk penggunaan hak atas Paten. 43. Imbalan adalah kompensasi yang diterima oleh pihak yang berhak memperoleh Paten atas suatu Invensi yang dihasilkan, dalam hubungan kerja atau Invensi yang dihasilkan baik oleh karyawan maupun pekerja yang menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia dalampekerjaannya sekalipun perjanjian tersebut tidak mengharuskannya untuk menghasilkan Invensi atau Pemegang Paten atas Invensi yang dihasilkan oleh Inventor dalam hubungan dinas atau pemegang paten dari

Penerima Lisensi-wajib atau pemegang paten atas Paten yang dilaksanakan oleh pemerintah. 44. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang paten, baik yang bersifat eksklusif maupun non-eksklusif, kepada penerima lisensi berdasarkan perjanjian tertulis untuk menggunakan Paten yang masih dilindungi dalamjangka waktu dan syarat tertentu. 45. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 46. Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. 47. Teknologi adalah cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan manusia. 48. Ilmu pengetahuan adalah rangkaian pengetahuan yang digali, disusun, dan dikembangkan secara sistematis dengan menggunakan pendekatan tertentu yang dilandasi oleh metodologi ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif, kualitatif, maupun eksploratif untuk menerangkan pembuktian gejala alam dan/atau gejala kemasyarakatan tertentu. 49. Perlindungan Varietas Tanaman yang selanjutnya disingkat PVT, adalah perlindungan khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor PVT, terhadap Varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan. 50. Varietas Tanaman, yang selanjutnya disebut Varietas, adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau

spesies yang sama oleh sekurangkurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan. 51. Varietas Asal adalah Varietas yang digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan Varietas Turunan Esensial yang meliputi varietas yang mendapat PVT dan Varietas yang tidak mendapat PVT tetapi telah diberi nama dan didaftar oleh Pemerintah. 52. Varietas Turunan Esensial adalah varietas hasil perakitan dari Varietas Asal dengan menggunakan seleksi tertentu sedemikian rupa sehingga Varietas tersebut mempertahankan ekspresi sifat-sifat Esensial dari Varietas Asalnya tetapi dapat dibedakan secara jelas dengan Varietas Asalnya dari sifat-sifat yang timbul dari tindakan penurunan itu sendiri. 53. Varietas Lokal adalah Varietas yang telah ada dan dibudidayakan secara turun temurun oleh petani, serta menjadi milik masyarakat dan dikuasai oleh negara. Bagian Kedua Tujuan Pasal 2 Tujuan Peraturan Daerah ini adalah : a. meningkatkan produktivitas, kreativitas dan inovasi kekayaan intelektual masyarakat Jawa Barat; b. meningkatkan produktivitas, kreativitas dan inovasi kekayaan intelektual Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; c. memberikan kepastian hukum bagi masyarakat Jawa Barat atas kekayaan intelektual yang dihasilkan. Bagian Ketiga Ruang Lingkup Pasal 3 Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi:

Pengelolaan atas Kekayaan Intelektual yang dihasilkan masyarakat dan pemerintah Jawa Barat berdasarkan kewenangan yang diberikan peraturan perundang-undangan. BAB III PERLINDUNGAN KEKAYAAN INTELEKTUAL Pasal 4 Kekayaan intelektual sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini meliputi : a. Hak Cipta dan Ekspresi Budaya Tradisional; b. Paten; c. Merek dan Indikasi Geografis;dan d. Varietas Asal untuk Pembuatan Varietas Esensial. BAB IV HAK CIPTA DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL Bagian Kesatu Paragraf 1 Hak Pemerintah Daerah atas Hak Cipta Pasal 5 Pemerintah Daerah memegang Hak Cipta atas Ciptaan yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari Pemerintah Daerah, kecuali dinyatakan lain dalam perjanjian. Paragraf 2 Hak Pemerintah Daerah atas Hak Cipta Pasal 6 (1) Pemerintah Daerah menginventarisasi Hak Cipta yang merupakan Ciptaan yang berasal dari Ciptaan yang diturunkan dari Budaya masyarakat Jawa Barat.

