PENGARUH ANGIN PADA BANGUNAN. 1. Perbedaan suhu yang horisontal akan menimbulkan tekanan.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

Interpretasi dan penggunaan nilai/angka koefisien dan keterangan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin

BAB II LANDASAN TEORI

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON. Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak

1. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI ) 3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983)

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASPEK PERANCANGAN KENIKMATAN FISIK BANGUNAN TERHADAP PENGARUH IKLIM. Kemala Jeumpa* Bambang Hadibroto * Abstrak

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

PERENCANAAN PLAT LANTAI PADA KEGIATAN PEMBANGUNAN GEDUNG ISLAMIC CENTER KOTA METRO

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III KONSEP PEMBEBANAN

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

struktur. Pertimbangan utama adalah fungsi dari struktur itu nantinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Desain struktur merupakan salali satu bagian dari proses perencanan

Contoh Perhitungan Beban Gempa Statik Ekuivalen pada Bangunan Gedung

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua

KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR BAJA WEEK 2

Struktur dan Konstruksi II

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah pada kedalaman

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN VARIASI ORIENTASI SUMBU KOLOM

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

BAB III METODOLOGI 3.1. Pengumpulan Data Lapangan 3.2. Studi Pustaka 3.3. Metodologi Perencanaan Arsitektural dan Tata Ruang

PEMBOROSAN BIAYA PEMBANGUNAN AK1BAT PENULANGAN YANG TIDAK SESUAI ATURAN TEKNIK. Tri Hartanto. Abstrak

TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA

Rumah Tahan Gempa (Bagian 2) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

STUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Serbaguna 2 lantai Latar Belakang. 1.2.

T I N J A U A N P U S T A K A

ABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102

Antiremed Kelas 11 FISIKA

BAB MOMENTUM DAN IMPULS

PERHITUNGAN BEBAN GEMPA PADA BANGUNAN GEDUNG BERDASARKAN STANDAR GEMPA INDONESIA YANG BARU 1

PERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkantoran, sekolah, atau rumah sakit. Dalam hal ini saya akan mencoba. beberapa hal yang harus diperhatikan.

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

K13 Revisi Antiremed Kelas 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

gempa dari lapisan tanah di bawah bangunan akan menggetarkan bangunan di

P=Beban. Bila ujung-ujung balok tersebut tumpuan jepit maka lendutannya / 192 EI. P= Beban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M

USAHA, ENERGI & DAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sebuah benda tegar dikatakan dalam keseimbangan jika gaya gaya yang bereaksi pada benda tersebut membentuk gaya / sistem gaya ekvivalen dengan nol.

Antiremed Kelas 11 FISIKA

1- PENDAHULUAN. Baja Sebagai Bahan Bangunan

BAB III METODOLOGI. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Pustaka. Observasi Lapangan. Pengumpulan Data. Pengembangan Alternatif Lokasi

TUGAS BESAR STRUKTUR BAJA (S-1)

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA

Materi dan Soal : USAHA DAN ENERGI

TINJAUAN BALOK DAN KOLOM TERHADAP TEKANAN STRUKTUR ASRAMA DUA LANTAI HAISAL¹, SYAHRONI. ST², ARIE SYAHRUDDIN S, ST³ ABSTRAK

BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

1. Kebakaran. 2. Kekeringan

Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB I PENDAHULUAN Maulana BAB I PENDAHULUAN

POKOK BAHASAN : ANGIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Struktur dan Konstruksi II

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

Usaha Energi Gerak Kinetik Potensial Mekanik

DATA METEOROLOGI. 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

3. Bagian-Bagian Atap Bagian-bagian atap terdiri atas; kuda-kuda, ikatan angin, jurai, gording, sagrod, bubungan, usuk, reng, penutup atap, dan

Transkripsi:

