BAB V PENUTUP. kurikulum di sekolah inklusi antara SMP Negeri 29 Surabaya dan SMP Negeri. 3 Krian Sidoarjo. Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sekolah dasar (SD) merupakan salah satu jenjang

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Konsep model pembelajaran berbasis masalah berdasarkan kurikulum

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diuraikan terdahulu berdasarkan fenomena-fenomena esensial di lapangan, maka

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 21 SEMARANG. Disusun oleh : : Muhammad Mustakim Fauzan NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya yang bertanggung jawab terhadap Pendidikan siswa siswi yang berada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN. serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah dibagi menjadi 3 tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 SUBAH

BAB V PENUTUP. semakin menjadi penting bagi agenda reformasi pendidikan setelah Education

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Tingkat Dukungan Sosial Siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

DISPLAY DATA HASIL WAWANCARA GURU SMA YPI 45 Kota Bekasi

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

Kesiapan Guru dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Sekolah Inklusi

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) 2 DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat seiring dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN

ARTIKEL OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMP NEGERI 34 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu ;

139 Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan kompetensi GPK dalam

BAB III METODE PENELITIAN

STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Bagian ini merupakan bab penutup, terdiri dari 1) Simpulan 2) Implikasi 3) Saran.

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 3 MAGELANG. Disusun oleh : Nama : Agung Tri Wibowo NIM : Jurusan : Pendidikan Fisika

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada SMP Berstandar Nasional di Kota Bandar Lampung,

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMP NEGERI 1 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strategi agar sesuai

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, penyajian data, pembahasan dan analisa data

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 TENGARAN. Disusun oleh: Ahmad Zahry Mujadid Pendidikan Seni Musik

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMP NEGERI 32 SEMARANG

2016 LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK TUNANETRA

PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL. Oleh Drs. Musjafak Assjari, M.Pd

IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SMP NEGERI 32 SURABAYA

Contoh Evaluasi Program Sekolah Bidang Kurikulum

UPT Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) SMP, SMA DAN SMK NEGERI KABUPATEN SIDOARJO TAHUN PELAJARAN

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Dari hasil penelitian dan analisis yang telah penulis paparkan, maka. penulis menyimpulkan sebagai berikut:

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMP NEGERI 1 MAGELANG. Disusun oleh : Nama : Dewi Prasetyo Susanti NIM : Prodi : PPKn

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : Prodi : Pendidikan matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

1. Menyiapkan format pembelajaran yang dibutuhkan Guru Mata Pelajaran

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 5 SEMARANG. Disusun Oleh : : Imam Bukhori NIM : Program Studi : Teknologi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa model

SOSIALISASI PPDB ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

PENGETAHUAN MAHASISWA PG-PAUD UNIPA SURABAYA TENTANG PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. berkebutuhan khusus ke dalam program program sekolah reguler. Istilah

Tugas Administrasi Pendidikan. Tugas Pokok Administrasi Pendidikan di SMK NEGERI 1 TENGARAN :

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan Microsoft Excel, dimana untuk penyajian informasi mengenai

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 28 TAHUN 2017

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Pada Bab V ini penulis akan mengemukakan kesimpulan, implikasi dan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu negara sangatlah ditentukan oleh kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

STANDARD OPERATING PROCEDURE PEMBIMBINGAN AKADEMIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian

PERTEMUAN WALI KELAS DENGAN ORANG TUA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Temuan penelitian menggambarkan bahwa kondisi objektif implementasi