(2) Pemerintah Daerah memfasilitasi pemrosesan perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan sebagaima dimaksud pada ayat (1) bilamana Ciptaan tersebut: a. tidak diketahui Penciptanya; b. tidak diketahui Penciptanya dan Ciptaan tersebut belum dilakukan Pengumuman. c. tidak diketahui Penciptanya, atau hanya tertera nama aliasnya atau samaran Penciptanya yang diumumkan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan Pencipta. d. dalam hal Ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui Pencipta dan pihak yang melakukan Pengumuman. (3) Pemerintah Daerah memfasilitasi pemrosesan perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan sebagaima dimaksud pada ayat (1) yang diusulkan masyarakat Jawa Barat. (4) Tata cara fasilitasi pemrosesan perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan sebagaima dimaksud pada ayat (1) akan ditetapkan dengan Peraturan Gubernur. (5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku jika Pencipta dan/atau pihak yang melakukan Pengumuman dapat membuktikan kepemilikan atas Ciptaan tersebut. Paragraf 2 Perlindungan Hak Cipta Pasal 7 (1) Fasilitasi perlindungan Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) diberikan terhadap karya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. (2) Karya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dilindungi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya: b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks; e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; karya seni terapan; karya arsitektur; g. peta; h. karya seni batik atau seni motif lain; i. karya fotografi; j. Potret; k. karya sinematograh; l. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi; m. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modihkasi ekspresi budaya tradisional; n. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya; o. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli; p. permainan video; dan q. Program Komputer. (2) Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk pelindungan terhadap Ciptaan yang tidak atau belum dilakukan Pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang memungkinkan Penggandaan Ciptaan tersebut. Bagian Kedua Ekspresi Budaya Tradisional Dan Ciptaan Yang Dilindungi Paragraf 1 Ekspresi Budaya Tradisional dan Hak Cipta atas Ciptaan yang Penciptanya Tidak Diketahui

Pasal 8 (1) Pemerintah Daerah menginventarisasi, menjaga, dan memelihara ekspresi budaya tradisional Jawa Barat. (2) Pemerintah Daerah memegang Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional yang Penciptaanya sebagian atau seluruhnya pembiayaannya berasal dari pemerintah Daerah. (3) Penggunaan ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat pengembannya. Paragraf 2 Salinan Ciptaan atau Bagian Ciptaan Pasal 9 (1) Perpustakaan daerah atau lembaga arsip daerah yang tidak bertujuan komersial dapat membuat 1 (satu) salinan Ciptaan atau bagian Ciptaan tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. (2) Salinan Ciptaan atau bagian Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara: a. Penggandaan tulisan secara reprografi yang telah dilakukan Pengumuman, diringkas, atau dirangkum untuk memenuhi permintaan seseorang dengan syarat: 1. perpustakaan daerah atau lembaga arsip daerah menjamin bahwa salinan tersebut hanya akan digunakan untuk tujuan pendidikan atau penelitian; 2. Penggandaan tersebut dilakukan secara terpisah dan jika dilakukan secara berulang, penggandaan tersebut harus merupakan kejadian yang tidak saling berhubungan; dan 3. tidak ada Lisensi yang ditawarkan oleh Lembaga Manajemen Kolektif kepada perpustakaan daerah atau lembaga arsip daerah sehubungan dengan bagian yang digandakan.

b. Pembuatan salinan dilakukan untuk pemeliharaan, penggantian salinan yang diperlukan, atau penggantian salinan dalam hal saiinan hilang, rusak, atau musnah dari koleksi permanen di perpustakan daerah atau lembaga arsip daerah lain dengan syarat: 1. perpustakan daerah atau lembaga arsip daerah tidak mungkin memperoleh salinan dalam kondisi wajar; atau 2. pembuatan salinan tersebut dilakukan secara terpisah atau jika dilakukan secara berulang, pembuatan salinan tersebut harus merupakan kejadian yang tidak saling berhubungan. e. Pembuatan salinan dimaksudkan unluk Komunikasi atau pertukaran informasi antar perpustakaan, antar lembaga arsip, serta antara perpustakaan dan lembaga arsip. Paragraf 3 Kerjasama dan Koordinasi Pengawasan Pasal 10 (1) Pemerintah Daerah melakukan kerjasama dan koordinasi pengawasan untuk mencegah pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait melalui sarana berbasis teknologi informasi. (2) Kerjasama dan koordinasi pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam rangka: a. pengawasan terhadap pembuatan dan penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait; b. kerja sama dan koordinasi dalam pencegahan pembuatan dan penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait; dan c. pengawasan terhadap tindakan perekaman dengan menggunakan media apapun terhadap Ciptaan dan produk Hak Terkait di tempat pertunjukan. Paragraf 5 Sarana dan Prasarana Kota Kreatif

