BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di bidang ekonomi ini membutuhkan adanya sarana dan prasarana yang baik

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia serta perubahan zaman dengan dilihat dari arus globalisasi di

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat, sehingga mempengaruhi aktifitas sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jalan merupakan fasilitas transportasi yang paling penting bagi masyarakat

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Jalan merupakan fasilitas transportasi yang paling sering digunakan oleh

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang

2017, No Bermotor dan Penutupan Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor Pada Masa Angkutan Lebaran; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang ikut

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional disatu sisi telah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DI KALIMANTAN BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, dan lain sebagainya membutuhkan sarana dan prasarana yang

Oleh : LANUGRANTO ADI NUGROHO C

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yang. pembangunannya terus mengalami perkembangan yang diwujudkan dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. negara (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 Provinsi yang

I. PENDAHULUAN. dengan pulau yang lain. Kondisi dan keadaan seperti itulah yang mengakibatkan jasa

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara sedang berkembang banyak menghadapi permasalahan transportasi

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Masyarakat sangat bergantung dengan angkutan umum sebagai tranportasi penunjang

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi pribadi bagi kehidupan sehari-hari mereka. Transportasi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TERTIB PEMANFAATAN JALAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2720); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lemb

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam penataan angkutan penyeberangan Kepulauan Seribu

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. jurang, lembah, jalanan, rel, sungai, badan air, atau hambatan lainnya. Tujuan

Undang Undang No. 14 Tahun 1992 Tentang : Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BAB III METODOLOGI. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Alternatif Pendekatan Masalah. Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PENETAPAN TITIK NOL PEMBANGUNAN TERMINAL BANDARA MUTIARA PALU SABTU, 19 MARET 2011

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN I.1

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun melewati jurang,

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM DISHUBKOMINFO SURAKARTA. a. Sejarah Dishubkominfo Surakarta

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

INPRES 3/2004, KOORDINASI PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LEBARAN TERPADU *52350 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (INPRES) NOMOR 3 TAHUN 2004 (3/2004)

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG KELAS JALAN DAN PENGAMANAN PERLENGKAPAN JALAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Pentingnya keamanan mengendarai mobil saat ini sudah tidak di ragukan

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

PEMERINTAH PROPINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROPINSI RIAU NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUATAN LEBIH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat pesat. Hal itu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARUH KENDARAAN ANGKUTAN BARANG MUATAN LEBIH (OVER LOAD) PADA PERKERASAN DAN UMUR JALAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 84 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU

BAB I PENDAHULUAN. membangun daerah-daerah tertinggal dan terpencil, maka pembangunan

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan sektor kegiatan yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor utama. Yaitu keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, pembangunan yang belum merata, dan keunikan sumber daya alam di setiap daerah. Wilayah geografis Indonesia yang terdiri dari sebagian besar laut, sungai, danau, enam pulau utama, dan belasan ribu pulau kecil membutuhkan perhatian khusus dalam bidang transportasi. Keunikan geografis Indonesia sudah seharusnya menjadikan transportasi perhatian utama untuk mendongkrak ekonomi. Perkembangan teknologi transportasi sangat dibutuhkan agar pergerakan angkutan barang dan jasa melalui darat, perairan, dan udara bisa maksimal guna menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan yang belum merata di Indonesia salah satu penyebabnya adalah perkembangan teknologi transportasi yang tidak merata. Perhatian pemerintah yang sangat minim dalam bidang transportasi dan investor transportasi swasta yang tidak melihat potensi keunikan ekonomi setiap daerah menjadi pemicu utama. Kebutuhan yang mempengaruhi perkembangan alat transportasi adalah kebutuhan kenyamanan, keamanan, dan kelancaran pengangkutan yang menunjang pelaksanaan pembangunan yang berupa penyebaran kebutuhan pembangunan, dan distribusi hasil pembangunan diberbagai sektor ke seluruh pelosok tanah air misalnya, sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan. Hal tersebut menunjukkan arti pentingnya tranportasi di Indonesia, sehingga pembangunan dan peningkatan kualitas pelayanan transportasi atau pengangkutan mutlak diperlukan. Mengingat penting dan strategisnya peran lalu-lintas dan angkutan jalan yang menguasai hajat hidup orang banyak serta sangat penting 1

