BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini tentunya berdampak langsung pula pada banyaknya kebutuhan dalam pemenuhan jumlah pekerja. Salah satu pabrik yang bahan jadinya diminati oleh banyak konsumen adalah pabrik pengolahan kayu, pabrik ini merupakan salah satu industri yang pertumbuhannya sangat pesat. Konsumsi kayu pada tahun 2014 serapannya diproyeksi mencapai 15,4 juta m 3, naik dari serapan tahun 2013 yang diperkirakan sebanyak 13,9 juta m 3. (1) Konsumsi kebutuhan kayu nasional ini diantaranya adalah dimanfaatkan pabrik untuk dijadikan triplek (plywood) dengan melewati proses pengolahan. Proses pengolahan dan banyaknya jumlah tenaga kerja dalam suatu pabrik mengakibatkan terjadinya risiko yang berdampak negatif yaitu risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Proses produksi yang dilakukan di pabrik kayu menimbulkan kecelakaan kerja yang biasa terjadi akibat kelalaian pekerja dalam melakukan kegiatan produksi atau unsafe action dan unsafe condition. Sedangkan penyakit akibat kerja adalah penyakit yang didapat dan terjadi setelah melakukan pekerjaan tersebut dengan adanya rentang waktu yang disebabkan oleh paparan dari berbagai kondisi seperti kondisi lingkungan dan perilaku pekerja. 1
2 Penyakit akibat kerja yang rentan dan sering terjadi adalah penyakit gangguan sistem pernapasan dikarenakan setiap hari manusia melakukan proses bernapas dan secara tidak langsung menghirup udara yang tidak diketahui kualitasnya. Menurut penelitian Qomariyatus Sholihah menyatakan bahwa gangguan sistem pernafasan yang sering terjadi pada industri tambang batubara adalah batuk dengan atau tanpa dahak (49,15%), sesak napas (13,56%), asma (11,86%), keluhan dada (10,17%) dan alergi debu (5,08%). (2) Sedangkan menurut Satria Dimas Aji pada industry Mebel menyatakan bahwa sebanyak 32 orang (54,2%), jenis keluhan kesehatan yang dialami oleh pekerja adalah batuk-batuk dan mata merah dan perih (93,8%), gatal pada kulit (71,9%), kulit kering dan retak (56,3%), cepat lelah (37,5%) dan sesak napas (25%). (3) Hal ini menunjukan dari kedua penelitian tersebut keluhan yang banyak terjadi adalah keluhan gangguan pernapasan dan diakibatkan salah satunya karena kualitas debu yang ada di lingkungan tersebut. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan pada bulan April 2016 di PT. Utama Core Albasia, diketahui bahwa pabrik ini bergerak dibidang pengolahan kayu dan menghasilkan triplek tebal (plywood). Observasi mengenai lingkungan di pabrik memiliki kualitas debu yang dapat dikatakan berpotensi besar terhadap kesehatan pekerja, hal ini diakibat oleh proses pengolahan kayu mulai dari pemotongan menjadi tipis-tipis hingga menjadi triplek tebal (plywood). Debu-debu hasil produksi terebut juga menempel pada pakaian dan masker pekerja selama proses produksi berlangsung. Serta hanya terdapat satu ruangan yang memiliki exhaust fan yaitu pada ruangan cutting akan tetapi alat tersebut saat dilakukan penelitian tidak
3 digunakan padahal kegiatan produksi sedang berlangsung. Potonganpotongan serbuk kayu yang kasar dikumpulkan dan dibuang dengan cara pengangkutan oleh truk untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir. Selain dengan observasi, dilakukan pula wawancara dengan kepala bagian personalia dan 25 orang pekerja. Hasil wawancara tersebut diketahui bahwa keluhan penyakit yang sering diderita pekerja adalah pada bagian sistem pernapasan seperti sesak nafas dan batuk. Jumlah pekerja yang ada berjumlah 250 dengan jumlah staff non produksi sebanyak 30 orang dan sisanya 220 adalah pekerja di bagian produksi. Produksi ini meliputi