IMPLEMENTASI PERDES APBDES DI DESA TOLOK KABUPATEN MINAHASA. Oleh : Friski Rantung ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada dan berlaku saat ini, desa mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1979 bercorak sentralistik. Dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 32 Tahun

Implementasi Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder

BAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun

Dpemerintahan terkecil dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2007 SERI E =================================================================

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

Jesly Marlinton 1. Kata Kunci : pengawasan, pengelolaan, alokasi dana desa (ADD)

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, namun secara geografis berjarak cukup jauh dari pusat kekuasaan di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO 3

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

Seminar Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat- Dies Natalis FISIP Unila Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 3 TAHUN 2007 SERI E NOMOR 02

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA

PERBANDINGAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MENDIK DAN DESA MENDIK BHAKTI KECAMATAN LONG KALI KABUPATEN PASER.

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, maupun kemasyarakatan maupun tugas-tugas pembantuan yang

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG DANA ALOKASI UMUM DESA

PEMERIN-TAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR: 8 TAHUN 2006 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

Peran Kepala Desa dan BPD dalam Penyusunan APBDesa

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA SUNGAI RAYA KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG SUMBER SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam Bab ini dirikan kesimpulan dan rekomendasi yang dirumuskan dari

I. PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia saat ini di dasarkan pada Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem sentralisasi ke desentralisasi menjadi salah satu wujud pemberian tanggungjawab

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan mereka (Putra dkk., 2013). Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa semakin memperlihatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

PERATURAN DESA NANGGUNG SUMBER PENDAPATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 6 TAHUN 2008

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PELAKSANAAN AKUNTABILITAS DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DESA (Studi Di Desa Warisa, Kecamatan Talawaan, Kabupaten Minahasa Utara)

ANALISIS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 15 TAHUN 2006

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ALOKASI DANA DESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2010 SERI E.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KECAMATAN SEMBAKUNG KABUPATEN NUNUKAN Studi Komparatif Antara Desa Mambulu Dan Desa Pagaluyon

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 26 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

TENTANG BUPATI DOMPU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

I. PENDAHULUAN. Dalam ketatanegaraan Republik Indonesia, berkaitan Undang-Undang. tentang Pemerintahan Daerah (UU No.22/1999) direvisi menjadi Undang-

Transkripsi:

IMPLEMENTASI PERDES APBDES DI DESA TOLOK KABUPATEN MINAHASA Oleh : Friski Rantung ABSTRAK Pasal 215 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 secara tegas menyebutkan bahwa pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten/kota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa Pasal 215 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 secara tegas menyebutkan bahwa pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten/kota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa. dan badan permusyawaratan desa. Pertanyaannya sekarang, apakah pemerintah kabupaten mempunyai goodwill dan political will untuk mengimplementasikan peraturan yang telah ada ke dalam bentuk praktis. Seperti kewajiban untuk mengalokasikan ADD yang sesungguhnya memang menjadi hak desa, apakah pemerintah kabupaten bersedia untuk membuat peraturan daerahnya, atau tetap dengan paradigma lama dan basi yakni takut berkurang jatahnya jika ADD di perdakan, atau masih selalu menganggap desa belum mampu mengelola pemerintahannya termasuk keuangannya di desa Tolok. Demikian juga yang terjadi di Desa tolok Kabupaten Minahasa. Dari hasil survei awal yang telah dilakukan oleh penulis di Desa Tolok Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa didapatkan di desa Tolok perdes APBDES di desa Tolok belum berjalan dengan baik. Di dapatkan pula bawa peraturan mengenai APBEDes itu telah ada Hal ini dapat dilihat dari Peraturan Desa Tolok Nomor 2 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Dari Peraturan Desa tersebut dapat dilihat pendapatan yang dibagi dalam Pendapatan Asli Desa,Bagi Hasil Pajak dan bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang didalamnya ada ADD atau Alokasi Dana Desa. dimana belanja yang terdiri dari Belanja Barang / Belanja Material, Belanja modal dan Belanja tidak langsung. Berdasarkan latar belakang di maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai Implementasi Perdes APBDES di Desa Tolok Kabupaten Minahasa. PENDAHULUAN Pasal 215 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 secara tegas menyebutkan bahwa pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten/kota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa. Kemudian adanya PP No.72 tahun 2005 tentang Desa sangat jelas mengatur tentang pemerintahan desa, termasuk didalamnya tentang kewajiban yang tak bisa ditawar-