PENGARUH ANGIN PADA BANGUNAN DEFINISI Angin adalah udara yang bergerak karena bagian-bagian udara didorong dari daerah bertekanan tinggi (suhu dingin) ke daerah yang bertekanan rendah (suhu panas). Perbedaan tekanan dapat dicapai oleh : 1. Perbedaan suhu yang horisontal akan menimbulkan tekanan. 2. Perbedaan suhu yang vertikal akan menimbulkan perbedaan berat jenis. PRINSIP VENTILASI HORISONTAL Disebabkan oleh arus angin yang datang horisontal dari sumber angin. Perbedaan tekanan yang timbul dalam menyusun letak gedung bisa dimanfaatkan, yaitu : 1. Menciptakan perbedaan suhu udara pada sisi gedung. Satu sisi di buat sejuk, sisi lain dibuat panas sehingga terjadi aliran udara. Misal: - Dibuat kolam yang dapat membantu udara tetap lembab - Penanaman pohon rindang

Gambar 1. Pohon-pohon cemara yang tinggi dan yang ditanam rapat sungguh baik dijadikan dinding penanggulangan angin. Akar-akarnya kuat bertahan dan hampir tidak bisa tumbang. Juga praktis dapat berfungsi sebagai penyalur/penahan bahaya petir. 2. Membuat lubang-lubang ventilasi dalam ruangan pada dinding-dinding yang saling berhadapan (ventilasi silang). 3. Atap dibuat sedemikian rupa, sehingga udara panas yang terkumpul dapat digantikan dengan udara segar. Misal: - Atap dari genteng memiliki banyak rongga, dapat membantu mengalirkan udara yang terkumpul pada atap. - Atap diberi lapisan aluminium foil dibawah genteng untuk merefleksikan panas. - Permainan tinggi rendah plafond dapat membantu terjadinya proses ventilasi silang.

PRINSIP VENTILASI VERTIKAL Aliran udara terjadi karena perbedaan berat jenis udara luar dan dalam bangunan. Berat jenis kecil udara mengalir ke atas, berat jenis besar udara mengalir ke bawah (efek cerobong). GERAKAN ANGIN Gerakan angin dibedakan menjadi: 1. Kawasan mikro : angin setempat (cepat berubah, waktu singkat). 2. Kawasan makro : angin antar benua dan samudra (penyebab adanya siklus musim kemarau dan hujan). SKALA BEAUFORT UNTUK KECEPATAN ANGIN Alat untuk mengukur kecepatan angin : anemometer (km/jam, mil/jam, m/s). Sir Francis Beaufort (1808), ahli ilmu bumi Inggris, melakukan pengamatan gerak asap yang mengepul ke atas sehingga membagi angin menjadi 12 bagian, yaitu: Nomor Kecepatan Gejala Beaufort (mph) kmph 0 Asap mengepul vertikal < 1 4,6 1 Arah angin tampak dari serabut-serabut lepas dari asap. 1 3 1,6 4,8 2 Angin terasa di wajah. Daun berisik. Kepulan asap condong menunjukkan arah 4 7 6,4 11,2 angin 3 Daun dan ranting kecil bergerak terus dan dapat mengibarkan bendera ringan. 8 12 12,8 19,2 4 Menghambur debu dan menerbangkan kertas. 13 18 20,8 29,6

5 Pohon-pohon kecil bergoyang 19 24 31,2 39,2 6 Cabang-cabang besar pohon bergerak. Payung sulit dikuasai 25 31 40,8 50,4 7 Pohon-pohon bergoyang. Berjalan melawan angin harus cukup bertenaga. 32 38 52 61,6 8 Dahan-dahan kecil putus. Berjalan melawan angin sulit. 39 46 63,2 74,4 9 Timbul kerusakan-kerusakan kecil pada bangunan. Genting-genting mulai berterbangan. 47 54 76 87,2 10 Pohon-pohon ambruk. Kerusakan 88,8 55 63 bangunan lebih parah. 103,6 11 Malapetaka kerusakan meluas 64 75 105,2 120 12 Angin taufan (hurricane) > 75 120 Gambar 2. Kompleks Bakti Praja Pangkalan Kerinci patah diterpa angin kencang. (Metro Riau, Senin, 27 April 2009)