bagian produksi veneer (rotari, spindleless dan dryer) dan bagian produksi plywood (hot press dan finishing). Bagian yang memiliki potensi bahaya menghirup debu yang lebih sering adalah pada bagian produksi veener, dimana ditempat tersebut jenis pekerjaan yang dilakukaan adalah proses pengupasan kulit, pemotongan menjadi tipis-tipis dan pengeringannya. Sedangkan pada bagian plywood merupakan bagian dimana jenis pekerjaan yang dilakukan memiliki risikonya cukup kecil dilihat dari aktifitas yang dilakukan yaitu pengepresan lapisan-lapisan kayu tipis agar menjadi tebal dan bagian penyelesaian untuk siap kirim. Perbedaan jenis pekerjaan ditiap bagian ini tentu mempengaruhi kejadian keluhan yang akan dirasakan pekerja. Lama kerja dalam sehari dilakukan dengan 2 shift yaitu shift pagi pada pukul 07.00 15.00 WIB dan shift malam 19.00 03.00 WIB, jam lembur ditambahkan sebanyak 4 jam setelah jam shift biasa selesai. Penambahan waktu lembur selama 4 jam dapat memperlama waktu pajanan
4 terhadap kondisi lingkungan sehingga memudahkan pekerja untuk lebih besar terkena penyakit. Perusahaan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker dan sarung tangan, namun tidak dibagikan hanya pekerja yang menginginkan Alat Pelindung Diri (APD) mengambil sendiri pada bagian kantor serta terdapat pula pekerja yang membawa masker sendiri. Pekerja memiliki tingkat keseringan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sebanyak 92% mengatakan selalu memakai, 4% menyatakan kadangkadang dan sisanya 4% tidak memakai karena alasan kenyamanan. Hasil pengisian kuisioner mengenai keluhan yang dirasakan oleh pekerja adalah dari 25 pekerja sebanyak 40% menyatakan bahwa pekerja mengalami penyakit sesak nafas dan batuk yang sering, 16% menyatakan pegal-pegal, 16% mata perih, 12% pusing, 4 % dehidrasi dan 4% keluhan gatal kulit sisanya sebanyak 16% tidak memiliki keluhan. Pekerja yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker sebanyak 84% ini dilakukan untuk melindungi diri dari kemungkinan terkena penyakit yang menyerang saluran pernapasan. Faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya keluhan gangguan pernapasan dapat dilihat dari karakteristik pekerja seperti umur, masa kerja mulai melakukan kerja hingga saat penelitian dilangsungkan, riwayat penyakit dimana kondisi seseorang yang telah memiliki gangguan genetik atau keturunan yang dapat memperparah keadaan bahkan kondisi lingkungan seperti kualitas debu dalam pabrik tersebut. Jenis pekerjaan disetiap kegiatan juga menjadi kondisi terjadinya risiko bagi pekerja untuk
5 terkena penyakit gangguan pernapasan karena kegiatan yang dilakukan berbeda-beda dan kontak langsung dengan paparan yang berbeda. Oleh sebab itu, perlu adanya penelitian mengenai penyebab terjadinya gangguan pernapasan pada pekerja di PT. Utama Core Albasia. Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk dapat menanggulangi agar tidak terjadi keparahan dan banyaknya pekerja yang mengalami keluhan. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar yang telah disebutkan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif gangguan sistem pernapasan pada pekerja pabrik kayu bagian produksi di PT. Utama Core Albasia. C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif gangguan sistem pernapasan pada pekerja pabrik kayu bagian produksi PT. Utama Core Albasia Di Kecamatan Cangkiran. 2. Tujuan khusus : a. Mendiskripsikan kualitas kadar debu lingkungan produksi PT. Utama Core Albasia. b. Mendiskripsikan karakteristik pekerja yaitu usia, jenis pekerjaan dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja.
