PENGARUH BINA KELUARGA MANDIRI (BKM) TERHADAP KEMANDIRIAN KELUARGA DALAM MENGENAL TANDA DAN BAHAYA KEHAMILAN PADA KELUARGA DENGAN IBU HAMIL Naskah Publikasi Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ASTI FEBRIANA 20100320115 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014 1
2
3
Pengaruh Bina Keluarga Mandiri (BKM) terhadap Kemandirian Keluarga dalam Mengenal Tanda dan Bahaya Kehamilan pada Keluarga dengan Ibu Hamil Asti Febriana 1, Sri Sumaryani, Ns.,M. Kep.,Sp.Mat 2, Warsiti, Ns.,M.Kep.,Sp.Mat 3 Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. INTISARI Tanda dan bahaya kehamilan dapat terjadi secara mendadak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya (unpredictable discruption), oleh sebab itu setiap ibu hamil, keluarga maupun masyarakat sangatlah penting untuk mengetahui, mengenali dan mendeteksi tanda dan bahaya kehamilan. Bina Keluarga Mandiri (BKM) merupakan sebuah metode baru yang bertujuan untuk membantu keluarga dalam mengenali tanda dan bahaya kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bina keluarga mandiri terhadap kemandirian keluarga dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan pada keluarga dengan ibu hamil. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan pre-eksperimen menggunakan pre-test dan post-test with control group design. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang yang terbagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Wilcoxon test untuk menilai perbedaan hasil uji pretest dan post test pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Uji Mann Whitney Test digunakan untuk menilai perbedaan hasil uji berdasarkan hasil pretest dan posttest pada kelompok intervensi dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan nilai pvalue sebesar 0,337 (p<0,05) sehingga hipotesis nol diterima yaitu tidak ada pengaruh bina keluarga mandiri (BKM) terhadap kemandirian keluarga dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan pada keluarga dengan ibu hamil. Program Bina Keluarga Mandiri tidak efektif dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan (p=0,543, p<0,05). Keywords: Tanda dan Bahaya Kehamilan, Bina Keluarga Mandiri, Ibu Hamil 1 Mahasiswa PSIK FKIK UMY 2 Dosen Pengajar PSIK FKIK UMY 3 Dosen Pengajar PSIK STIKES AISYIYAH 4
The Influence of Bina Keluarga Mandiri (BKM) on Family Independence in Recognize of Danger and Signs Pregnancy on Family with Pregnant Women. Student Research Project. School of Nursing, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Asti Febriana 1, Sri Sumaryani, Ns.,M. Kep.,Sp.Mat 2, Warsiti, Ns.,M.Kep.,Sp.Mat 3 Karya Tulis Ilmiah. School of Nursing, Medical and Health Sciences Faculty, University Muhammadiyah of Yogyakarta ABSTRACK Danger signs pregnancy can occur suddenly and cannot be predicted in advance, therefore many pregnant women, families and the community are very important to know and recognize the danger signs and pregnancy. Bina Keluarga Mandiri (BKM) is a new method that aims to assist families in recognizing danger signs and pregnancy. This study aims to determine the effect of BKM to the level of independence of the family in recognizing danger signs and pregnancy in families with pregnant women. This research is quantitative with a pre-experimental design using pre-test and posttest with control group design. The sampling technique of this study is purposive sampling with a sample size of 30 people were divided into a control group and an intervention group. The tool which is used in this study was a questionnaire. The analysis technique of this study is the Wilcoxon test to assess differences in test results of pretest and post-test in the control group and the intervention group. Mann Whitney Test was used to assess differences in test results based on the pretest and posttest in the intervention and control groups. The results show the value of pvalue of 0.337 (p <0.05) so that the null hypothesis is accepted that there is no effect of BKM of independence of the family in recognizing danger signs and pregnancy in families with pregnant women. Family Development Program is ineffective to recognize danger signs and pregnancy (p = 0.543, p <0.05). Keywords: Dangers Signs and Pregnancy, Bina Keluarga Mandiri, Pregnancy 1 Nursing Sudent, School of Nursing Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Yogyakarta 2 Lecturer at Nursing, School of Nursing Muhammadiyah University of Yogyakarta 3 Lecturer at Nursing, STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA 5
PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu mencapai kisaran 359 per 100.000 kelahiran hidup selama 2008-2012. Jumlah kematian ibu di D.I. Yogyakarta sebanyak 40 kasus pada tahun 2012, dengan Angka Kematian tertinggi terdapat di Kabupaten Gunung sebanyak 107 kasus per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), salah satunya melalui Antenatal Care (ANC). Kunjungan ANC yang tidak teratur dapat mengakibatkan tidak terdeteksinya tanda dan bahaya selama kehamilan yang berdampak pada resiko kesakitan dan kematian ibu. Tanda dan bahaya kehamilan dapat terjadi secara mendadak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya (unpredictable discruption), oleh sebab itu setiap ibu hamil, keluarga maupun masyarakat sangatlah penting untuk mengetahui, mengenali dan mendeteksi tanda dan bahaya kehamilan. Bina Keluarga Mandiri (BKM) merupakan pembinaan kepada keluarga yang akan mempengaruhi keluarga dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan. BKM ini akan mempengaruhi keluarga dalam tingkat kemandirianya mengenal tanda dan bahaya kehamilan. Family Care Maternity Center dan nursing theory merupakan teori yang mendasari mengenai keluarga. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidak diketahuinya tanda dan bahaya kehamilan akan berpengaruh terhadap kemandirian keluarga dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan. Kemandirian keluarga dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan dinilai melalui macam-macam tanda dan bahaya. Macam-macam tanda dan bahaya kehamilan akan mempengaruhi kemandirian keluarga. Kemandirian keluarga terbagi menjadi tiga, yaitu kemandirian keluarga baik, kemandirian keluarga cukup dan kemandirian keluarga kurang. Berdasarkan fenomena yang ditemui dukungan keluarga pada ibu hamil sangat beragam, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: apakah terdapat pengaruh bina keluarga mandiri terhadap kemandirian keluarga dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan pada keluarga dengan ibu hamil?. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh bina keluarga mandiri terhadap kemandirian keluarga dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan pada keluarga dengan ibu hamil. Hasil dari penelitian ini jika berhasil diharapkan dapat menjadi masukan dalam proses keperawatan agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik sehingga dapat mencegah angka mortalitas Angka Kematian Ibu. 6
METODOLOGI Desain penelitian dalam penelitian ini yaitu Quasy-Eksperiment (penelitian eksperimen semu) yang menggunakan pre-test dan post-test with control group dengan teknik Purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini yaitu keluarga dengan ibu hamil trimester kesatu dan kedua, yang beralamat di wilayah kerja Puskesmas Wonosari I. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden yang terbagi menjadi 15 responden dalam kelompok intervensi dan 15 responden lainnya dalam kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengunjungi rumah responden satu persatu, setelah responden bersedia dan menandatangi lembar kesediaan menjadi responden, peneliti melakukan penilaian awal (pretest) pada kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok intervensi setelah dilakukan penilaian awal lalu diberikan pembinaan keluarga melalui pemberiaan edukasi dengan booklet mengenai tanda dan bahaya kehamilan selama 45 menit. Seminggu kemudian, peneliti kembali untuk melakukan penilaian akhir (postest). Kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan seperti kelompok intervensi, hanya diberikan booklet tanpa diberikan penjelasan tentang tanda dan bahaya kehamilan. Seperti kelompok intervensi, seminggu setelah pretest peneliti kembali ke kelompok kontrol untuk melakukan postest. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji Wilcoxon untuk melihat perbedaan hasil pretest dan postest tentang kemandirian keluarga dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Uji Mann-Whitney digunakan untuk melihat perbedaan tingkat kemandirian keluarga saat pretest dan postest antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Peneliti mengalami kesulitan dalam mengingat alamat responden dan jarak yang lumayan jauh antar rumah responden. HASIL DAN PEMBAHASAN Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia terbanyak adalah 26 sampai 35 tahun sebanyak 12 responden (80%). Pendidikan responden sebagian besar adalah SMP dan SMA masing-masing sebanyak 5 responden (33,3%). Wiraswasta dan buruh merupakan mata pencaharian sebagian besar responden dengan masing-masing mata pencaharian sebanyak 6 responden (40%). Pendapatan perbulan responden terbanyak adalah antara Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000 sebanyak 11 responden (73,3%). Responden kebanyakan sedang gravida kedua yaitu sebanyak 6 responden (60%). 7
Tabel 1. Gambaran karakteristik responden Karakteristik Responden Intervensi Kontrol N % n % Usia (tahun) < 25 0 0,00 3 20,0 26-35 12 80,0 5 33,3 36-45 2 13,3 4 26,7 > 46 1 6,7 3 20,0 Pendidikan Tidak Sekolah 0 0,0 1 6,7 SD 4 26,7 4 26,7 SMP 5 33,3 5 33,3 SMA 5 33,3 3 20,0 Perguruan Tinggi 1 6,7 2 6,7 Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 1 6,7 2 13,3 Buruh 6 40,0 3 20,0 Pedagang 1 6,7 0 0,0 Penjahit 1 6,7 0 0,0 Petani 0 0,0 3 20,0 Supir 0 0,0 1 6,7 Bengkel Las 0 0,0 1 6,7 Wiraswasta 6 40,0 5 33,3 Pendapatan < Rp 500.000 7 46,7 3 20,0 Rp 500.000 Rp 5 33,3 11 73,3 1.000.000 >Rp 1.000.000 3 20,0 1 6,7 Gravida 1 6 40,0 4 26,7 2 9 60,0 5 33,3 3 0 0,0 3 20,0 4 0 0,0 3 20,0 Total 15 100 15 100 Sumber: Data Primer, 2014 Tabel 1 menunjukkan bahwa usia terbanyak responden adalah 26 sampai 35 tahun sebanyak 12 responden (80%). Pendidikan responden sebagian besar adalah SMP dan SMA masing-masing sebanyak 5 responden (33,3%). Wiraswasta dan buruh merupakan mata pencaharian sebagian besar responden dengan masing-masing mata pencaharian sebanyak 6 responden (40%). Pendapatan perbulan responden terbanyak adalah antara Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000 sebanyak 11 responden 8
(73,3%). Responden kebanyakan sedang gravida kedua yaitu sebanyak 6 responden (60%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Keluarga dan Hasil Pengujian Hipotesis Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol pada Awal (pretest) dan Akhir (postest) (n=15) Tingkat Kemandirian Keluarga Kontrol Intervensi Pretest Postest Pretest Postest n % N % n % n % Kurang 0 0 2 13,3 1 6,7 1 6,7 Cukup 13 86,7 11 73,3 11 73,3 14 93,3 Baik 2 13,3 2 13,3 3 20,0 0 0 Jumlah 15 100 15 100 15 100 15 100 Sumber: Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 2, tingkat kemandirian keluarga pada kelompok intervensi awal (pretest) diperoleh tingkat kemandirian keluarga paling tinggi adalah cukup berjumlah 11 responden (73,3%). Setelah diberi intervensi pembinaan tentang tanda dan bahaya kehamilan (postest) kelompok intervensi diperoleh tingkat kemandirian keluarga paling tinggi adalah cukup berjumlah 14 orang (93,3%). Hasil pengujian hipotesis menggunakan Wilcoxon test untuk menguji pretest dan postest tingkat kemandirian keluarga pada kelompok intervensi diperoleh nilai signifikasi sebesar 0.337. Nilai signifikansi tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kemandirian keluarga antara pretest dan postest pada kelompok intervensi. Tingkat kemandirian keluarga kelompok kontrol awal (pretest) paling tinggi adalah cukup berjumlah 13 responden (86,7 %). Setelah responden membaca booklet tentang tanda dan bahaya kehamilan (postest) kelompok kontrol diperoleh tingkat kemandirian keluarga paling tinggi yaitu cukup berjumlah 11 responden (73,3 %). Hasil pengujian hipotesis menggunakan Wilcoxon test untuk menguji pretest dan postest tingkat kemandirian keluarga pada kelompok kontrol diperoleh nilai signifikasi sebesar 0.781. Nilai tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kemandirian keluarga antara pretest dan postest pada kelompok kontrol. Hasil uji hipotesis menggunakan Wilcoxon test tentang perbedaan hasil uji pretest dan post test pada kelompok intervensi didapatkan data pvalue sebesar 0,337 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara tingkat kemandirian keluarga dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan pada ibu hamil di kelompok intervensi, namun hasil ini lebih 9