Pasal 11 Untuk pengembangan ekonomi kreatif melalui Pemanfaatan dan Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, Pemerintah Daerah wajib menyediakan sarana dan prasarana kota kreatif. BAB V PATEN Bagian Kesatu Pemegang Paten Pasal 12 (1) Pemerintah Daerah sebagai Pemegang Paten atas Invensi yang dihasilkan oleh Inventor: a. dalam hubungan dinas dengan instansi pemerintah daerah, kecuali diperjanjikan lain. b. bilamana dalam hubungan kerja Pemerintah Daerah merupakan pihak yang memberikan pekerjaan, kecuali diperjanjikan lain. (2) Pemerintah Daerah sebagai Pemegang Paten atas Invensi yang dihasilkan, baik oleh karyawan maupun pekerja instansi pemerintah daerah yang menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia dalam pekerjaannya. (3) Pemerintah Daerah sebagai Inventor, berhak mendapatkan Imbalan atas Paten yang dihasilkannya dari sumber penerimaan negara bukan pajak, setelah Paten dikomersialkan. (4) Dalam Pemerintah Daerah sebagai Pemegang Paten tidak dapat melaksanakan Patennya, Inventor atas persetujuan Pemegang Paten dapat melaksanakan paten dengan pihak ketiga. Bagian Kedua Royalti

Pasal 13 Terhadap pelaksanaan Paten sebagaimana dimaksud ayat (4), Pemerintah Daerah sebagai Inventor memperoleh Royalti dari pihak ketiga yang mendapatkan manfaat ekonomi dari komersialisasi Paten tersebut. Bagian Ketiga Lisensi Pasal 14 (1) Pemerintah Daerah sebagai Pemegang Paten berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian Lisensi baik eksklusif maupun non-eksklusif. (2) Perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat mencakup semua atau sebagian perbuatan untuk melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya: a. dalam hal Paten-produk: membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten; b. dalam hal Paten-proses: menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk membuat barang atau tindakan lainnya sebagaimana dimaksud dalam huruf a. (3) Larangan menggunakan proses produksi yang diberi Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, hanya berlaku terhadap impor produk yang semata-mata dihasilkan dari penggunaan proses yang diberi pelindungan Paten. (4) Dalam hal untuk kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, atau analisis, larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dikecualikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pemegang Paten dan tidak bersifat komersial. (5) Perjanjian Lisensi berlaku selama jangka waktu Lisensi diberikan dan berlaku di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB VI PENAMAAN, PENDAFTARAN DAN PENGGUNAAN VARIETAS ASAL UNTUK PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL Bagian Kesatu Umum Pasal 15 (1) Gubernur yang daerahnya meliputi tempat di mana suatu Varietas Lokal berada dan Kantor PVT memiliki wewenang untuk atas nama dan kepentingan masyarakat pemilik suatu Varietas Lokal memberikan persetujuan kepada orang atau badan hukum yang akan menggunakan Varietas Lokal tersebut sebagai Varietas Asal dalam pembuatan Varietas Turunan Esensial dalam bentuk perjanjian tertulis. (2) Gubernur bertindak untuk dan atas nama serta mewakili kepentingan masyarakat pemilik Varietas Lokal di wilayahnya memberikan nama Varietas Lokal berdasarkan persyaratan penamaan. (3) Gubernur mendaftarkan Varietas Lokal yang telah diberi nama kepada Kantor PVT dan memberikan tanggapan saran perbaikan nama Varietas Lokal dari Kantor PVT. (4) Gubernur dengan orang atau badan hukum wajib membuat perjanjian penggunaan suatu Varietas Lokal sebagai Varietas Asal untuk pembuatan Varietas Turunan Esensial. (5) Gubernur yang mewakili kepentingan masyarakat pemilik Varietas Lokal melaksanakan penggunaan imbalan. Bagian Kedua Persyaratan Penamaan Varietas Lokal Pasal 16 Persyaratan penamaan Varietas Lokal sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 ayat (2) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. mencerminkan identitas Varietas Lokal yang bersangkutan;