6 c. Mendiskripsikan keluhan gangguan sistem pernapasan pada pekerja. d. Menganalisis hubungan karakteristik pekerja yaitu usia, jenis pekerjaan serta penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan keluhan subyektif gangguan sistem pernapasan pada pekerja. e. Menganalisis hubungan kualitas kadar debu lingkungan produksi dengan keluhan subyektif gangguan sistem pernapasan pada pekerja. D. MANFAAT Penelitian ini memiliki berbagai manfaat yang menguntungkan, baik bagi peneliti maupun yang diteliti. Manfaat tersebut antara lain : 1. Bagi Keilmuan Sebagai bahan pustaka dalam mengembangkan pengetahuan tentang ilmu kesehatan masyarakat, khususnya Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan Industri (K3LI) yang berhubungan dengan keluhan subjektif gangguan sistem pernapasan. 2. Bagi Pabrik dan Pemilik Usaha Sebagai informasi mengenai gangguan kesehatan yang dialami khususnya gangguan sistem pernapasan pada pekerja dan antisipasi sehingga dapat menangani serta mengurangi kejadiannya dengan program yang dapat dilakukan oleh pabrik. 3. Bagi Masyarakat Sebagai informasi dan penambah pengetahuan kepada pekerja mengenai apa saja faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya
7 keluhan subyektif. Sehingga pekerja dapat melakukan penanganan pada dirinya sendiri untuk dapat lebih berhati-hati dalam bekerja. E. KEASLIAN PENELITIAN Tabel 1.1 Keaslian Penelitian NAMA JUDUL METODE HASIL Qomariyatus Sholihah (2008) Satria Dimas Aji (2012) Pajanan Debu Batubara Dan Gangguan Pernafasan Pada Pekerja Lapangan Tambang Batubara Dampak Paparan Debu Kayu Terhadap Keluhan Kesehatan Pekerja Mebel Sektor Informal Di Sindang Galih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2012. Observasional, dengan desain cross sectional. survei pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukan bahwa debu batubara memiliki nilai sedikit di atas batas ambang yaitu 2,19 mg / m 3. Gangguan pernapasan pada pekerja yang batuk dengan atau tanpa dahak (49,15%), sesak napas (13,56%), asma (11,86%), keluhan dada (10,17%) dan alergi debu (5,08%). Karakteristik responden yang 15-30 tahun (78,57%), tingkat pendidikan yang SMA (64,28%), dan memiliki masa kerja 3-4 tahun (53,57%). Hasil penelitian ini terlihat bahwa dari 14 lokasi, yang memiliki kadar debu kayu di atas baku mutu ( 1 Mg/m 3 ) sebanyak 6 lokasi (42,9%), kadar debu tertinggi 8,042 Mg/m3 dan terendah 1,470 Mg/m3. Responden mengalami keluhan kesehatan yaitu sebanyak 32 orang (54,2%), jenis keluhan kesehatan yang dialami oleh pekerja adalah batuk-batuk dan mata merah dan perih (93,8%), gatal pada kulit (71,9%),
8 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian [lanjutan] NAMA JUDUL METODE HASIL kulit kering dan retak (56,3%), cepat lelah (37,5%) dan sesak napas (25%). Berdasarkan uji Chi Square menunjukan bahwa tempat kerja yang terpapar debu kayu berhubungan dengan keluhankesehatan pada pekerja (p=0,027). Eva Yolanda Purba (2013) Gambaran Paparan Debu Dan Fungsi Paru Pada Pekerja Pembuatan Perabot Rumah Tangga Di CV Kochi Sohor Terjun Medan Marelan. Deskriptif, Cross sectional. Hasil penelitian responden yang mempunyai penurunan fungsi paru light restrictive sebanyak 4 orang dan lain 1 moderate restrictive.hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada ditemukan hubungan antara menggunakan APD, pelayanan bagi pekerja, riwayat penyakit, usia, merokok dengan mengurangi fungsi paru. Serta dari 2 tempat kerja yang diukur keduanya tidak melebihi total tingkat debu yaitu dari kayu lipat 4.53 mg / m 3 dan kilang minyak situs 2,38 mg / m 3 ( < 10 mg / m 3 nab ). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada terletak pada obyek penelitian yang akan digunakan sebagai responden yaitu pada pekerja pabrik kayu PT. Utama Core Albasia dan jenis pekerjaan dalam produksi yang akan diteliti. Serta akan dilakukan pengukuran pada lingkungan produksi di PT. Utama Core Albasia.
9 F. LINGKUP PENELITIAN 1. Lingkup Keilmuan Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari ilmu kesehatan masyarakat khususnya keselamatan kerja dan kesehatan lingkungan industri. 2. Lingkup Materi Materi yang ada dalam penelitian ini adalah keluhan subyektif gangguan pernafasan. 3. Lingkup Lokasi Lokasi penelitian ini ialah di PT. Utama Core Albasia Di Kecamatan Cangkiran. 4. Lingkup Metode Metode yang dilakukan observasi, wawancara dan pengukuran dengan pendekatan cross sectional. 5. Lingkup sasaran Sasaran dalam penelitian ini adalah para pekerja bagian produksi di PT. Utama Core Albasia Di Kecamatan Cangkiran. 6. Lingkup waktu Waktu pelaksanaan penelitian ini ialah dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2016.