BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. negara/daerah dimulai dengan diterbitkannya 2 (dua) undang-undang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SEKRETARIAT DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan lain-lain. Sebagaimana bentuk-bentuk organisasi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang (UU) No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok. pemerintahan daerah, diubah menjadi Undang-Undang (UU) No.

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang (UU) No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok. pemerintahan daerah, diubah menjadi Undang-Undang (UU) No.

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TENGAH

WALIKOTA SUKABUMI PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG :

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN BENDAHARA WALIKOTA BLITAR,

AKUNTANSI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PUBLIK (SEBUAH TANTANGAN) OLEH : ABDUL HAFIZ TANJUNG,

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BERITA DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2012 NOMOR 9 PERATURAN BUPATI KERINCI

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi telah memberikan peluang bagi perubahan cara-cara pandang

Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya. 4. Prinsip APBD 5. Struktur APBD

Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah (Konsep dan Implementasi-Untuk Akademisi dan Praktisi)

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAMBI

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 merupakan tonggak dimulainya era demokrasi di

BUPATI BURU SELATAN PERATURAN BUPATI BURU SELATAN NOMOR : 07 TAHUN 2012 T E N T A N G SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. bergulir sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH BUPATI MADIUN,

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 07 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

-4- (2) Badan dipimpin oleh Kepala Badan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 37 TAHUN 2016

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR : 0 /TAHUH 2013 TENTANG

PROVINSI SUMATERA SELATAN. PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR l& TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 69 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB IV PROSEDUR REALISASI ANGGARAN BELANJA TIDAK LANGSUNG

SISTEM DAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR (SPM)

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004

BAB III METODE PENULISAN. analisis kualitatif diguanakan untuk memecahkan persoalan yang ada yaitu

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. pemerintah pusat telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 26 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 542 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal

PEMERINTAH KOTA BANDUNG SEKRETARIAT DAERAH. Jalan Wastukancana No. 2 Telp Bandung

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 35 TAHUN 2011

- 3 - Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TASIKMALAYA. dan WALIKOTA TASIKMALAYA MEMUTUSKAN:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaksanaan otonomi daerah yang telah berjalan sejak tahun 1999-an

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH WALIKOTA BENGKULU,

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

I. PENDAHULUAN. keluar beberapa peraturan pemerintah yaitu undang undang 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah, Undang Undang 33 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN PIDIE JAYA

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR 07 TAHUN 2009

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori Pengertian Pencairan Dana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN

QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

[B.3] SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN (TU)

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun Nomor 8

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. membawa harapan akan terciptanya good governance yang terbebas dari

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

tedi last 08/17 C D E Batasan Keuangan Negara Pengelolaan Keuangan Negara Penatausahaan Keuangan Daerah (Contoh Aplikasi)

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN PIDIE JAYA

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2016

KESIMPULAN DAN SARAN. Lembata telah diberlakukan pada Tahun Anggaran 2009.

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA BIMA

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi non

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

ERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi dan kepercayaan yang melanda Indonesia memberikan dampak positif dan dampak negatif bagi upaya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Di satu sisi, krisis tersebut telah membawa dampak yang luar biasa pada tingkat kemiskinan, namun di sisi yang lain krisis tersebut dapat juga memberi berkah tersembunyi (blessing in disguised) bagi upaya peningkatan taraf hidup seluruh rakyat Indonesia di masa yang akan datang. Krisis ekonomi dan kepercayaan yang dialami telah membuka jalan bagi munculnya reformasi total di seluruh aspek kehidupanan bangsa Indonesia, yaitu mewujudkan masyarakat madani untuk terciptanya good governance. (Mardiasmo, 2004). Era globalisasi saat ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh seluruh masyarakat dunia. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia memiliki kewajiban untuk secara terus menerus berpartisipasi dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Otonomi secara utuh kepada daerah kabupaten dan kota untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakatnya. Artinya, saat sekarang daerah sudah diberi kewenangan yang utuh dan bulat untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan daerah. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang membawa angin segar bagi pengembangan otonomi daerah. Misi utama Undang-undang tersebut adalah desentralisasi. Menurut Sudantoko (2002), masa-masa indah era sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam setiap aktivitas pemerintahan di daerah, bahkan rancangan pembangunan di setiap daerah lebih sering mengacu pada pedoman yang ditetapkan pemerintah. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu agenda pokok reformasi yang diharapkan dapat dilaksanakan secara konsisten