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2017

BENTUK - BENTUK ADAPTASI DAN PENYESUAIAN PESERTA DIDIK DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dari studi perbandingan manajemen kurikulum di sekolah inklusi antara SMP Negeri 29 Surabaya dan SMP Negeri 3 Krian Sidoarjo. Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Manajemen kurikulum di sekolah berbasis inklusi di SMP Negeri 29 Surabaya baik bagi peserta didik reguler maupun bagi PDBK dimulai dengan perencanaan pada saat kegiatan PPDB. Bagi PDBK ditambah dengan melakukan identifikasi melalui asesmen yang dimiliki PDBK untuk selanjutnya dapat merumuskan penyusunan 1). Analisis mata pelajaran (AMP), 2). Kalender Akademik, 3). Penyusunan Program Tahunan (PROTA), 4) Penyususnan Program Semester (PROMES), 5). Proram Satuan Pelajaran, dan 6). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam pengelolaannya terhadap keberhasilan KBM baik bagi bagi peserta didik reguler maupun PDBK sekolah membentuk Tim Khusus yang beranggotakan tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi PLB yang selanjutnya akan mengkoordinir segala kegiatan KBM pada PDBK. Pelaksanaan KBM di sekolah berbasis inklusi di SMP Negeri 29 Surabaya baik bagi peserta didik reguler maupun bagi PDBK menggunakan kurikulum 2013 yang merujuk pada pedoman pelaksanaan kurikulum bagi PDBK di sekolah inklusi yang dibuat oleh Kemendikbud RI, dengan 135

136 tersedianya dua pilihan program kelas yang disesuaikan dengan berat ringannya kelainan yang dialami PDBK, yakni bagi PDBK tingkat ringan, mengikuti program pendidikan kelas inklusi, sedangkan bagi PDBK tingkat berat mengikuti program pendidikan di kelas khusus atau di ruang pintar. Sekolah juga melakukan modifikasi kurikulum dengan menggunakan pendekatan program pendekatan individual (PPI). Untuk mengevaluasi atau mengontrol terselenggaranya KBM yang baik dan efisien baik Guru umum dan GPK menyusun form penilian yang setiap satu bulan sekali dan direkap hasilnya dalam bentuk deskripsi yang kemudian diserahkan ke sekolah. 2. Manajemen kurikulum baik bagi peserta didik reguler maupun bagi PDBK di sekolah berbasis inklusi di SMP Negeri 3 Krian dimulai dengan perencanaan pada saat kegiatan PPDB bagi peserta didik reguler, bagi PDBK dengan ditambah melakukan identifikasi melalui asesmen yang dimiliki PDBK untuk selanjutnya dapat merumuskan penyusunan 1). Analisis mata pelajaran (AMP), 2). Kalender Akademik, 3). Penyusunan Program Tahunan (PROTA), 4). Penyususnan Program Semester (PROMES), 5). Program Satuan Pelajaran, dan 6). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam mengelola proses KBM baik bagi peserta didik reguler maupun bagi PDBK kepala sekolah mampu menciptakan suasana sekolah yang harmonis sehingga tercipta kerja sama yang baik antara guru wali kelas, guru BK, GPK dan peserta didik reguler untuk membuat PDBK juga tetap merasa nyaman. Pelaksanaan KBM di sekolah berbasis inklusi di SMP Negeri 3 Krian menggunakan kurikulum 2013 baik bagi peserta didik

137 reguler maupun bagi PDBK, hanya saja pada PDBK sekolah melakukan beberapa modifikasi, meskipun dalam praktinya PDBK banyak menghabiskan waktu belajarnya dikelas inklusi bersamaan dengan peserta didik reguler lainnya. Titik berat tujuan sekolah berbasis inklusi di SMPN 3 Krian ini adalah agar siswa berkebutuhan khusus mampu bersosialisasi dengan siswa didik reguler yang lain. Pihak sekolah melakukan evaluasi selain dengan berkerja sama dengan guru mata pelajaran atau guru wali kelas, juga bekerja sama dengan UPTD inklusi kabupaten Sidoarjo untuk evaluasi terhadap KBM bagi PDBK. 3. Terdapat perbedaan dan persamaan akan manajemen kurikulum di sekolah berbasis inklusi antara SMP Negeri 29 Surabaya dan SMP Negeri 3 Krian. Perbedaan tersebut terlihat dari pelaksanaan kurikulum 2013 bagi PDBK di sekolah inklusi. Dimana pada SMP Negeri 29 Surabaya tersedia dua pilihan program pendidikan kelas yang disesuaikan dengan tingkat berat ringannya kelainan yang dialami PDBK. Sedangkan Sekolah berbasis inklusi di SMP Negeri 3 Krian hanya tersedia program pendidikan di kelas inklusi dimana setiap kali pembelajarannya PDBK selalu berada sama dengan peserta didik reguler lainnya. Namun demikian antara dua sekolah berbasis inklusi ini juga memiliki kesamaan dalam hal manajemen kurikulumnya dimana untuk menentukan penanganan terhadap PDBK sekolah menggunakan pendekatan kurikulum PPI dan modifikasi. Sama dalam tahap manajemen kurikulumnya bagi peserta didik reguler yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan,