b. tidak menimbulkan kerancuan karakteristik, nilai atau identitas suatu c. Varietas Lokal; d. tidak telah digunakan untuk nama Varietas yang sudah ada; e. tidak menggunakan nama orang terkenal; f. tidak menggunakan nama alam; g. tidak menggunakan lambang negara; dan/atau h. tidak menggunakan merek dagang untuk barang dan jasa yang dihasilkan dari bahan propagasi seperti benih atau bibit, atau bahan yang dihasilkan dari Varietas lain, jasa transportasi atau penyewaan tanaman. BAB VII MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS Bagian Kesatu Pemohon Indikasi Geografis Pasal 17 (3) Pemerintah Daerah dapat bertindak sebagai Pemohon Indikasi Geografis untuk didaftar oleh Menteri dan memperoleh perlindungan. (4) Pemerintah Daerah dapat mewakili masyarakat sebagai Pemohon Indikasi Geografis. (5) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah masyarakat di kawasan geografis tertentu yang mengusahakan suatu barang dan/atau produk berupa: a. sumber daya alam; b. barang kerajinan tangan; atau c. hasil industri. Bagian Kedua Pembinaan Indikasi Geografis Pasal 18 (1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan Indikasi Geografis sesuai dengan kewenangannya.

(2) Pernbinaan sebagaimana dimaksud pacta ayat (1) rneliputi: a. persiapan untuk pemenuhan persyaratan Perrnohonan Indikasi Geografis; b. Permohonan pendaftaran Indikasi Geografis; c. pernanfaatan dan kornersialisasi Indikasi Geografis; d. sosialisasi dan pemaharnan atas pelindungan Indikasi Geografis; e. pemetaan dan inventarisasi potensi produk Indikasi Geografis; f. pelatihan dan pendarnpingan; g. pernantauan, evaluasi, dan pembinaan; h. pelindungan hukum; dan i. fasilitasi pengernbangan, pengolahan, dan pernasaran barang dan/ atau produk Indikasi Geografis. Bagian Ketiga Pembinaan dan Pengawasan Indikasi Geografis Pasal 19 (1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan Indikasi Geografis sesuai dengan kewenangannya. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan untuk: a. menjarnin tetap adanya reputasi, kualitas, dan karakteristik yang menjadi dasar diterbitkannya b. Indikasi Geografis; dan c. mencegah penggunaan Indikasi Geografis secara tidak sah. (3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula dilakukan oleh masyarakat. Bagian Keempat Pendaftaran Merk Kolektif

Pasal 20 Pemerintah Daerah mendaftarkan Merek Kolektif yang diperuntukkan bagi pengembangan/pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai Pemohon perlindungan Indikasi Geografis kepada Menteri. BAB VIII ALIH TEKNOLOGI, PENYEBARAN INFORMASI, DAN PENGELOLAAN Bagian Kesatu Pemilikan Kekayaan Intelektual Serta Hasil Penelitian dan Pengembangan Pasal 21 (1) Kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan yang dihasilkan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan oleh lembaga litbang daerah provinsi yang dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah merupakan milik Pemerintah Daerah. (2) Dalam hal pembiayaan kegiatan penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud ayat (1) dibiayai sebagian oleh Pemerintah Daerah dan sebagian oleh pihak lain, kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan yang dihasilkan merupakan milik Pemerintah Daerah dan pihak lain yang bersangkutan secara bersama. (3) Pemilikan secara bersama atas kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui perjanjian bersama Pemerintah Daerah dengan pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Pemanfaatan Kekayaan Intelektual Pasal 22 (1) Pemilikan oleh Pemerintah Daerah atas kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan memberikan kewenangan untuk