2 oleh pemerintah daerah. Masyarakat menuntut adanya akuntabilitas yang baik disertai dengan transparansi dan keterbukaan pengelolaan sektor publik supaya masyarakat dapat turut serta dalam mengontrol dan memperbaiki kinerja pemerintah daerah. Salah satu aspek dari pemerintahan daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah. Menurut Mardiasmo 2002, desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran para partisipan yang terkait dalam pengelolaan anggaran, seperti DPRD, KDH, Sekda dan perangkat daerah lainnya. Reformasi di bidang pengelolaan keuangan daerah, salah satunya membawa perubahan dalam bidang manajemen pengelolaan keuangan daerah. Terbitnya dua Undang-undang yang mengatur tentang keuangan negara yaitu Undangundang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara menjadi tonggak lahirnya reformasi pengelolaan keuangan negara. Selain dua Undang-undang tersebut diterbitkan pula Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Sebagai turunan dari Peraturan Pemerintah tersebut diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang mengatur mulai dari penjelasan prinsip, fungsi keuangan daerah, kekuasaan keuangan daerah, penyusunan anggaran, perubahan anggaran, penatausahaan keuangan daerah dan pertanggungjawaban daerah. Kemudian Permendagri tersebut direvisi dengan diterbitkannya Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Peraturan perundang-undangan tersebut membawa perubahan dalam sistem pengelolaan keuangan daerah. Perubahan sistem sentralisasi pada Bagian Keuangan Sekretariat Daerah menjadi sistem desentralisasi ke masing-masing SKPD. Perubahan sistem ini mengakibatkan terjadinya pergeseran fungsi. Menurut Mamesah (1995), fungsi tersebut adalah fungsi otorisasi dan ordonatur. Otorisasi adalah pejabat yang memperoleh pelimpahan wewenang

3 untuk mengambil tindakan-tindakan yang mengakibatkan adanya pengeluaran atau penerimaan bagi daerah. Tindakan-tindakan tersebut dinyatakan dalam bentuk persetujuan, pengesahan dan/atau penetapan yang dituangkan dalam suatu keputusan. Keputusan tersebut disebut Surat Keputusan Otorisasi (SKO). Sedangkan fungsi ordonatur adalah pejabat yang berwenang untuk menguji tagihan, memerintahkan pembayaran atau penagihan sebagai akibat adanya tindakan otorisator tersebut di atas dalam hal menguji tagihan dan menerbitkan Surat Perintah Membayar Uang. Sejak reformasi, pergeseran fungsi ordonatur tersebut menjadi kewenangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Kepala SKPD menunjuk Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK SKPD) untuk melaksanakan fungsi penatausahaan keuangan dengan tugas sebagai berikut : a. meneliti kelengkapan Surat Perintah Pembayaran Langsung (SPP LS) pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh bendahara pengeluaran dan diketahui/disetujui oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK); b. meneliti kelengkapan Surat Perintah Pembayaran Uang Persediaan (SPP TU), Surat Perintah Pembayaran Ganti Uang (SPP GU), SPP TU, dan SPP LS gaji dan tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran; c. melakukan verifikasi; d. menyiapkan Surat Perintah Membayar (SPM); e. melakukan verifikasi harian atas penerimaan; f. melaksanakan akuntansi SKPD; g. menyiapkan laporan keuangan SKPD. Tugas PPK SKPD berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tersebut mempunyai dua fungsi: 1) Fungsi verifikasi dan 2) fungsi akuntansi. Kegiatan verifikasi ini merupakan salah satu bentuk pengawasan, yang bertujuan untuk meminimalisasi tindak penyelewengan. Tujuan utama dari verifikasi ini adalah untuk memberikan rekomendasi yang harus ditindaklanjuti. Verifikasi yang dilakukan kepada bendahara penerimaan adalah atas pertanggunganjawaban penerimaan harian dan pertanggungjawaban administratif. Pertanggungjawaban uang persediaan, pertanggungjawaban tambah uang dan

