BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan dan kebutuhan zaman yang bergerak relatif cepat. sumber daya manusia dengan perkembangan zaman.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di zaman era

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan guru mencakup tiga kategori yang dikenal dengan Tiga. Kompetensi yaitu kemampuan profesional, personal, sosial (Arikunto,

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) paripurna, manusia yang cerdas, sehat, jujur, berakhlak mulia,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, bahkan pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi jembatan untuk mengarungi abad millenium ini.

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan menuju era industrialisasi haruslah didukung dengan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilham Fahmi, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Adam Iqbal Makasuci, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. pembentukan sumber daya manusia, yang ditekankan pada aspek jasmani dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

I. PENDAHULUAN. baik, menghadapi segala tantangan dan tuntutan perubahan lokal, nasional, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Japar Umar, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas ilmu

BAB I PENDAHULUAN. melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No.

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah mempercepat pencanangan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang tercantum pada UU RI No.14 tahun 2005 pasal 1,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan adalah dengan mengikuti pendidikan formal. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan di Indonesia. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

Pengembangan Model Praktikum Pemesinan untuk Meningkatkan Relevansi Hasil Pembelajaran di Program Diploma Teknik Mesin

BAB I PROSES MANUFAKTUR

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. pesat telah membawa perubahan besar terhadap pendidikan. Dewasa ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. 3 Selesai tidak tepat waktu dengan hasil baik dan benar. 2 Selesai tidak tepat waktu dengan kurang baik dan 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan baik oleh individu

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

menyumbang calon tenaga kerja terdidik. Fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang banyak pengangguran yang berasal dari orang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang

Gambar I. 1 Mesin Bubut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional tujuan pendidikan adalah agar siswa secara aktif. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang

2014 PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN KEADAAN EKONOMI KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh peserta didik (in put), pendidik, sarana dan prasarana,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menghasilkan individu-individu yang mampu menumbuhkembangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menjamin. pelaksanaan pembangunan serta dalam menghadapi era globalisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam serangkaian proses pembelajaran di sekolah, kegiatan belajar

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015 HUBUNGAN WAKTU KERJA TERHADAP HASIL KERJA PADA PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN BIDANG PEMESINAN BUBUT DI SMK TARUNA MANDIRI CIMAHI

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. negeri ini menghadapi persaingan global, khususnya dalam bidang. pendidikan nonformal. Pendidikan formal diperoleh melalui lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia yang. bermartabat dan mencapai kemajuan. Hal tersebut dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berperan dalam menghasilkan warga Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang berkembang Indonesia sangat membutuhkan

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LU LUSAN...6 RUANG LINGKUP PEKERJAAN...

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. mendidik siswanya dengan keahlian dan keterampilan, juga mendidik siswa agar

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu Bangsa dan Negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

STRATEGI PENGELOLAAN KKG DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI GUGUS AHMAD YANI KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam meningkatkan kemajuan bangsa. Suatu bangsa hanya dapat dimungkinkan maju apabila sumber daya manusia yang terkandung didalamnya secara kontinyu meningkat sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman yang bergerak relatif cepat di masyarakat. Hal ini memberikan indikator perlunya untuk menyeimbangkan sumber daya manusia dengan perkembangan zaman. Pendidikan merupakan integral dari kehidupan masyarakat, oleh karena itu pendidikan harus dirancang dan dilaksanakan dalam kaitan yang harmonis dan selaras dengan kebutuhan yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Buchori dalam Kadir (2001) menjelaskan bahwa pendidikan dipandang sebagai faktor pembangunan manusia. Dengan upaya memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah berupaya meingkatkan suber daya manusia melalui peningkatan mutu pendidikan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan perguruan tinggi. Mutu pendidikan dari suatu lembaga pendidikan tercermin pada sejauh mana para lulusan mencapai tujuan lembaga pendidikan tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Suryadi (2001). Mutu pendidikan dapat terwujud jika proses pendidikan benar benar menjadikan peserta didik mampu belajar dan benar benar belajar sebanyak mungkin dengan demikian diharapkan para lulusan di 1