BEBAN ANGIN Besarnya beban angin yang bekerja pada struktur bangunan tergantung dari kecepatan angin, rapat massa udara, letak geografis, bentuk dan ketinggian bangunan, serta kekakuan struktur. Bangunan yang berada pada lintasan angin, akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi kinetik dari angin akan berubah menjadi energi potensial, yang berupa tekanan atau hisapan pada bangunan. Gambar 3. Pengaruh angin pada bangunan Salah satu faktor penting yang mempengaruhi besarnya tekanan dan hisapan pada bangunan pada saat angin bergerak adalah kecepatan angin. Besarnya kecepatan angin berbeda-beda untuk setiap lokasi geografi. Kecepatan angin rencana biasanya didasarkan untuk periode ulang 50 tahun. Karena kecepatan angin akan semakin tinggi dengan ketinggian di atas tanah, maka tinggi kecepatan rencana juga demikian. Selain itu perlu juga diperhatikan apakah bangunan itu terle tak di perkotaan atau di pedesaan. Seandainya kecepatan angin telah diketahui, tekanan angin yang bekerja pada bagunan dapat ditentukan dan dinyatakan dalam gaya statis ekuivalen.

Pola pergerakan angin yang sebenarnya di sekitar bangunan sangat rumit, tetapi konfigurasinya telah banyak dipelajari serta ditabelkan. Karena untuk suatu bangunan, angin menyebabkan tekanan maupun hisapan, maka ada koefisien khusus untuk tekanan dan hisapan angin yang ditabelkan untuk berbagai lokasi pada bangunan. Untuk memperhitungkan pengaruh dari angin pada struktur bangunan, pedoman yang berlaku di Indonesia mensyaratkan beberapa hal sebagai berikut: - Tekanan tiup angin harus diambil minimum 25 kg/m². - Tekanan tiup angin di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, harus diambil minimum 40 kg/m². Untuk tempat-tempat dimana terdapat kecepatan angin yang mungkin mengakibatkan tekanan tiup yang lebih besar. Tekanan tiup angin (p) dapat ditentukan berdasarkan rumus empris: p = V²/16 (kg/m²) dimana V adalah kecepatan angin dalam satuan m/detik. Berhubung beban angin akan menimbulkan tekanan dan hisapan, maka berdasarkan percobaan-percobaan, telah ditentukan koefisien-koefisien bentuk tekanan dan hisapan untuk berbagai tipe bangunan dan atap. Tujuan dari penggunaan koefisienkoefisien ini adalah untuk menyederhanakan analisis. Sebagai contoh, pada bangunan gedung tertutup, selain dinding bangunan, struktur atap bangunan juga akan mengalami tekanan dan hisapan angin, dimana besarnya tergantung dari bentuk dan

kemiringan atap (Gambar 4). Pada bangunan gedung yang tertutup dan rumah tinggal dengan tinggi tidak lebih dari 16 m, dengan lantai-lantai dan dinding-dinding yang memberikan kekakuan yang cukup, struktur utamanya (portal) tidak perlu diperhitungkan terhadap angin. Gambar 4. Koefisien angin untuk tekanan dan hisapan pada bangunan Pada pembahasan di atas, penga ruh angin pada bangunan dianggap sebagai bebanbeban statis. Namun perilaku dinamis sebenarnya dari angin, merupakan hal yang sangat penting. Efek dinamis dari angin dapat muncul dengan berbagai cara. Salah satunya adalah bahwa angin sangat jarang dijumpai dalam keadaan tetap (steadystate). Dengan demikian, bangunan gedung dapat mengalami beban yang berbalik arah. Hal ini khususnya terjadi jika gedung berada di daerah perkotaan. Seperti diperlihatkan pada Gambar 3, pola aliran udara di sekitar gedung tidak teratur. Jika gedung-gedung terletak pada lokasi yang berdekatan, pola angin menjadi semakin kompleks karena dapat terjadi suatu aliran yang turbulen di antara gedunggedung tersebut. Aksi angin tersebut dapat menyebabkan terjadinya goyangan pada gedung ke berbagai arah.