menentukan dan mengatur pemanfaatan kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan. (2) Dalam mengelola kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan lembaga litbang daerah provinsi mengupayakan perlindungan hukum atas pemilikan kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan. Bagian Ketiga Alih Teknologi Pasal 23 (1) Pemerintah Daerah wajib mengusahakan alih teknologi kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan, yang dibiayai sepenuhnya atau sebagian oleh pemerintah daerah kepada badan usaha, pemerintah, atau masyarakat, sejauh tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan peraturan perundang-undangan. (2) Apabila sebagian biaya kegiatan penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dibiayai oleh pihak lain, selain pemerintah daerah, pengalihan teknologi dilaksanakan berdasarkan perjanjian yang telah diatur sebelumnya dengan pihak lain tersebut. Bagian Keempat Penyebaran Informasi dan Pengelolaan Pasal 24 Pemerintah Daerah wajib mengusahakan penyebaran informasi hasil-hasil kegiatan penelitian dan pengembangan serta kekayaan intelektual yang dimiliki selama tidak mengurangi kepentingan perlindungan kekayaan intelektual. Bagian Kelima Penggunaan Pendapatan

Pasal 25 (1) Perguruan tinggi dan lembaga litbang pemerintah berhak menggunakan pendapatan yang diperolehnya dari hasil alih teknologi dan/atau pelayanan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan diri. (2) Penggunaan pendapatan yang diperolehnya dari hasil alih teknologi dan/atau pelayanan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Bagian Keenam Unit Kerja Pengelolaan Alih Teknologi Pasal 26 Dalam melaksanakan kewajiban mengusahakan alih teknologi kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan, Pemerintah Daerah wajib membentuk unit kerja yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan dan alih teknologi kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan dilingkungannya. BAB IX SISTEM INFORMASI Pasal 27 (1) Pemerintah Daerah wajib menyusun basis data atau data base mengenai Kekayaan Intelektual, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. (2) Basis data atau data base Kekayaan Intelektual, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diumumkan dan mudah diakses. (3) Basis data atau data base Kekayaan Intelektual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan alat bukti kepemilikan HKI. BAB X

PERAN MASYARAKAT Pasal 28 (1) Masyarakat berperan dalam perlindungan Kekayaan Intelektual. (2) Peran masyarakat dalam perlindungan Kekayaan Intelektual dilakukan dalam bentuk : a. seleksi transformasi kebudayaan luar; b. penyediaan informasi dan data; c. pelestarian; d. peningkatan kegiatan dan kreativitas; e. sosialisasi; f. bimbingan teknis; dan g. bantuan proses pendaftaran HKI dan hak terkait; h. Pengawasan. BAB XI SENTRA KEKAYAAN INTELEKTUAL Pasal 29 (1) Pemerintah Daerah wajib membangun Sentra Kekayaan Intelektual (2) Pembangunan Sentra Kekayaan Intelektual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara bertahap sesuai kemampuan keuangan Daerah. BAB XII SOSIALISASI DAN PEMBINAAN Bagian Kesatu Sosialisasi Pasal 30 Pemerintah Daerah melaksanakan sosialisasi perlindungan Kekayaan Intelektual kepada masyarakat.

Bagian Kedua Pembinaan Pasal 31 (1) Pemerintah, Pemerintah Daerah menyelenggarakan Pembinaan HKI dan hak terkait kepada masyarakat secara berkesinambungan. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pendampingan penerapan peraturan perundang-undangan; b. bimbingan, supervisi, dan konsultasi; c. bantuan teknis dan bantuan program; dan d. pendidikan dan pelatihan. (2) Penyelenggaraan Pembinaan oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan sesuai kemampuan keuangan Daerah. BAB XIII INSENTIF DAN DISINSENTIF Bagian Kesatu Pasal 32 (1) Pemerintah Daerah memberikan insentif kepada setiap orang, kelompok, atau lembaga yang berjasa dalam : a. melakukan inovasi dan menghasilkan kekayaan intelektual; dan b. melakukan upaya perlindungan serta fasilitasi HKI, hak terkait, dan Ekspresi Budaya Tradisional. (2) Insentif yang diberikan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk fasilitasi pendaftaran, program, penghargaan, dan/atau bantuan, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan keuangan Daerah.