tawar oleh Pemkab untuk merumuskan dan membuat peraturan daerah tentang Alokasi Dana Desa (ADD) sebagai bagian dari kewenangan fiskal desa untuk mengatur dan mengelola keuangannya. Pengelolaan keuangan desa pun menjadi wewenang desa yang mesti terjabarkan dalam peraturan desa (Perdes) tentang anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes). Dengan sumber pendapatan yang berasal dari pendapatan asli desa seperti dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah. Selanjutnya bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota, dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10%, yang pembagiannya untuk setiap Desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa (ADD). Kemudian pendapatan itu bisa bersumber lagi dari bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan, serta hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. Selanjutnya regulasi yang ada tentang desa juga membolehkan desa untuk mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Artinya desa sesungguhnya telah didorong, diupayakan dan diharapkan menjadi mandiri dan berdikari. Apalagi bergulirnya dana-dana perimbangan tersebut melalui Alokasi Dana Desa (ADD) harusnya menjadikan desa benar-benar sejahtera. Dan ini juga menjadi kewajiban aparat pemkab yang ada untuk membina dan memberdayakan agar kapasitas aparatur desa meningkat. Sehingga tidak selalu dianggap tidak mampu. Adapun manfaat penelitian yaitu 1. Kegunaan Penelitian

Kegunaan Penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis hasil penelitian ini sebagai tambahan kajian ilmu pemerintahan khususnya mengenai pemerintah desa dalam merencanakan dan melaksanakan kebijakan pembangunan desa yang tertuang dalam APBDes. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini menjadi masukan bagi pemerintah desa Tolok. 3. BPD untuk mengembangkan peranannya dalam menyusun dan (APBDes). Konsep Implementasi Pressman dan Wildavsky dalam Solichin Abdul Wahab (1991 : 51) dalam buku Analisis Kebijaksanaan, menyatakan bahwa sebuah kata kerja mengimplementasikan itu sudah sepantasnya terkait langsung dengan kata benda kebijaksanaan. Sehingga bagi kedua pelopor studi implementasi ini maka proses untuk melaksanakan kebijaksanaan perlu mendapatkan perhatian yang saksama, dan oleh sebab itu adalah keliru kalau kita menganggap bahwa proses tersebut dengan sendirinya akan berlangsung mulus. Konsep Perdes Secara garis besar, sesuai dengan UU 32/2004 dan PP 72/2005, dapat dijelaskan bahwa peraturan Desa, termasuk APBDes, ditetapkan oleh Kepala Desa bersama BPD. Konsep Anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) Anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) adalah peraturan desa yang memuat sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun waktu satu tahun.

Gambar: Alur Proses Penyusunan dan Pelaksanaan Perdes APBDes (2) PROSES Atau KONVERSI (3) (1) OUTPUT APBDes INPUT Tuntutan dan Dukungan (5) PELAK- SANAAN APBDes EVALUASI CHECKING REPRESIF Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif (4) yang dilaksanakan dengan menjadikan manusia sebagai instrumen dan di sesuaikan situasi yang wajar dalam kaitannya dengan mengumpulkan data yang pada umumnya bersifat kualitatif. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang dilaksanakan dengan menjadikan manusia sebagai instrumen dan di sesuaikan situasi yang wajar dalam kaitannya dengan mengumpulkan data yang pada umumnya bersifat kualitatif. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini tidak menggunakan variabel penelitian baik itu variabel independen dan variabel dependen. Karena, sesuai dengan judul penelitian yaitu implementasi Perdes APBDES di Desa Tolok Kabupaten Minahasa. Informan Penelitian Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan infomasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, ia harus mempuyai banyak pengalaman tentang latar pelitian. oleh karena seorang informan harus benar-benar tahu atu pelakui yang terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang di lakukan dalam penelitian sebagaimna dikemukakan Moleong (2006:198) adalah sebagai berikut : Wawancara semi struktur jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, di mana dalam pelaksanaan lebih bebas di bandingkan denagn wawancara terstruktur. tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang di ajak wawancara di minta mendapat dan idenya. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Luas Wilayah Luas wilayah Desa Tolok adalah + 7I km 2 luas wilayah tersebut dibagi untuk delapan lingkungan. Luas lingkungan 23,4 Ha. Sedangkan luas lingkungan terkecil adalah 12 Ha. Luas wilayah Desa menurut penggunaannya dapat dilihat pada tabel berikut : Luas Wilayah Desa Tolok Menurut Penggunaannya