baik dibandingkan dengan kelompok kontrol karena kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Peneliti berasumsi tidak terdapatnya perbedaan tingkat kemandirian keluarga dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan dapat disebabkan oleh faktor usia, pendidikan. Usia responden pada kelompok intervensi berkisar 26-35 tahun, asumsi peneliti pada usia tersebut merupakan bukan usia muda sehingga daya tarik terhadap sesuatu hal yang baru berkurang dan daya ingat yang semakin menurun. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) 1 bahwa usia yang lebih muda memiliki kemampuan lebih cepat dalam memahami dan menerima informasi yang disampaikan serta lebih tertarik untuk mengetahui suatu hal, sedangkan semakin tua umur seseorang maka akan semakin berkurang ingatannya sehingga sulit untuk memahami informasi yang disampaikan. Asumsi peneliti, tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden berada pada tingkat rendah dan menengah sehingga membuat responden kurang sadar akan pentingnya mengenal tanda dan bahaya kehamilan. hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dunn, A., Haque., dan Innes, M 2 pada tahun 2011 menunjukkan bahwa suami dengan tingkat pendidikan yang tinggi mempunyai tingkat kesadaran terhadap tanda dan bahaya yang lebih dibandingkan dengan suami yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Analisa faktor lain yang mungkin berpengaruh dalam tidak adanya perbedaan tingkat kemandirian keluarga menurut peneliti adalah ketersediaan informasi yang kurang mengenai tanda dan bahaya kehamilan. Hampir seluruh responden mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah diadakan penyuluhan mengenai tanda dan bahaya kehamilan, mereka hanya mendapatkan informasi ketika mereka melakukan kunjungan Antenatal Care (ANC), sehingga informasi yang dimiliki oleh responden sangat terbatas. Asumsi peneliti tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Duysburgh et al., (2013) 3 yang menyebutkan bahwa praktik konseling mengenai tanda dan bahaya kehamilan yang dilakukan sangat rendah dan tidak efisien, sehingga diperlukannya tenaga kesehatan yang mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang tinggi agar informasi yang disampaikan lebih dapat dipahami, dimengerti dan tidak terbatas. Tabel 3. Perbedaan Tingkat kemandirian Pre Test dan Post Test pada Kelompok Intervensi Kelompok Intervensi Mean Delta mean( ) Std. Deviation P value Pretest 21,67 1,839 0,6 0,337 Postest 22,27 1,870 10
Tabel 4. Perbedaan Tingkat kemandirian Pre Test dan Post Test pada Kelompok Kontrol Kelompok Kontrol Mean Delta mean( ) Std. Deviation P value Pretest 21,27 1,387 0,8 0,781 Postest 22,07 1,870 Berdasarkan tabel 3, hasil uji hipotesis menggunakan Wilcoxon test tentang perbedaan hasil uji pretest dan post test pada kelompok intervensi didapatkan data pvalue sebesar 0,337 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara tingkat kemandirian keluarga dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan pada ibu hamil di kelompok intervensi, namun hasil ini lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol karena kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Berdasarkan tabel 4, hasil uji hipotesis menggunakan Wilcoxon test tentang perbedaan hasil uji pretest dan post test pada kelompok kontrol didapatkan data pvalue sebesar 0,781 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Nilai tersebut memiliki arti bahwa tidak ada perbedaan kemandirian keluarga dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan pada keluarga ibu hamil. Hal tersebut disebabkan karena kelompok kontrol hanya diberikan booklet tanpa diberikan perlakuan. Peneliti berasumsi tidak terdapatnya perbedaan tingkat kemandirian keluarga dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan dapat disebabkan oleh faktor usia, pekerjaan dan pendidikan. Usia responden pada kelompok intervensi berkisar 26-35 tahun, asumsi peneliti pada usia tersebut merupakan usia peralihan dari dewasa muda ke dewasa tua, sehingga daya tarik terhadap sesuatu hal yang baru berkurang dan daya ingat yang semakin menurun. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa usia yang lebih muda memiliki kemampuan lebih cepat dalam memahami dan menerima informasi yang disampaikan serta lebih tertarik untuk mengetahui suatu hal, sedangkan semakin tua umur seseorang maka akan semakin berkurang ingatannya sehingga sulit untuk memahami informasi yang disampaikan. Pekerjaan terbanyak responden terbanyak adalah wiraswasta dan buruh, pekerjaan tersebut menurut peneliti cukup menyita waktu sehingga dapat mempengaruhi sesorang dalam memperhatikan hal-hal mengenai tanda dan bahaya kehamilan. Haryanti (2008) dalam penelitiannya mengatakan bahwa responden yang keseharianya tidak disibukkan oleh pekerjaan mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk memperhatikan ibu hamil mengenai tanda dan bahaya kehamilan seperti mendapatkan informasi tambahan mengenai tanda dan bahaya kehamilan melalui mengikuti penyuluhan, mencari informasi tersebut di internet, koran, majalah, dll. Asumsi peneliti, tingkat pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mubarak, et 11
al. (2007) yang menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan lebih mudah dalam menerima informasi, sehingga banyak informasi yang dapat diterimanya, tetapi sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap informasi dan hal-hal baru. Bedasarkan tabel 6, tingkat pendidikan responden terbanyak pada tingkat menengah, sehingga peneliti berasumsi bahwa responden yang tingkat pendidikanya menengah kurang sadar akan pentingnya mengenal tanda dan bahaya kehamilan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dunn, A., Haque., dan Innes, M pada tahun 2011 menunjukkan bahwa suami dengan tingkat pendidikan yang tinggi mempunyai tingkat kesadaran terhadap tanda dan bahaya yang lebih dibandingkan dengan suami yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah atau menengah. Analisa faktor lain yang mungkin berpengaruh dalam tidak adanya perbedaan tingkat kemandirian keluarga menurut peneliti adalah ketersediaan informasi dari petugas kesehatan yang kurang mengenai tanda dan bahaya kehamilan. Asumsi peneliti tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Duysburgh et al., (2013) yang menyebutkan bahwa praktik konseling mengenai tanda dan bahaya kehamilan yang dilakukan sangat rendah dan tidak efisien, sehingga diperlukannya tenaga kesehatan yang mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang tinggi agar informasi yang disampaikan lebih dapat dipahami, dimengerti dan tidak terbatas. Tabel 5. Hasil Analisis Mann-Whitney Test Perbedaan Tingkat Kemandirian Keluarga pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Mean Delta mean ( ) Std.Deviation P Value Intervensi 0,60 0,40 2,324 Kontrol 0,20 2,14476 0.543 Berdasarkan tabel 5, hasil uji Mann Whitney test untuk membandingkan kelompok intervensi yang diberikan perlakuan dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan diperoleh hasil nilai pvalue sebesar 0,543, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kemandirian keluarga pada kelompok intervensi yang diberikan perlakuan pemberian edukasi mengenai tanda dan bahaya kehamilan dengan kelompok kontrol yang hanya membaca booklet tentang tanda dan bahaya kehamilan. Peneliti menganalisis bahwa pemberian edukasi pada kelompok intervensi mengenai tanda dan bahaya kehamilan mempunyai pengaruh dalam meningkatkan kemandiran keluarga dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan, meskipun pengaruh tersebut tidak secara signifikan. Pengaruh tersebut disebabkan karena responden mendapatkan penjelasan mengenai tanda dan bahaya kehamilan, 12