Pasal 33 Syarat dan tata cara pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Gubernur sesuai kewenangan, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Disinsentif Pasal 34 Pelaku usaha besar yang melakukan inovasi, menghasilkan kekayaan intelektual, dan melakukan upaya perlindungan serta fasilitasi HKI, hak terkait, dan kebudayaan Daerah, tidak diberikan insentif. Pasal 35 (1) Setiap orang, kelompok atau lembaga yang telah menerima insentif namun selanjutnya terbukti tidak memenuhi syarat untuk diberikan insentif, maka insentif yang telah diterima, dapat dihentikan atau ditarik kembali. (2) Tata cara penghentian dan/atau penarikan kembali insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Gubernur. BAB XV KOORDINASI Pasal 36 (1) Gubernur melaksanakan koordinasi keterpaduan perlindungan kekayaan intelektual dengan Pemerintah dan Pemerintah Kabupaten/Kota dan pihak lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Koordinasi keterpaduan perlindungan kekayaan intelektual sebagaimana dimaksud pada ayat (1), secara teknis operasional dilaksanakan oleh OPD

terkait sesuai kewenangan, berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. BAB XVI LARANGAN Pasal 37 Setiap orang dilarang : a. melakukan pembiaran, penghilangan, dan/atau perusakan benda hasil ekspresi budaya tradisional dan lanskap budaya; b. menyediakan informasi dan data palsu terkait dengan ekspresi budaya tradisional, pengetahuan tradisional, dan lanskap budaya; c. membantu pihak lain yang mengklaim ekspresi budaya tradisional, pengetahuan tradisional, dan lanskap budaya secara tidak sah; d. memanfaatkan ekspresi budaya tradisional dan pengetahuan tradisional tanpa memiliki izin akses pemanfaatan dan perjanjian pemanfaatan; dan e. menggunakan HKI dan hak terkait milik pihak lain secara tidak sah. BAB XVII PENEGAKAN PERATURAN DAERAH Bagian Kesatu Umum Pasal 38 Penegakan Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Penyidikan Pasal 39

Penyidikan atas tindak pidana HKI dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Ketiga Ketentuan Pidana Pasal 40 (1) Setiap orang yang melanggar kepemilikan HKI dan/atau ketentuan Pasal 42, diancam pidana kurungan atau denda sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan Daerah dan disetorkan ke Kas Daerah Provinsi Jawa Barat. BAB XVIII PEMBIAYAAN Pasal 41 Pembiayaan atas perlindungan kekayaan intelektual dibebankan pada : a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat; dan b. sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat. BAB XIX PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 42 (1) Gubernur melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pihak asing yang memanfaatkan ekspresi budaya tradisional dan/atau pengetahuan tradisional. (2) Pengawasan dan pengendalian terhadap pemanfaatan ekspresi budaya tradisional dan/atau pengetahuan tradisional dilakukan melalui forum koordinasi dan fasilitasi dengan OPD dan instansi terkait. (3) Tata cara pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 43 (1) Gubernur melaksanakan pengawasan terhadap perlindungan HKI, hak terkait, dan kebudayaan daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur. BAB XX KETENTUAN PENUTUP Pasal 44 (1) Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus sudah ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya Peraturan Daerah ini. (2) Dengan ditetapkan Peraturan Daerah ini, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor Tahun 2012 tentang Perlidungan Kekayaan Intelektual dinyatakan tidak berlaku. Pasal 45 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat. Ditetapkan di Bandung pada tanggal... GUBERNUR JAWA BARAT, ttd AHMAD HERYAWAN

Diundangkan di Bandung pada tanggal.. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA BARAT, ttd. LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN.. NOMOR SERI