bagi seluruh masyarakat, maka pembangunan tidak hanya mengenai peningkatan mutu. Pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana pengangkutan yang baik dan berkualitas perlu di tata dan dikembangkan dalam sistem terpadu. Penyelenggaraan lalu-lintas dan angkutan jalan juga perlu dilakukan secara berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar lebih luas jangkauan dan pelayanannya kepada masyarakat, dengan tetap memperhatikan kepentingan umum, kemampuan masyarakat, kelestarian lingkungan, dan ketertiban masyarakat dalam penyelenggaraan lalu lintas. Masyarakat umum sebagai pengguna jasa transportasi perlu mendapatkan prioritas dan pelayanan yang optimal baik dari pemerintah maupun penyedia jasa transportasi. Kondisi jalan yang baik adalah pelayanan yang sangat jarang didapatkan oleh masyarakat. Beberapa permasalahan transportasi yang bisa ditimbulkan oleh kondisi jalan yang buruk adalah kemacetan dan kecelakaan. Kedua masalah tersebut sangat merugikan secara waktu, finansial, bahkan nyawa. Salah satu faktor yang mempengaruhi kerusakan jalan adalah ketidaksesuaian usia jalan dengan perencanaan awal. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh angkutan barang yang seringkali membawa muatan melebihi kapasitas yang ditentukan. Permasalahan tersebut terjadi akibat akumulasi beberapa masalah yang mendasar di negeri ini. Berbagai masalah yang ada seperti pendapatan rendah, kualitas sumber daya manusia rendah, tingkat disiplin rendah, terbatasnya sumber pendanaan, lemahnya sistem perencanaan transportasi, dan fungsi kontrol angkutan yang tidak berjalan maksimal telah memicu permasalahan transportasi yang semakin parah. Dengan melihat kenyataan tersebut, dapat diketahui bahwa dalam sektor pelayanan angkutan barang masih banyak menyimpan permasalahan klasik. Dalam hal ini pengguna prasarana transportasi sering menjadi korban para pelaku angkutan barang yang tidak bertanggung jawab. Hal tersebut dirasakan hampir di setiap Provinsi di Indonesia, salah satunya adalah Daerah Istimewa Yogyakarta. Pergerakan lalu lintas barang dan jasa dari dan ke Daerah Istimewa Yogyakarta 2

sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh Yogyakarta adalah pusat kegiatan pendidikan dan pariwisata di pulau jawa, sehingga memicu kegiatan perekonomian yang tentu saja membutuhkan jasa angkutan barang. Selain itu Yogyakarta mempunyai sumber daya alam berupa pasir dan batu gamping dengan kualitas tinggi. Untuk menunjang pergerakan lalu lintas barang dan jasa dari dan ke Yogyakarta maka dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi yang memadai dan tidak merugikan pengguna jalan. Hal itu bisa terjadi apabila perencanaan jalan telah sesuai dengan spesifikasi angkutan yang melintas diatasnya. Perencanaan yang baik bisa dimulai dengan memaksimalkan fungsi kontrol terhadap angkutan yang melintas. Angkutan barang sebenarnya telah memiliki alat kontrol yaitu jembatan timbang. Dengan keberadaan jembatan timbang kita bisa memperoleh berat total angkutan, kelebihan berat angkutan, jenis barang yang diangkut serta tujuan distribusi barang. Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini memiliki enam jembatan timbang di tiga titik kontrol angkutan barang, yang terletak di perbatasan barat, dan perbatasan timur dengan Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan Provinsi Jawa tengah memiliki satu titik kontrol di Kota Magelang yang berbatasan langsung dengan Daerah Istimewa Yogyakarta bagian utara. Titik kontrol angkutan barang dari dan ke Daerah Istimewa Yogyakarta adalah: 1. Titik kontrol angkutan barang di perbatasan barat yaitu di Jalan Raya Wates Purworejo (Kulwaru), memiliki tiga jembatan timbang (satu berfungsi, satu tidak berfungsi, dan satu tidak difungsikan). 2. Dua titik kontrol angkutan barang di perbatasan timur yaitu di Jalan Raya Yogya Solo (Kalasan). Titik kontrol di utara jalan memiliki dua jembatan timbang (satu berfungsi, dan satu tidak difungsikan). Titik kontrol di selatan jalan memiliki dua jembatan timbang (satu berfungsi, dan satu tidak difungsikan). 3. Titik kontrol angkutan barang di perbatasan utara yaitu di Jalan Raya Yogya Magelang (Tempel), memiliki satu jembatan timbang (berfungsi). 3