4 pertanggungjawaban administratif merupakan verifikasi yang harus dilakukan atas pertanggungjawaban bendahara pengeluaran. Verifikasi yang dilakukan atas pertanggungjawaban uang persediaan dan pertanggungjawaban tambah uang bendahara pengeluaran adalah atas keabsahan bukti pengeluaran dan dokumen pendukung. Dokumen ini nantinya merupakan salah satu kelengkapan SPP dalam proses penerbitan SPM. SPM yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran melalui PPK SKPD, diajukan ke Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) selaku Bendahara Umum Daerah untuk penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atas beban pengeluaran Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA SKPD). Menurut pasal 248 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, menyatakan SP2D yang telah diterbitkan oleh PPKD selaku Bendahara Umum Daerah nantinya akan menjadi salah satu bukti transaksi yang akan digunakan PPK SKPD dalam pelaksanaan fungsi akuntansi. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 mewajibkan SKPD menyajikan laporan keuangan, yaitu (1) laporan realisasi anggaran; (2) Neraca; (3) laporan operasional; (4) laporan arus kas; (5) catatan atas laporan keuangan. SKPD selaku entitas akuntansi melaporkan laporan keuangannya kepada PPKD. Pemerintah Daerah sebagai entitas pelaporan menyusun laporan keuangan Pemerintah Daerah, berdasarkan laporan keuangan SKPD (Pasal 240 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006). Laporan keuangan Pemerintah Kota Sawahlunto, merupakan konsolidasi dari laporan keuangan SKPD dilingkungan Pemerintah Kota Sawahluto. Laporan keuangan Pemerintah Daerah disampaikan oleh Kepala Daerah kepada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) untuk dilakukan pemeriksaan paling lambat tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. Kepala Daerah memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan pemerintah daerah, berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI (Pasal 297 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006). Berdasarkan ikhtisar hasil pemeriksaan BPK RI untuk Pemerintah Daerah tahun 2015 dan tahun 2016, dimana salah satu permasalahannya yaitu ketidakpatuhan yang mengakibatkan penyimpangan administrasi pada Pemerintah

5 Daerah. Permasalahan tersebut adalah atas bukti pertangungjawaban yang tidak lengkap/valid (Badan Pemeriksa Keuangan RI 2015, 2016 Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Tahun 2015 dan Semester II Tahun 2016). Dilihat dari permasalahan tersebut, keabsahan bukti pengeluaran merupakan hasil verifikasi atas pertanggungjawaban uang persediaan/pertanggungjawaban tambah uang persediaan yang merupakan salah satu fungsi PPK SKPD yaitu fungsi verifikasi atas pertanggungjawaban bendahara pengeluaran. Dari uraian tersebut diatas peneliti tertarik untuk mendalami pelaksanaan fungsi verifikasi PPK SKPD atas pertanggungjawaban bendahara dilingkungan Pemerintah Kota Sawahlunto, karena fungsi verifikasi merupakan fungsi yang sangat penting dan saling terkait dalam proses pengelolaan keuangan daerah khususnya atas keabsahan bukti pengeluaran. Penelitian terdahulu yang peneliti jadikan referensi tidak ada yang membahas khusus tentang fungsi verifikasi seperti Bahairi (2011), dimana faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah dilingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu sumber daya manusia, komunikasi, sarana pendukung dan motivasi. Kemudian Humairoh (2013) dimana kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) mempengaruhi laporan keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Jember. Adapun judul penelitian ini adalah Evaluasi Pelaksanaan Fungsi Verifikasi PPK SKPD berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. B. Permasalahan Berdasarkan latarbelakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan fungsi verifikasi PPK SKPD atas pertanggungjawaban bendahara berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah?

2. Kendala-kendala apakah yang dihadapi oleh PPK SKPD dalam melaksanakan fungsi verifikasi? 6 C. Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi pada pelaksanaan fungsi verifikasi PPK SKPD atas pertanggungjawaban bendahara. D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi verifikasi PPK SKPD atas pertanggungjawaban bendahara berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala apakah yang dihadapi oleh PPK SKPD dalam melaksanakan fungsi verifikasi. E. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, pemerintah daerah, akademisi dan peneliti selanjutnya. Adapun manfaat penelitian dapat diuraikan sebagai berikut : a. Bagi Peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta mengetahui pelaksanaan fungsi verifikasi PPK SKPD atas pertanggungjawaban bendahara berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. b. Bagi Pemerintah Daerah, sebagai bahan pertimbangan untuk meminimalkan temuan dalam melakukan verifikasi dengan adanya identifikasi kemungkinan kendala yang dihadapi PPK SKPD. c. Bagi akademisi dan peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan untuk penelitian berikutnya.

7 F. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini disusun dalam beberapa bagian dengan sistematika penyajian sebagai berikut : a. Bab I Pendahuluan : memberikan gambaran tentang latar belakang penelitian, permasalahan, batasan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan, b. Bab II Landasan Teori : berisi landasan teori yang berhubungan dengan topik bahasan, review penelitian terdahulu dan alur pemikiran penelitian. c. Bab III Metodologi Penelitian : berisi desain penelitian, objek dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. d. Bab IV Hasil dan Pembahasan : berisi hasil penelitian yang dilakukan dan bahasan data yang diperoleh dari penelitian. e. Bab V Kesimpulan dan Saran : berisi kesimpulan dari Bab IV dan saran untuk perbaikan atas kekurangan kekurangan yang ditemukan selama penelitian serta implikasinya bagi Pemerintah Daerah.

8