sedangkan pada kelompok kontrol tidak mendapatkan penjelasan materi dan hanya diberikan booklet saja. Penelitian dengan hasil yang berbeda yang dilakukan oleh Ina (2008) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan ibu primigravida tentang tanda dan bahaya kehamilan. Penelitian lainnya yang tidak mendukung dengan hasil penelitian ini yaitu pengaruh pemberian edukasi tentang tanda dan bahaya kehamilan melalui radio menunjukkan bahwa metode pemberian edukasi melalui radio tersebut efektif dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang tanda dan bahaya kehamilan dan menurunkan keterlambatan dalam perawatan sehingga menurunkan angka mordibitas dan mortalitas (Radoff, K.A., Levi, A.J., dan Thompson, M., 2013). Edukasi yang diberikan jika tanpa disertai dengan dukungan oleh keluarga dapat menyebabkan tidak meningkatnya tingkat kemandirian keluarga dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan. Analisis peneliti didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kristanti pada tahun 2008 menunjukkan bahwa dukungan sosial keluarga berpengaruh terhadap perilaku antisipasi (pengetahuan, sikap dan perilaku) tanda dan bahaya kehamilan pada ibu primigravida. Peneliti menganalisis bahwa dukungan dalam keluarga responden tersebut kurang yang dapat disebabkan karena kurangnya kesadaran anggota keluarga dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hailu, M., Gebremariam, A., dan Alemseged, F (2010) dengan jumlah responden sebanyak 812 ibu hamil mendukung analisis peneliti, yaitu kebanyakan ibu hamil tidak sadar akan tanda dan bahaya kehamilan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Okoun, A., Alkhateeb, M., dan Amarin, Z (2011) juga menyebutkan bahwa 84,4% wanita yang diinterview tidak sadar akan tanda dan bahaya kehamilan yang dipengaruhi oleh karakteristik sosiodemografik seperti pendidikan dan pekerjaan, pendidikan suami dan penerimaan informasi mengenai tanda dan bahaya kehamilan. KESIMPULAN Tidak terdapat pengaruh bina keluarga mandiri (BKM) terhadap kemandirian keluarga dalam mengenal tanda dan bahaya kehamilan pada keluarga dengan ibu hamil. SARAN Penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan hasil penelitian yang didapatkan dibutuhkan untuk lebih memperjelas hasil penelitian yang didapat. 13
DAFTAR PUSTAKA 1. Notoatmodjo, S, 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2. Dunn, A., Haque., dan Innes, M. 2011. Rural Kenyan Men s Awarness of Danger Signs of Obstetric Complications. Pan African Medical Journal. Diakses pada tanggal 17 MeI 2014 dari http://www.panafrican-medjournal.com/content/article/downloadpdf.php?vol=10&issue=39 3. Duysburgh, E., Ye, M., Williams, A., Massawe, S., Sie, A., Williams, J.,et al. 2013. Counselling On And Women s Awareness Of Pregnancy Danger Signs In Selected Rural Health Facilities In Burkina Faso, Ghana And Tanzania. Tropical Medicine and International Health. Diakses pada 17 Mei 2014 dari http:// http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/tmi.12214/pdf 4. Ina, Agustina. 2008. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Tanda-Tanda Bahaya Selama Kehamilan terhadap Pengetahuan Ibu Primigravida. Diakses pada 12 November 2013 dari http://eprints.undip.ac.idd/8721/1/abstrak.pdf 5. Kristanti, Yunita Ike. 2008. Manfaat Dukungan Sosial Keluarga Pada Perilaku Antisipasi Tanda dan Bahaya Kehamilan Pada Ibu Primigravida. Diakses 12 November, 2013 dari http://journal.unair.ac.id/filerpdf/abstrak_373737_tpjua.pdf 6. Okoun, A., Alkhateeb, M., dan Amarin, Z. 2011. Awarness of Danger Signs and Symptoms of Pregnancy Complication Among Women in Jordania. International Journal of Gynecology and Obstetric. Diakses pada 26 Januari 2014 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22503521 7. Radoff, K.A., Levi, A.J., dan Thompson, M.,. 2013. A Radio-Education Intervention To Improve Maternal Knowledge Of Obstetric Danger Signs. Rev Panam Salud Publica 34 (4). Diakses pada dari 26 Januari 2014 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24301731 14