2 lembaga tersebut kelak memenuhi tuntunan masyarakat atau lembaga pendidikan yang lebih tinggi, seperti lazimnya tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya Armadi (2000) mengatakan beberapa faktor utama kurangnya mutu pendidikan antara lain: 1. Faktor dana pendidikan yang relative masih kecil, 2. Faktor sarana dan prasarana pendidikan yang belum memadai, 3. Faktor kesemrautan sistem adminsitrasi dan manajemen pendidikan kita, dan faktor rendahnya mutu itu sendiri. Lebih lanjut Slameto (2003) mengatakan bahwa ketidakmampuan para lulusan lembaga pendidikan di lapangan pekerjaan, rendahnya mutu pendidikan ditanah air ini menyebabkan lulusan lembaga pendidikan tidak mampu mandiri, kurang rasa tanggung jawab dan kurang kedewasaan. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui pengelolaan lembaga lembaga pendidikan. Hal ini sesuai denga tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Misi pendidikan kejuruan telah digariskan dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Misi Pendidikan Nasional yang berbunyi: 1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia 2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar. 3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral

3 4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global. 5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI Dalam Undang Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 ayat 3, yakni Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat siap bekerja dalam bidang tertentu. Secara konstitusi, menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan kejuruan mempunyai peranan yang cukup penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini, sejalan dengan kebutuhan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang keahlian yang sedang berkembang di masyarakat, sehingga hal tersebut menjadi alasan serta ketegasan pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan kejuruan. Titik berat pendidikan kejuruan adalah memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan guna mempersiapkan lulusannya memasuki lapangan pekerjaan. Berbagai upaya secara khusus telah dilaksanakan seperti perbaikan kurikulum yang terus menerus berkembang, penerapan Pada hakekatnya pendidikan kejuruan berorientasi pada dunia kerja, meliputi kemampuan pengetahuan akan teori dan keterampilan praktek serta pemahaman tentang bagaimana tindakan kesehatan dan keselamatan kerja itu sendiri, maka kualitas lulusannya adalah tolak ukur untuk memenuhi tuntutan lapangan pekerjaan. Penyediaan balai latihan juga merupakan tindakan nyata untuk meningkatkan kemampuan dengan memberi upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam meningkatkan lulusan.

4 Banyak para lulusan pendidikan kejuruan yang kurang siap mengisi lowongan pekerjaan yang disebabkan oleh rendahnya hasil belajar peserta didik. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar yang diperoleh peserta didik dalam pembelajaran, antara lain sebagaimana yang diungkapkan oleh Slameto (2003:54) antara lain: 1. Faktor ekstern (faktor yang ada diluar peserta didik), antara lain: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. 2. Faktor intern (faktor yang di dalam peserta didik), antara lain: faktor jasmaniah dan faktor psikologis, yaitu motivasi kerja praktek, persepsi tentang keselamatan kesehatan kerja, dan kelelahan berpikir. Rendahnya pemahaman tentang keselamatan kesehatan kerja tersebut dipertegas oleh data hasil penelitian Kadir (2006) mengenai penelitian pengetahuan keselamatan kesehatan kerja bahwa banyak peserta didik pendidikan kejuruan di 6 Propinsi secara umum masih kurang, yaitu sebanyak 46,10% (2219 peserta didik) dan jumlah responden sebanyak 4815 peserta didik. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa lulusan masih memiliki keterampilan kerja yang rendah dan mereka belum memiliki kemampuan beradaptasi dengan sarana dan fasilitas dunia kerja hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan teori, rendahnya pemahaman tentang keselamatan kesehatan kerja dan rendahnya prestasi praktek. Mengantisipasi hal ini, pendidikan kejuruan terus berbenah diri dalam peningkatan pemahaman teori pemesinan sehingga akan lebih mudah dalam melakukan praktek pemesinan sehingga dapat menghasilkan prestasi praktek yang baik. Salah satu upaya pemenuhan hal tersebut adalah dengan adanya Mata Kuliah Teknologi Pemesinan I.