No. Penggunaan Tanah Luas (ha/m 2 ) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Luas Pemukiman Umum Luas Perkebunan Luas Kuburan Luas Pekarangan Luas Taman Perkantoran Luas prasarana umum lainnya 50 ha/m 2 800 ha/m 2 1,25 ha/m 2 25 ha/m 2 3 ha/m 2 0,5 ha/m 2 10 ha/m 2 Jumlah 912 ha/m 2 Sumber : Profil Desa Tahun 2013 Keadaan Pemerintahan Desa merupakan lingkungan kerja pemerintah yang meliputi beberapa lingkungan. Sedangkan pemerintahan Desa adalah lurah serta seperangkat lainnya yang menyelenggarakan urusan pemerintahan urusan umum di wilayah Desa. Desa Tolok yang terdiri dari 7 lingkungan. merupakan wilayah pemerintahan yang dijalankan oleh Kepala Desa. Dalam menjalankan roda pemerintahan di Desa, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden

Dalam penelitian ini karakteristik responden yang dikemukakan adalah jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan pendidikan berikut ini karakteristik informan diuraikan sebagai berikut : informan didominasi oleh laki-laki yaitu 9 orang dan perempuan 7 orang. Hasil Penelitian 1. Pengetahuan Masyarakat tentang Peraturan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (Perdes APBDes) A. Berikut ini akan dikemukakan mengenai hasil penelitian yang berkaitan dengan implementasi Perdes APBDes dimana pengetahuan masyarakat tentang Perdes. B. Dari hasil penelitian penulis terhadap tanggapan informan tentang pengetahuan akan Peraturan Desa APBDes oleh masyarakat di Desa Tolok terlihat bahwa dari sejumlah 16 orang yang diwawancarai dan disertai dengan wawancara yang lebih mendalam, 8 orang responden atau menyatakan mengetahui betul akan Peraturan Desa APBDes, sementara 4 orang atau menyatakan kurang mengetahui akan Peraturan Desa APBDes sedangkan sisanya 4 orang informan atau menyatakan tidak tahu akan Peraturan Desa APBDes. C. Kesimpulan dapat ditarik berdasarkan data penelitian pada tabel di menunjukkan bahwa dari sekian informan menyatakan mengetahui Peraturan Desa APBDes. Hal ini didorong oleh tingkat pendidikan masyarakat yang sudah tinggi serta mereka memanfaatkan media massa dan media elektronik untuk mendapatkan informasi-informasi yang lebih mengenai otonomi daerah. D. Sementara itu adanya sebagian kecil informan yang tidak mengetahui otonomi daerah di Desa Tolok dikarenakan kurangnya tingkat pendidikan dan kurang memanfaatkan media massa untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai Peraturan-peraturan Desa yang ada.

E. Dari hasil penelitian mengenai tanggapan responden tentang Perdes APBDes yang telah dilaksanakan oleh pemerintah terlihat dari sejumlah 16 orang informan yang diwawancara terdapat yang lebih mendalam atau 10 orang menyatakan perlu. Hal ini dikarenakan karena menurut dengan pemberlakuan Perdes APBDes maka pembangunan di desa tersebut akan lebih kelihatan. Hanya sebagian kecil saja yaitu atau 6 orang saja yang menyatakan tidak diperlukan Perdes APBDes tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahaman informan yang kurang tentang peraturan desa tersebut dan banyaknya penyelewengan dalam penggunaan anggaran oleh pemerintah. Faktor Kurang Sosialisasi dari Pemerintah Desa Ternyata juga didapati kurang berhasilnya program penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan karena kurang sosialisasi dari pemerintah sendiri. Dari hasil penelitian dan pembahasan di dapat disimpulkan bahwa : A. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian mengenai tanggapan responden tentang pengetahuan akan Peraturan Desa APBDes oleh masyarakat di Desa Tolok terlihat bahwa dari sejumlah 16 orang yang diedarkan kuisioner dan disertai dengan wawancara yang lebih mendalam, 8 orang informan atau menyatakan mengetahui betul akan Peraturan Desa APBDes, sementara 4 orang atau menyatakan kurang mengetahui akan Peraturan Desa APBDes sedangkan sisanya 4 orang informan atau menyatakan tidak tahu akan Peraturan Desa APBDes. Kesimpulan dapat ditarik berdasarkan data penelitian pada tabel di menunjukkan bahwa dari sekian informan menyatakan mengetahui Peraturan Desa APBDes. Hal ini didorong oleh tingkat pendidikan masyarakat yang sudah tinggi serta mereka memanfaatkan media massa dan media elektronik untuk mendapatkan informasi-informasi yang lebih mengenai otonomi daerah.

