BAB I PENDAHULUAN. dan panjang garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Sumber

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil ikan tuna di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

JURNAL GROUPER 3.1 ANALISA USAHA PENGOLAHAN BAKSO IKAN TUNA DI PT. PRIEMA RASA MANDIRI GRESIK. WACHIDATUS SA ADAH Dosen Agrobisnis Perikanan ABSTRAKSI

PEMBUATAN MIE TEPUNG KULIT PISANG KEPOK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masalah pangan dan gizi menjadi permasalahan serius di

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. dunia semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan yang berbahaya dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

I PENDAHULUAN. nugget yang relatif mahal. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif nugget yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang memiliki prospek menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 5,04 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 170 ribu ton per tahun (BPS, 2007). Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kurangnya pemanfaatan kijing dikarenakan belum terdapatnya informasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena mudah didapat dan harganya murah. Namun, ikan ternyata memiliki

BAB I PENDAHULUAN. akan menghasilkan manfaat atau keuntungan apabila dijalankan.

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi karena berhubungan dengan efek yang akan ditimbulkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

SKRIPSI. Oleh : Roseria Anggiarini Lestari NPM

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, pemenuhan zat gizi harus benar benar

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. menjadi terhambat dan menyebabkan rickets, sedangkan kekurangan. kalsium pada kelompok dewasa akan menyebabkan Osteoporosis yaitu

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pisang ( Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

: Laila Wahyu R NIM :

I. PENDAHULUAN. budidaya perikanan, hasil tangkapan, hingga hasil tambaknya (Anonim, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I. Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu jenis udang

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

I. PENDAHULUAN. industri yang berbasis pertanian atau biasa disebut agroindustri. Istilah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

PEMBUATAN BAKSO SINTETIS GLUTEN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN MINYAK WIJEN SKRIPSI

EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

1 BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

inovatif, sekarang ini kita kenal rice burger yang berasal dari Jepang yang mengganti

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

I PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan luas laut terbesar dunia dan panjang garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Sumber daya alam dari hasil laut sangat melimpah, khususnya udang dan ikan. Produk perikanan merupakan produk pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi. Berdasarkan data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan, tingkat konsumsi ikan nasional dalam kurun 2007 2012 mengalami trend kenaikan setiap tahun. Pada tahun 2009 tingkat konsumsi ikan rata-rata adalah 29,08 Kg/Kap/Th sedangkan pada tahun 2012 sudah mencapai 33,89 Kg/Kap/Tahun (Gizi, 2013). Salah satu jenis ikan yang merupakan komoditas ekspor utama Indonesia adalah ikan tuna. Ikan tuna mengandung protein antara 22,6-26,2 g/100 g daging. Lemak antara 0,2-2,7 g/100 g daging. Di samping itu ikan tuna mengandung mineral kalsium, fosfor, besi dan sodium, vitamin A (retinol), dan vitamin B golongan thiamin, riboflavin dan niasin (Departemen of Health Education and Walfare 1972 yang diacu Maghfiroh, 2000). Kandungan gizi yang sangat tinggi pada ikan tuna membuat permintaan produk ikan tuna dunia semakin meningkat setiap tahunnya. FAO mengatakan bahwa sektor perikanan telah menyuplai sekitar 145 ton tahun 2009, dan memberikan sekitar 16% asupan protein hewani untuk seluruh populasi masyarakat di dunia.

2 Pengolahan ikan tuna di Indonesia umumnya dilakukan dengan metode fileeting untuk memperoleh dagingnya. Ada banyak industri yang melakukan pengolahan ikan tuna di Indonesia. Di beberapa daerah bahkan ada yang sudah membentuk asosiasi, misalnya KTI (Komisi Tuna Indonesia), ASTUIN (Asosiasi Tuna Indonesaia) dan ATLI (Asosiasi Tuna Longline Indonesia) yaitu asosiasi industri pengolahan ikan tuna yang melakukan penagkapan ikan tuna dengan menggunakan pancing longline yang berpusat di Benoa Bali. Di DIY, salah satu UKM pengolah ikna tuna adalah KUB Fresh Fish. KUB Fresh Fish melakukan pengolahan ikan tuna dengan cara fillet dengan produk utama steak tuna. Pengolahan yang dilakukan di KUB Fresh Fish menghasilkan banyak produk olahan ikan tuna lainnya, seperti leresan ikan, nugget, abon dan produk makanan lainnya. Selain kepala dan tulang ikan, produk samping yang dihasilkan dari pengolahan ikan tuna di tempat ini adalah kulit ikan tuna. Dari 4 kwintal ikan tuna yang diproses setiap minggunya, kulit yang dihasilkan mencapai 3 %, atau sekitar 12 kg. Kulit ikan tuna yang dishasilkan oleh KUB Fresh Fish tidak ada yang menyerap karena belum memiliki nilai ekonomi yang menguntungkan karena tidak dilakukan pengolahan. Kulit ikan tuna memiliki potensi untuk dapat dioleh menjadi berbagai produk lain. Kulit ikan tuna dapat diolah menjadi gelatin, produk pangan dan dapat juga disamak. Dalam jurnal yang ditulis oleh Shyin et all (2013), beberapa kulit ikan laut dalam mampu diolah menjadi gelatin. Beberapa diantaranya adalah ikan tuna, ikan hiu dan ikan rohu. Gelatin dari