5 Teknologi Pemesinan merupakan proses pemesinan dengan menggunakan prinsip pemotongan logam, yaitu: proses pemotongan konvensional dengan mesin perkakas, dan proses pemotongan non konvensional. Proses pemotongan konvensional dengan mesin perkakas meliputi proses bubut (turning), proses frais (milling), dan sekrap (shaping). Proses pemotongan non konvensional contohnya dengan mesin EDM (Electrical Discharge Machining) dan wire cutting. Proses pemotongan logam ini biasanya disebut proses Pemesinan, yang dilakukan dengan cara membuang bagian benda kerja yang tidak digunakan menjadi beram, sehingga terbentuk benda kerja. Adapun tujuan dari Mata Kuliah Teknologi Pemesinan adalah agar peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam pengoperasian, penggunaan alat alat pemesinan dan perawatan mesin mesin sebagai dasar untuk mengembangkan diri dalam pekerjaan. Bagi peserta didik, pelaksanaan Mata Kuliah ini disamping mensyaratkan memiliki pengetahuan teori dan praktek, juga mensyaratkan memiliki pemahaman tentang keselamatan kesehatan kerja. Seperti diketahui bahwa kecelakaan kerja dapat merugikan banyak pihak, disamping yang bersangkutan, orang tua, perusahaan dan juga pihak sekolah atau lembaga pendidikan. Persepsi tentang keselamatan kesehatan kerja adalah salah satu pendekatan atau cara yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik supaya lebih mengutamakan pentingnya keselamatan kesehatan kerja. Hasil observasi penulis dengan metode wawancara yang dilakukan dengan Mahasiswa yang telah selesai mengambil Mata Kuliah Teknologi Pemesinan I (wawancara dilakukan kepada Mahasiswa stambuk 2009 jalur ekstensi pada tanggal 29 Oktober 2013), sekitar 68% atau sebanyak 11 dari 16 Mahasiswa

6 mengalami kesulitan dalam menggunakan peralatan kerja sehingga waktu yang diperlukan untuk mengerjakan satu benda kerja (Job Sheet) terasa kurang dari waktu yang direncanakan dan sering kali mengabaikan unsur unsur keselamatan dan kesehatan kerja. Sedangkan 32% atau sebanyak 5 dari 16 Mahasiswa tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan peralatan kerja sehingga tidak diperlukan waktu yang relatif lama untuk mengerjakan satu benda kerja (Job Sheet. Lebih lanjut dari hasil wawancara di dapat termuan bahwa Mahasiswa yang mengalami kesulitan dikarenakan berasal dari SMA/MA sederajat, sehingga Mahasiswa merasa salah dalam menentukan Jurusan di Universitas dan mengakibatkan motivasi yang rendah dalam pelaksanaan praktek. Sedangkan bagi Mahasiswa yang merasa tidak ada kesulitan dalam praktek Teknologi Pemesinan, mengatakan lulusan dari SMA/MA sederajat tidak menjadi alasan untuk mendapat hasil belajar Teknologi Pemesinan yang baik asal didukung dengan motivasi yang tinggi. Lima dari seluruh Mahasiswa yang mendapat nilai baik tersebut merupakan lulusan dari SMA/MA sederajat. Berdasarkan data hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa kesulitan kesulitan yang didapat Mahasiswa tersebut akhirnya berdampak kepada hasil belajar praktek/tugas Job Sheet yang tidak terselesaikan semuanya. Relatif rendahnya hasil praktek yang dimiliki diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kurangnya motivasi kerja praktek dan persepsi/tanggapan akan hal hal keselamatan dan kesehatan kerja Dari uraian di atas menunjukkan bahwa adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan dari hasil praktek Teknologi Pemesinan I. Hal ini tidak

7 terlepas dari tingkat motivasi praktek yang masih rendah maupun pemahaman tentang keselamatan kesehatan kerja, secara khusus pada Mata Kuliah Teknologi Pemesinan I. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Motivasi Kerja Praktek Dan Persepsi Mahasiswa Tentang Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Dengan Hasil Belajar Mahasiswa Dalam Praktek Teknologi Pemesinan I Pada Program Studi Pendidkan Teknik Mesin Universitas Negeri Medan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah seperti diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah masalah antara lain: Mengapa Motivasi Kerja praktek cenderung rendah? Seberapa besar kecenderungan Motivasi Kerja praktek terhadap hasil belajar Teknologi Pemesinan I? Mengapa Persepsi Mahasiswa tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja cenderung rendah? Seberapa besar kecenderungan Persepsi Tentang Kesehatan Dan Keselamatan Kerja terhadap hasil belajar Teknologi Pemesinan I? Apakah hasil belajar praktek Teknologi Pemesinan I yang baik dimungkinkan tercapai tanpa Motivasi Kerja Praktek? Apakah hasil belajar praktek Teknologi Pemesinan I yang baik dimungkinkan tercapai tanpa Persepsi tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja? Apakah Motivasi Kerja Praktek dan Persepsi Tentang Kesehatan Dan Keselamatan Kerja dapat mempengaruhi Hasil Belajar Teknologi Pemesinan I? C. Batasan Masalah Mengingat banyaknya permasalahan yang ada sehingga terlalu luas untuk dibahas, maka dibutuhkan waktu yang cukup lama dan operasional yang cukup besar, untuk itu permasalahan perlu dibatasi agar penelitian dapat dilaksanakan