138 pengawasan dan evaluasi. Serta memiliki kesamaan dalam penggunaan kurikulum bagi peserta didik regulernya yakni kurikulum 2013. B. Saran-Saran Akhirnya dari penulisan skripsi ini penulis mengajukan beberapa saran sebagai alternatif dalam memanajemen kurikulum baik bagi peserta didik reguler maupun bagi PDBK di sekolah berbasis inklusi. Saran yang diajukan disini didasarkan pada beberapa masukan dari sebagian responden sebagai tanggapan terhadap manajemen kurikulum di sekolah berbasis inklusi antara SMP negeri 29 Surabaya dan SMP Negeri 3 Krian, saran-saran itu antara lain : 1. Pengembangan inovasi terhadap kegiatan belajar mengajar atau KBM di sekolah inklusi. Hal ini sangat dibutuhkan sebab pada sekolah inklusi memimiliki kemajemukan peserta didik yang tentunya diharapkan keberhasilan prestasi antara peserta didik reguler maupun PDBK tetap terjaga dengan baik dan sesuai dengan keadaan peserta didik, serta dapat menciptakan suasana belajar di sekolah yang aman, tenang, dan menyenangkan baik bagi peserta didik reguler maupun PDBK. 2. Penyediaan guru pendidik khusus (GPK) yang sesuai dengan kapasitas PDBK, baik dalam hal kulitas ataupun kuantitasnya, hal ini mempunyai peran penting terhadap keberhasilan proses KBM khususnya di sekolah berbasis inklusi baik bagi peserta didik reguler maupun bagi PDBK. Disamping itu dengan adanya GPK yang memadai dan memiliki kualifikasi

139 serta kompetensi pendidikan khusus (PLB) tidak hanya dapat menentukan keberhasilan PDBK untuk mencapai indikator-indikator materi maupun kurikulum yang sesuai dengan hambatan atau ketunaan yang dialami PDBK. 3. Penyediaan sarana prasarana yang dapat menunjang proses KBM baik bagi peserta didik reguler maupun bagi PDBK, tersedianya ruang sumber khusus bagi PDBK yang memiliki kelengkapan fasilitas bahan dan alat ajar bagi masing-masing ketunaan yang dimiliki PDBK. 4. Sekolah perlu memberi perhatian lebih terhadap pemahaman keadaan sekolah inklusi kepada peserta didik reguler mengenai keberadaan PDBK di lingkungan sekolah agar dapat terjalin kerja sama yang baik pula bagi keberhasilan prestasi baik bagi peserta didik reguler maupun bagi PDBK di sekolah inklusi. 5. Dinas memberikan perhatian lebih dan melakukan peninjauan ulang mengenai keadaan sekolah setelah ditunjuk sebagai sekolah berbasis inklusi yang berada didaerah tersebut, dengan tidak sepenuhnya membebankan kepada pihak sekolah. Agar PDBK dan GPK juga turut merasakan keadilan dalam melakukan KBM yang layak efektif, efisien, aman, nyaman dan menyenangkan.