2. Mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai jalan lainnya.

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

polusi udara kendaraan bermotor

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN BULUNGAN.

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan angkutan barang wajib memiliki izin, sesuai yang telah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tio Agustian, 2014 Analisis front wheel alignment (fwa) pada kendaraan Daihatsu Gran Max Pick Up

SOSIALISASI DALAM RANGKA : PERTEMUAN PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR SELURUH INDONESIA TAHUN 2010

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

Pasal 48 yang berbunyi :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 59 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kelayakan kendaraan angkutan barang dalam pelaksanaan pengangkutan di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2001 SERI B.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGUJIAN KENDARAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR,

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 53


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2007 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 82 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 96, Tambahan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 6 TAHUN 1997 TENTANG PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 15 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 09 Tahun : 2010 Seri : E

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

Perda No. 22 / 2001 tentang Retribusi Pemerik Emisi Gas Buang Injection Pump dan Nozzle pada Ranmor Diesel di Kab Mgl

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB III LANDASAN TEORI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN GRESIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah .

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN DAN UJI GAS EMISI BUANG KENDARAAN BERMOTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 10 TAHUN 1999 T E N T A N G

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2012 tentang Sumber Daya Man

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

Transkripsi:

BAB II TINJ AllAN PUSTAKA A. Pengertian Kendaraan Bermotor **» Kendaraan bermotor (Daryanto, 1999) adalah suatu kendaraan yang dijalankan oleh mesin yang dikendalikan manusia diatas jalan. Jenis kendaraan bermotor diantaranya adalah sepeda motor, mobil, bus, truk, traktor, bulldozer, dan mobil pengangkat. Pada dasarnya, proses pengoperasian berbagai macam kendaraan tersebut adalah sama. Perbedaannya terletak pada ukuran, bentuk dan desainnya, sedangkan masing-masing bagian yang digunakan pada kendaraan adalah sama. Kendaraan adalah sarana angkutan yang membantu manusia dalam mencapai tujuan. Masalah yang penting adalah mengenai keselamatan bagi pengemudi dan muatannya (penumpang maupun barang) yang harus dipenuhi oleh sebuah kendaraan. Kendaraan sebagai produk industri harus mampu memberikan jaminan atas nilai keamanan dan kenyamanan melalaui standar-standar perlengkapan kendaraan. Seiring dengan meningkatnya kemajuan dibidang industri otomotif kendaraan bermotor yang dioperasiakan saat ini mempunyai bennacan bentuk karakteristik dan fungsi kendaraan. Segi-segi yang perlu diperhatiakan dalam konsep desain dan pemeliharaan kendaraan bermotor yaitu (Oglesby dan Hicks, 1982): 1. Mengurangi jumlah kecelakaan laiulintas 2. Mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai jalan lainnya.

3. Mengurangi besar kerusakan pada kendaraan bermotor. B. Bus Kota Sebagai Sarana Angkutan Umum Angkutan umum adalah pemindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan bermotor yang disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut bayaran (Dirjen Perhubungan Darat, 1999). Bus kota adalah angkutan dari suatu tempat ke tempat dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus umum dan/atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur. Jasa angkutan umum pada laiulintas lokal digunakan bus berkapasitas tempat duduk 24 orang dan usaha angkutan ini dikelola oleh beberapa badan usaha dan koperasi yaitu : KOPATA, KOBUTRI, PUSKOPKAR, ASPADA, PEMUDA dan DAMRI. Alasan kuat yang membuat bus kota ini lebih disukai dari bus berukuran standar yaitu bila digunakan sebagai angkutan pesanan karena mengingat sempitnya jalan-jalan di dalam kota, kendaraan yang beroperasi di dalam kota merupakan kendaraan campuran antara kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Pemilihan bus dengan kapasitas duduk 24 orang ini termasuk kelompok midi bus, disini dapat diperlihatkan beberapa tipe dan kelompok bus menurut kapasitas dan dimensi panjangnya antara lain : 1. Mini bus, bus berkapasitas penumpang kecil, antara 12 s.d 17 penumpang dengan ukuran panjang 4 s.d 6 meter (13 s.d 20 feet). 2. Midi bus, bus berkapasitas penumpang kecil sampai sedang, antara 20 s.d 30 penumpang dengan ukuran panjang 6 s.d 8 meter (20 s.d 26 feet).