Angin dapat menyebabkan respons dinamis pada bangunan sekalipun angin dalam keadaan mempunyai kecepatan yang konstan. Hal ini dapat terjadi khususnya pada struktur-struktur yang 8actor8e fleksibel, seperti struktur atap yang menggunakan kabel. Angin dapat menyebabkan berbagai distribusi gaya pada permukaan atap, yang pada gulirannya dapat menyebabkan terjadinya perubahan bentuk, baik perubahan kecil maupun perubahan yang besar. Bentuk baru tersebut dapat menyebabkan distribusi tekanan maupun tarikan yang berbeda, yang juga dapat menyebabkan perubahan bentuk. Sebagai akibatnya, terjadi gerakan konstan atau flutter (getaran) pada atap. Masalah flutter pada atap merupakan hal penting dalam mendesain struktur fleksibel tersebut. Teknik mengontrol fenomena flutter pada atap mempunyai implikasi yang cukup besar dalam desain. Dengan Efek dinamis angin juga merupakan masalah pada struktur bangunan gedung bertingkat banyak, karena adanya fenomena resonansi yang dapat terjadi. KECEPATAN ANGIN Secara umum, kecepatan angin terus bertambah seiring dengan pertambahan ketinggiannya, seperti yang ditunjukkan pada gambar. Tingkat pertambahan kecepatan angin ini merupakan faktor dari kekasaran tanah, yang awalnya diperlambat dari tanah hingga makin cepat sesuai pertambahan ketinggian. Semakin banyak halangan pada keadaan sekeliling (pohon, gedung, rumah, dsb), ketinggian yang diperlukan angin untuk mencapai kecepatan maksimum (Vmax) juga semakin besar.

Gambar 5. Kecepatan maksimum angin PENYEBAB, AKIBAT DAN UPAYA PENCEGAHAN Penyebab yang sering mengakibatkan kerusakan bangunan akibat angin: 1. Dimensi kekecilan 2. Akibat Puntir 3. Mutu beton tidak memenuhi syarat 4. Pembesian tidak benar 5. Metode pelaksanaan tidak benar 6. Kesalahan pelaksanaan

Akibat yang timbul pada bangunan: 1. Bangunan terangkat 2. Bangunan bergeser dari pondasinya 3. Robohnya bangunan 4. Atap terangkat 5. Bangunan rusak Upaya preventif tekanan dan hisapan adalah dengan cara: 1. Penerapan prinsip tanggul atau perisai, misalnya dengan pohon tinggi berdaun rapat, atau dengan pagar tembok dengan memberi perkuatan berupa kolom praktis pada jarak 3 4 meter dan kolom perkuatan yang miring posisinya pada jarak 6 8 meter, serta menggunakan slop dan balok atas dinding. 2. Lokasi terlindungi. Bangunan berada pada permukaan tanah yang lebih rendah, sehingga angin yang bergerak tertahan oleh permukaan tanah yang tinggi. 3. Menanam pohon pada jarak yang cukup (minimal 6 meter) dari bangunan. 4. Ketinggian bangunan dan penggunaan atap yang tidak curam. 5. Membangun bangunan baru atau rumah atau lainnya, memerhatikan persyaratan penting, yaitu: - Lebar atau bentang bangunan idealnya - Bahan kerangka bangunan - Hubungan antar unsur (slop, kolom, balok ring, dll) - Hubungan kuda-kuda dengan ring balok - Bahan kuda-kuda dengan menggunakan baja atau kayu - Tidak terjadi momen pada hubungan kuda-kuda dan ring balok.

PENGARUH ANGIN PADA BANGUNAN Mata Kuliah: Fisika Bangunan FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK 2010