8 dengan efektif dan efisien. Masalah yang dibatasi penulis yaitu hubungan antara Motivasi Kerja Praktek dan Persepsi Tentang Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Mahasiswa dalam Praktek Teknologi Pemesinan I pada Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Unimed T.A. 2013/2014 stambuk 2012. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi yang telah dikemukakan di atas, terdapat banyak faktor yang memiliki hubungan dengan hasil belajar Teknologi Pemesinan I. Hal ini diduga diperngaruhi oleh banyak faktor, apakah masalah alat/mesin pendukung yang tersedia atau disebabkan ketidakmampuan mempergunakan alat dan juga pengetahuan tentang Kesehatan Dan Keselamatan Kerja, maupun faktor faktor lain. Untuk memperjelas fokus masalah yang diteliti dan karena luasnya permasalahan maka perlu dilakukan pembatasan masalah dengan pertimbangan yaitu: 1. Hal yang berhubungan dengan Hasil Belajar Praktek Teknologi Pemesinan. Dibatasi pada Mata Kuliah Praktek Teknologi Pemesinan I. 2. Hal yang berkaitan dengan Motivasi Kerja Praktek. Dibatasi pada faktor internal dan eksternal Mahasiswa dalam mengikuti Praktek Teknologi Pemesinan I. 3. Hal yang berkaitan dengan Persepsi Tentang Kesehatan Dan Keselamatan Kerja pada Teknologi Pemesinan I. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka peneliti mengajukan rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

9 1. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja praktek dengan hasil belajar mahasiswa dalam praktek Teknologi Pemesinan I? 2. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi tentang tentang keselamatan dan kesehatan kerja dengan hasil belajar mahasiswa dalam praktek Teknologi Pemesinan I? 3. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja praktek dan persepsi tentang keselamatan dan kesehatan kerja dengan hasil belajar mahasiswa dalam praktek Teknologi Pemesinan I? E. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi kerja praktek dengan hasil belajar mahasiswa dalam praktek Teknologi Pemesinan I 2. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang tentang keselamatan dan kesehatan kerja dengan hasil belajar mahasiswa dalam praktek Teknologi Pemesinan I 3. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi kerja praktek dan persepsi tentang keselamatan dan kesehatan kerja dengan hasil belajar mahasiswa dalam praktek Teknologi Pemesinan I F. Manfaat Penelitian Dari penelitian yang akan dilakukan nantinya, diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

10 1. Manfaat Teoritis a. Untuk mengembangkan konsep - konsep dalam pendidikan dan memberikan pengetahuan, yang dalam hal ini adalah hubungan antara motivasi kerja praktek dan persepsi Mahasiswa tentang keselamatan dan kesehatan kerja dengan hasil belajar mahasiswa dalam praktek Teknologi Pemesinan I b. Sebagai bahan masukan kepada setiap calon guru maupun guru agar selalu dapat memotivasi peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar praktek Teknologi Pemesinan I c. Sebagai bahan penelitian yang relevan untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan hasil belajar praktek Teknologi Pemesinan I d. Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan dalam usaha meningkatkan hasil belajar praktek Teknologi Pemesinan I 2. Manfaat Praktis a. Memberikan informasi tentang hubungan antara motivasi kerja praktek dengan hasil belajar praktek Teknologi Pemesinan I b. Memberikan informasi tentang hubungan antara persepsi Mahasiswa tentang keselamatan dan kesehatan kerja dengan hasil belajar praktek Teknologi Pemesinan I c. Memberikan informasi tentang hubungan antara motivasi kerja praktek dan persepsi Mahasiswa tentang keselamatan dan kesehatan kerja dengan hasil belajar praktek Teknologi Pemesinan I