3. Kabin tunggal, bus berkapasitas penumpang sedang, antara 40 s.d 60 penumpang dengan ukuran panjang 10s.d 12 meter(33 s.d 39 feet). 4. Kabin ganda, bus berkapasitas penumpang besar dengan penumpang antara 70 s.d 100 penumpang, ukuran panjang 9,5 s.d 10 meter (31 s.d 33 feet). 5. Kabin tunggal besar, bus berkapasitas penumpang besar, antara 75 s.d 150 penumpang, dengan panjang 16 s.d 18 meter (52 s.d 59 feet). Pengelompokkan bus ini terdapat di negara Inggris, sedangkan untuk kota Jogjakarta pemilihan bus perkotaan telah disesuaikan dengan kondisi jalan dan situasi laiulintas yang ada di Jogjakarta. C. Pengujian Kendaraan Bermotor Pengujian kendaraan bermotor adalah pengujian ambang batas laik jalan serta pemeriksaan teknis sebagai dasar penetapan kelaikan jalan. Pengujian tersebut meliputi (Dirjen Perhubungan Darat, 1995): 1. Pengujian ambang batas laik jalan, yaitu pengukuran kualitas komponen kendaraan terhadap suatu pembatasan/limit. 2. Pemeliharaan persyaratan teknis yaitu, pemeliharaan kuantitatif terhadap komponen kendaraan yang ditetapkan dalam uji tipe. Maksud dan tujuan pengujian ini adalah untuk menjamin kondisi kendaraan agar tetap memenuhi ketentuan ambang batas dan persyaratan teknis untuk keselamatan pemakai jalan.

Jenis pengujian terdiri dari : 1. Pengujian tipe kendaran bermotor (uji tipe) adalah pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan terhadap tipe kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus. 2. Pengujian kendaraan berkala kendaraan bermotor (uji berkala) adalah pengujian kendaraan bermotor secara berkala terhadap setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus. Menurut UU No. 14 Tahun 1992, setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan harus sesuai peruntukannya, memenuhi persyaratan teknis dan ketentuan ambang batas laik jalan serta sesuai dengan kelas jalan yang dilalui. Maksud dan tujuan pemerintah dalam pembinaan dan penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor adalah untuk menjamin agar setiap kendaraan yang akan digunakan di jalan selalu dan tetap memenuhi persyaratan teknis dan ketentuan ambang batas laik jalan yang telah ditentukan. Pengujian kendaraan bermotor (Dirjen Perhubungan Darat, 1995) adalah serangkaian kegiatan menguji serta memeriksa bagian-bagian kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor. Pengujian kendaraan bermotor dilakukan dalam rangka : 1. Memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan kendaraan bermotor di jalan. 2. Melestarikan lingkungan dari kemungkinan pencemaran oleh pengguna kendaraan bermotor di jalan.

10 3. Memberikan pelayanan pengujian kendaraan bermotor kepada masyarakat. D. Perawatan Kendaraan Kendaraan bermotor yang digunakan dituntut harus selalu baik kondisinya, untuk mengimbangi tingkat mobilitas barang dan manusia yang semakin menmgkat karena pesatnya pertumbuhan ekonomi dan industri. Hal ini menuntut kendaraan bermotor yang digunakan perlu adanya perawatan terhadap komponen-komponen kendaraan tersebut. Perawatan mesin harus melibatkan aktivitas-aktivitas sistem laporan untuk kendaraan itu sendiri. Pembuatan perencanaan dan jadwal service, pengaturan kerja mesin, dan mengupayakan sebaik mungkin ke bengkel serta alat-alatyang perlu diganti. Perawatan kendaraan (HASTER, 2000) adalah merawat atau memperbaiki komponen-komponen kendaraan agar dapat dengan mudah diketahui kekurangan atau kerusakan pada suatu mesin mobil. Pemeriksaan dan pemeliharan perawatan kendaraan sangat berguna bagi pemakai kendaraan dalam meningkatkan keselamatan dirinya sendiri (Oglesby dan Hicks, 1982). E. Pengertian Kecelakaan Kecelakaan laiulintas merupakan peristiwa yang tidak diharapkan yang melibatkan paling sedikit satu kendaraan bermotor pada suatu mas jalan dan mengakibatkan kerugian material bahkan menelan korban jiwa, sedangkan UU Laiulintas No.3 Tahun 1992 menyatakan bahwa kecelakan laiulintas adalah kejadian akhir dari serangkaian peristiwa yang tidak disengaja dengan akibat kematian, luka-luka ataupun kerusakan benda yang terjadi di jalan umum (Kumarwan,1990).