3 kulit ikan hiu lebih baik dari segi kualitas gelatin, serta memiliki karakteristik fungsional yang lebih baik daripada tuna dan rohu. Berdasarkan wawancara langsung dengan Bapak Khoir seorang pengusaha penyamakan kulit di Tembi, Bantul, kulit ikan tuna kurang memiliki nilai estetika jika disamak karena tidak memiliki kekhasan yang spesifik. Berbeda dengan kulit ikan pari dengan sisiknya yang unik, atau ikan lainnya dengan kulit yang memiliki tekstur khas. Namun, arah pengembangan yang dituju penulis adalah pengolahan kulit ikan tuna menjadi produk pangan, yaitu kerupuk. Kerupuk adalah makanan olahan dari tepung tapioka yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat. Umumnya, pengolahan kulit menjadi produk makanan adalah dengan dijadikan rambak. Rambak dihasilkan dari pengolahan kulit tanpa penambahan bahan lain, sehingga harganya di pasaran lebih tinggi dibandingkan kerupuk. Dengan bahan baku sebanyak ± 12 kg per minggu, pengolahan menjadi kerupuk menjadi alternatif yang lebih baik daripada dijadikan rambak. Dengan dijadikan kerupuk, ada bahan lain yang juga digunakan yaitu tepung tapioka, sehingga volume produk akhir yang dihasilkan akan lebih banyak dan lebih sesuai untuk dipasarkan. Pengolahan kulit ikan tuna menjadi produk makanan lebih memungkinkan untuk dilakukan di KUB Fresh Fish. Proses pembuatan gelatin dan penyamakan kulit ikan tuna membutuhkan proses yang lama dan membutuhkan ruang produksi baru karena penggunaan bahan bahan kimia dalam prosesnya, sehingga tidak mungkin untuk dilakukan pada tempat

4 yang sama dengan produksi produk fillet dan produk lainnya yang dilakukan saat ini. Selain itu, kapasitas ruang produksi di KUB Fresh Fish saat ini hanya memungkinkan untuk melakukan proses pengolahan produk makanan. Berdasarkan hal tersebut, penulis akan melakukan fokus penelitian pada pengolahan kulit ikan tuna hingga menjadi produk kerupuk kulit ikan tuna mulai dari tahap komposisi, penyusunan konsep, hingga pola proses produksinya. Setelah diperoleh konsep serta pola proses produksi yang tepat, kemudian dulanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan usaha dari penggunaan kulit ikan tuna dari KUB Fresh Fish sebagai bahan baku dalam pembuatan kerupuk kulit ikan tuna, apakah layak serta memenuhi dari aspek,teknis dan finansial untuk dapat dilaksanakan. B. Rumusan masalah Dari latar belakang yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan yang harus dipecahkan dalam penanganan limbah fillet ikan tuna, dalam penelitian ini, KUB Fresh Fish kesulitan untuk mengolah kulit ikan tuna yang dihasilkan dari proses filleting. Permintan produk ikan tuna yang tinggi, mengakibatkan adanya produk samping berupa kulit ikan tuna yang banyak, sehingga dibutuhkan suatu solusi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Solusi yang diberikan adalah pengolahan kulit menjadi kerupuk. Namun, pengolahan kulit ikan tuna menjadi kerupuk

5 belum pernah dilakukan, sehingga dibutuhkan uji coba dalam skala laboratorium untuk mengetahui komposisi hingga pola proses produksinya. Permasalahan timbul ketika kerupuk ikan tuna tersebut akan diproduksi dalam skala UKM. Diperlukan analisis kelayakan pada UKM pengolahan kerupuk ikan tuna yang dilihat berdasarkan aspek teknis, dan finansial. C. Batasan penelitian Untuk memberikan arah yang jelas serta mengoptimalkan penelitian, maka dilakukan pembatasan terhadap aspek-aspek yang diteliti, yaitu : 1. Obyek penelitian adalah kulit ikan tuna yang dihasilkan dari pengolahan produk fillet ikan tuna di KUB Fresh Fish. 2. Uji coba pembuatan produk dilakukan di Laboratorium Biondustri Jurusan TIP FTP UGM. 3. Uji yang dilakukan terhadap kerupuk kulit ikan tuna yang dihasilkan adalah uji sensoris dan uji kimia. Uji kimia dilakukan setelah ditemukan konsep yang paling sesuai dengan keinginan konsumen. 4. Aspek teknis meliputi proses produksi, ketersediaan bahan baku, serta kapasitas produksi. 5. Aspek finansial meliputi perhitungan biaya operasional, harga jual, penyusunan aliran kas, NPV, Break Event Point (BEP), IRR, dan BCR.

6 D. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka diharapkan penelitian ini mampu memenuhi tujuan-tujuan sebagai berikut : 1. Menyusun dan menyeleksi konsep produk kerupuk kulit ikan tuna. 2. Mengidentifikasi karakteristik fisik, kimia dan organoleptik dari kerupuk kulit ikan tuna. 3. Mengetahui kelayakan UKM pengolahan kerupuk kulit ikan tuna pada aspek teknis dan finansial. E. Manfaat penelitian 1. Mengatasi produk samping hasil produksi, yaitu kulit ikan tuna yang dihasilkan dari proses filleting ikan tuna secara kontinyu. 2. Memperoleh keputusan apakah usaha pengolahan kerupuk kulit ikan tuna layak atau tidak untuk dijalankan ditinjau dari aspek teknis, dan finansial. 3. Memberikan informasi kepada UKM mengenai peluang kerupuk kulit ikan tuna untuk diproduksi pada skala UKM.