Jembatan timbang seharusnya bisa memberikan masukan untuk perencanaan jalan, hanya saja fungsi ini kurang berjalan maksimal. Permasalahannya saat ini jembatan timbang hanya berfungsi untuk mengontrol angkutan barang dengan cara memberi denda bagi yang membawa muatan melebihi spesifikasi yang ditentukan. Seharusnya data kendaraan yang melebihi daya angkut di jembatan timbang bisa digunakan menjadi analisis faktor kerusakan jalan untuk perencanaan selanjutnya. Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk mempelajari, memahami, dan meneliti secara lebih mendalam mengenai jembatan timbang. Penelitian yang dilakukan oleh penulis diberi judul: Kelayakan Fungsi Jembatan Timbang Sebagai Kontrol Angkutan Barang, Studi Kasus Jembatan Timbang Kulwaru (Daerah Istimewa Yogyakarta). 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian kelayakan fungsi jembatan timbang sebagai kontrol angkutan barang, studi kasus Jembatan Timbang Kulwaru ini dilakukan dengan tujuan: 1. Mengetahui kelayakan fasilitas kontrol Jembatan timbang Kulwaru; 2. Mengetahui berat muatan kendaraan angkutan barang yang masuk ke Jembatan timbang Kulwaru; 3. Mengetahui muatan sumbu kendaraan angkutan barang yang masuk ke Jembatan timbang Kulwaru; 4. Mengetahui persentase angkutan barang yang membawa muatan melebihi regulasi kendaraannya; 5. Mengetahui persentase angkutan barang yang keluar dan menuju ke Daerah Istimewa Yogyakarta; 6. Mengetahui tingkat pelanggaran angkutan barang yang masuk ke Jembatan timbang Kulwaru; 4

1.3 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian kelayakan fungsi Jembatan Timbang Kulwaru sebagai kontrol angkutan barang ini adalah: 1. Dapat mengetahui kelayakan fasilitas kontrol Jembatan Timbang Kulwaru. Data tersebut dapat digunakan Dinas Perhubungan untuk pertimbangan perawatan Jembatan Timbang Kulwaru. 2. Dapat mengetahui Persentase angkutan barang yang membawa muatan melebihi regulasi kendaraannya untuk melalui Jalan Raya Wates Purworejo. Data berat muatan, muatan sumbu kendaraan, dan persentase overloading tersebut dapat digunakan Dinas Perhubungan dan instansi terkait lainnya untuk merancang sistem kontrol yang lebih tepat pada angkutan barang. 3. Data dan analisa yang diperoleh diharapkan dapat menjadi masukan untuk perancangan perkerasan Jalan Raya Wates Purworejo selanjutnya. 1.4 Pelaksanaan Penelitian Kegiatan pengambilan data untuk penelitian tugas akhir Kelayakan Fungsi Jembatan Timbang Sebagai Kontrol Angkutan Barang (Studi Kasus Jembatan Timbang Kulwaru), telah dilaksanakan pada: Waktu : 10 11 November 2012, dan 12 13 November 2012. Tempat : Jembatan Timbang Kulwaru, Jalan Raya Wates Purworejo. 1.5 Batasan Masalah Penulis didalam tugas akhir ini membatasi permasalahan yang akan dibahas, agar hasil penelitian tidak melebar dari maksud, tujuan, dan manfaat yang diharapkan dari penelitian. Pembatasan dilakukan oleh penulis jugaa dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu keterbatasan teknologi jembatan timbang, keterbatasan jumlah pegawai di jembatan timbang, kurang lengkapnya data penunjang yang 5

dimiliki Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan kurangnya kerjasama dari pihak supir angkutan barang. Batasan data dan pembahasan yang mendukung penulis dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Jembatan Timbang yang dijadikan studi kasus adalah Jembatan Timbang Kulwaru di Jalan Raya Wates Purworejo; 2. Kelayakan fasilitas kontrol Jembatan Timbang Kulwaru yang dinilai adalah jembatan yang difungsikan; 3. Konfigurasi sumbu kendaraan yang diteliti adalah: a) 1.1; b) 1.2; c) 1.22; d) 11.2; e) 1.1.22; f) 1.2-22; g) 1.2+2.2; h) 1.22-22; i) Pick Up; j) Mobil Box; 4. Berat timbang adalah berat muatan kendaraan yang tercatat oleh jembatan timbang, sesuai dengan yang tertera pada layar tampilan pengukuran berat; 5. Berat maksimum adalah berat total kendaraan ditambah angkutan sesuai dengan yang diizinkan saat uji kendaraan; 6. Persentase kelebihan muatan angkutan barang digunakan sebagai patokan denda; 7. Asal dan tujuan distribusi kendaraan angkutan barang hanya dicatat menuju Yogyakarta atau keluar dari Yogyakarta. 6

1.6 Keaslian Penelitian Penelitian Kelayakan Fungsi Jembatan Timbang Sebagai Kontrol Angkutan Barang, Studi Kasus Jembatan Timbang Kulwaru (Daerah Istimewa Yogyakarta) belum pernah ada sebelumnya. Penelitian ini merupakan hasil dari pemikiran peneliti dengan bimbingan dosen pengampu. Serta mengambil panduan dari bukubuku, dan sumber-sumber yang berkaitan dengan judul tugas akhir, ditambah dengan sumber riset dari lapangan. 7