11 Kecelakan lalu lintas secara umum dapat didefmisikan sebagai kesalahan di dalam sistem jalan - kendaraan - pemakai jalan. Kecelakaan akan terjadi jika salah satu unsur/lebih dari unsur tersebut tidak berfungsi/berperilaku sebagaimana mestinya (Sartono, 1993). Kecelakan laiulintas adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat kesalahan pada fasilitas jalan dan lingkungan, kendaraan, serta pengemudinya sebagai bagian dan sistem laiulintas baik berdin sendiri maupun saling terkait (Dewanti,1996). F. Penyebab Kecelakaan Laiulintas Dampak yang tidak mungkin dapat ditolak dari semakin meningkatnya aktifitas trahsportasi adalah terjadinya kecelakaan. Kecelakaan dapat disebabkan oleh faktor pemakai jalan (pengemudi dan pejalan kaki), faktor kendaraan dan faktor lingkungan (Pigriataro, 1973). Pengelompokkan faktor penyebab kecelakan menjadi tiga kelonipok (Hobbs 1979), yaitu jalan dan lingkungan, kendaraan, dan pemakai jalan. (Harsono, 1992), melaporkan bahwa di Indonesia kecelakaan yang terjadi di jalan raya disebabkan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Faktor manusia sebesar 89,56%, 2. Faktor jalan dan lingkungan sebesar 5,64%, dan 3. Faktor kendaraan sebesar 4,80%. F. Kecelakaan Faktor Kendaraan (vehiclefactor) Kecelakaan dapat timbul karena perlengkapan kendaraan yang kurang bagus, kondisi penerangan kendaraan, mesin kendaraan dan Iain-lain. Pemeriksaan dan

12 pemeliharan kendaraan sangat berguna bagi pemakai kendaraan dalam meningkatkan keselamatan dirinya sendiri. Pemakaian kendaraan yang terlalu dipaksakan akan mempermudah menumnkan kemampuan kendaraan yang dapat berakibat fatal (Oglesby dan Hicks, 1982). Hal yang menentukan dalam faktor kendaraan yang secara langsung dapat menyebabkan kecelakaan adalah cacat karena kurang perawatan, kegagalan komponenkomponen yang penting seperti rem, ban, mesin, kemudi kendaraan, dan lain-lain. Kondisi-kondisi yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Kondisi rem kendaraan. Kemampuan untuk dapat menghentikan kendaraan secara cepat dan dalam kendaraan terkuasai secara penuh/mutlak hams dipenuhi oleh sistem rem kendaraan. Temtama pada truk atau bus yang bermuatan sarat sewaktu akan berhenti atau mengurangi kecepatan akan menyebabkan rem blong sehingga akan menyebabkan kecelakaan laiulintas yang fatal. 2. Kondisi ban kendaraan Kondisi ban kendaraan perlu juga diperhatikan meliputi pola dan keadaan telapak ban serta tekanan angm. Ban yang sudah halus telapaknya akan lebih mudah tergelincir pada waktu pengereman. 3. Konstruksi kendaraan Industri perakitan kendaraan bermotor tidak menggunakan "Spare Parr yang semestinya atau perubahan kendaraan yang dilakukan oleh pemilik, sehingga akan mempengaruhi kestabilan kendaraan pada waktu melaju di atas jalan rava.

13 4. Kondisi kemudi kendaraan Kemudi kendaraan yang tidak baik akan menyebabkan kemudi patah dengan tiba-tiba sewaktu kendaraan sedang berjalan sehingga mengakibatkan kendaraan tidak terkendalikan atau kemudian bergetar sehingga kendaraan lepas kendali. 5. Sistem lampu kendaraan Untuk dapat mengemudi secara aman di waktu malam hari pengemudi memerlukan pandangan ke depan yang jelas dan bebas dari silau. Sistem lampu kendaraan mempunyai 2 (dua) tujuan : 1. Supaya pengemudi dapat melihat kondisi jalan di depannya, dengan kecepatan konstan. 2. Untuk membedakan dan menunjukkan kendaraan kepada pengamat dari segala sudut tanpa menimbulkan silau. 6. Kondisi sistem pembuangan kendaraan Asap tebal yang dikeluarkan kendaraan melalui lubang sistem pembuangan dapat menganggu pandangan dan konsentrasi pengemudi kendaraan lain khususnya kendaraan sepeda motor, sistem pembuangan yang bocor dan rusak akan dapat membahayakan orang lain, karena gas yang dihasilkan dari pembakaran dalam mesin berupa gas beracun (gas CO?) yang dapat menggangu kesehatan.