2. Faktor-Faktor Penghambat keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Tingkat Kesadaran Masyarakat, Tingkat Pendidikan Masyarakat, Faktor Penyakit-Penyakit Masyarakat, Faktor Kurang Sosialisasi dari Pemerintah Desa, dan Faktor Lingkungan. Saran-Saran Dari hasil penelitian maka penulis menyarankan kepada pemerintah agar : 1. Pemerintah harus semakin memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Pola pikir masyarakat dapat diubah, jika Pemerintah Desa terus memberikan perhatian yang secara berkesinambungan. Misalnya dari tingkat kesadaran masyarakat yang sudah semakin merendah, pemerintah harus mengadakan pendekatan-pendekatan (approve) terhadap masyarakat, baik pendekatan dalam bentuk mental maupun spiritual pada masyarakat. Sehingga dapat mengetahui apa saja penyebabnya merendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam memberikan kontribusinya atau peran aktifnya terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. 2. Disarankan agar pemerintah harus lebih mensosialisasikan peraturan yang ada khususnya peraturan desa mengenai anggaran pendapatan dan belanja desa, agar tidak mudah terjadi penyelewengan dalam penggunaan dana yang ada. DAFTAR PUSTAKA AAGN Ari Dwipayana dan Sutoro (Ed). 2003. Membangun Good Governance di Desa. IRE Press. Yogyakarta. Asyukri Ibn Chamim dkk. Civic Education: Menuju Kehidupan Demokratis dan Berkeadaban. 2003 (edisi revisi). Penerbit PP Muhamadyah, LP3, dan The Asia Foundation. Jakarta. Lexy Moleong.2003. penelitian kualitatif. PT,Rosda.bandung David Osborne dan Ted Gabbler. 1999. Mewirausahakan Birokrasi. PT Pustaka BP. Jakarta

Dawam Raharjo. 2001. Ekonomi Desa dan Manajemen Pemerintahan Desa. Pasca Sarjana PLOD UGM. Yogyakarta. Makalan workshop Desentralisasi dan Good Governance di Tingkat Desa. Bambang Purwanto. 2001. Ekonomi dan Demokrasi Desa dalam Perspektif Sejarah. Pasca Sarjana PLOD UGM. Yogyakarta. Makalan workshop Desentralisasi dan Good Governance di Tingkat Desa. Burhan Bugain. 2004. metode penelitian kualitatif. rajawali Perss. Loina Lalolo KP. Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi, Partisipasi. 2003. Bapenas. Jakarta. Makalah. Miftah Thoha. 2003. Birokrasi dan Politik Di Indonesia. Raja Grafindo. Jakarta Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1982. Metode Penelitian Survei. Penerbit LP3ES. Jakarta. Sadu Wasistiono. 2006. Prospek Pengembangan Desa. Penerbit Fokus Media. Bandung. Syarief Makhya. Ilmu Pemerintahan:Telaahan Awal. 2004. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Unila. Bandar Lampung. Buku ajar. Syafuan Rozi Soebhan. Model Reformasi Birokrasi di Indonesia. 2000. LIPI. Jakarta. Makalah Wahab Solichin Abdul. 1991. Analisis Kebijaksanaan. Bumi Aksara. Jakarta. Peraturan-Peraturan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa