BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013). Global Status Report on Non-communicable Disease World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab kematian di dunia adalah karena PTM, salah satu PTM yang paling umum terjadi diseluruh dunia adalah Diabetes Melitus (DM) (Depkes, 2013). DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh peningkatan glukosa dalam darah atau hiperglikemi (Smeltzer & Bare, 2004). Hiperglikemi terjadi akibat penurunan kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan penurunan atau kegagalan pankreas dalam pembentukan insulin (Smeltzer & Bare, 2004). DM dapat dibagi menjadi empat yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain dan DM gestasional (Perkeni, 2011). Menurut data International Diabetic Federation (2013), 382 juta orang menderita DM pada tahun 2013 dengan angka kematian 5,1 juta orang. Jumlah penyandang DM (diabetisi) diperkirakan terus mengalami peningkatan menjadi 592 juta orang pada tahun 2035 dan 80% berasal dari Negara berpenghasilan rendah dan 1
2 menengah (IDF, 2013). Indonesia merupakan salah satu Negara dari 10 Negara dengan jumlah diabetisi tertinggi di Dunia (IDF, 2013). Jumlah diabetisi di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 8,5 juta (IDF, 2013) dan diperkirakan pada tahun 2030 akan memiliki diabetisi sebanyak 21,3 juta jiwa (Depkes, 2013). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, menunjukan bahwa angka kejadian DM yang terdiagnosis dokter di Provinsi Bali sebesar 1,3% (Riskesdas, 2013). Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah merupakan rumah sakit rujukan pertama Provinsi Bali. Data rekam medik RSUP Sanglah menyebutkan bahwa jumlah diabetisi yang dirawat di RSUP sanglah tahun 2012 adalah 642 pasien, dan jumlah kunjungan diabetisi di Poliklinik Diabetic Center RSUP sanglah pada tahun 2013 adalah 2.244 pasien sedangkan pada tahun 2014 sampai bulan Agustus 2014, jumlah kunjungan telah mencapai 1.465 pasien. Data Dinas Kesehatan Kota Denpasar menyebutkan bahwa jumlah kunjungan diabetisi tertinggi di Denpasar adalah di Puskesmas III Denpasar Utara. Jumlah kunjungan diabetisi di Puskesmas III Denpasar Utara pada tahun 2013 mencapai 1.629 pasien sedangkan pada tahun 2014 sampai bulan Agustus 2014 jumlah kunjungan pasien telah mencapai 678 pasien. Jumlah diabetisi yang tinggi membuktikan bahwa DM merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Jumlah diabetisi yang tinggi di Indonesia terjadi oleh karena faktor demografi yaitu penduduk usia lanjut bertambah banyak, perubahan gaya hidup seperti sering mengkonsumsi makanan cepat saji atau kurangnya beraktivitas (Sudoyo, dkk, 2009). Data Departemen Kesehatan RI
3 menyebutkan bahwa jumlah pasien rawat inap maupun rawat jalan di Rumah Sakit yang menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin adalah DM (Tandra, 2008). DM apabila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan timbulnya komplikasi yang diawali dari ganguan metabolik sehingga terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia berdampak pada peningkatan kadar lemak darah dan kerusakan pembuluh darah kecil yang dalam waktu lama akan menyebabkan neuropati diabetik serta gangguan organ-organ penting dalam tubuh yaitu jantung, ginjal, otak, saluran pencernaan, panca indra dan sebagainya (Kanisius, 2010). Komplikasi pada DM tipe 2 dapat dicegah melalui pengelolaan DM yang terdiri dari empat pilar utama yaitu edukasi, terapi gizi medis (diet), latihan jasmani dan intervensi farmakologi (Perkeni, 2011). Diet merupakan dasar dari penatalaksanaan DM yang bertujuan untuk memberikan semua unsur makanan esensial, mencapai dan mempertahankan berat badan, memenuhi kebutuhan energi dan mencegah fluktuasi kadar glukosa darah (Smeltzer & Bare, 2004). Arsana (2011) menyebutkan bahwa kontrol glikemik pasien sangat dipengaruhi oleh kepatuhan pasien terhadap anjuran diet meliputi jenis, jumlah dan jadwal makanan yang dikonsumsi dan ketidakpatuhan merupakan salah satu hambatan untuk tercapainya tujuan pengobatan. Hal ini memerlukan perhatian dan penanganan serius dari tenaga kesehatan termasuk perawat untuk menurunkan angka komplikasi DM melalui upaya peningkatan kepatuhan pasien dalam melakukan program diet (Anggina, 2010). Kepatuhan
4 jangka panjang terhadap diet merupakan salah satu aspek yang paling menimbulkan tantangan dalam penatalaksanaan DM (Smeltzer & Bare, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tera (2011) dalam determinan ketidakpatuhan diet penderita DM tipe 2 mendapatkan hasil bahwa dari 13 responden menunjukan tidak ada responden yang melakukan pengaturan makan sesuai jumlah energi, jenis makanan dan jadwal makanan yang dianjurkan. Kepatuhan merupakan tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan (Siregar, 2006). Berdasarkan penelitian Delamater (2006), nilai rata-rata kepatuhan yang terendah pada pengelolaan DM tipe 2 adalah diet yang merupakan kebiasaan paling sulit untuk diubah dan paling rendah tingkat kepatuhannya dalam manajemen diri seorang diabetisi (Tovar, 2007). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bidari mahasiswa PSIK FK UNUD (2010) tentang tingkat kepatuhan diet terhadap gula darah menunjukan bahwa kepatuhan diet mempunyai hubungan kuat dengan terkendalinya gula darah pasien. Selain itu, kepatuhan diet DM juga memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian kaki diabetik pada diabetisi di Desa Tangkil Kulon Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan dengan nilai p=0,030 (Novel Ainin & Nurul Ainin, 2013). Kepatuhan diet DM dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor psikosisial seperti stress, health locus of control, sikap, sistem pendukung dan self efficacy (Reloith, Taylor, Olefsky, 2004). Health locus of control adalah seperangkat keyakinan seseorang tentang pribadinya yang memiliki pengaruh terhadap kesehatan (Bonichini, Axia,
5 Bornstein, 2009) dan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet DM. Health locus of control dapat dibagi menjadi dua yaitu health locus of control internal dan health locus of control eksternal. Menurut Rodin dalam Theofilou (2012) seorang individu dengan health locus of control yang tinggi akan memiliki kesehatan yang lebih baik karena individu cenderung mengambil tindakan untuk meningkatkan kesehatannya. Telah banyak studi yang meneliti health locus of control sebagai prediktor dalam perilaku kesehatan. Dalam penelitian Safitri (2013) yang berjudul kepatuhan penderita DM tipe 2 yang ditinjau dari Locus of control didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kepatuhan ditinjau dari locus of control dengan nilai p=0,038. Individu yang memiliki locus of control internal memiliki tingkat kepatuhan lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang memiliki locus of control eksternal powerful others dan locus of control eksternal Chance (Safitri, 2013). Menurut Pratita (2012) health locus of control juga memiliki hubungan yang sangat signifikan terhadap kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada diabetisi dengan nilai signifikan 0,000. Sedangkan Morowathisarifabad, Mahmoodabad, Baghianimoghadam & Tonekaboni (2010) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara locus of control internal dengan kepatuhan dan hubungan negatif antara chance locus of control dengan kepatuhan pengobatan DM, sehingga tidak ada kesimpulan sebab akibat yang dapat ditarik.
6 Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas III Denpasar Utara terhadap dua responden yang mengikuti paguyuban DM didapatkan gambaran bahwa pasien tidak patuh terhadap penatalaksanaan diet DM. Ketidakpatuhan pasien terhadap diet dipengaruhi oleh keyakinan pasien bahwa kendali atas kesehatan dalam hidupnya ditentukan oleh orang lain bukan oleh dirinya sendiri. Jika pasien memiliki keyakinan eksternal, maka perawat berusaha membentuk keyakinan internal pada diri pasien agar pasien dengan senang hati patuh dan merubah perilaku demi kesembuhannya (Lestari, 2014). Berdasarkan latar belakang diatas, penting dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kepatuhan penatalaksanaan diet DM tipe 2 karena besarnya dampak negatif yang ditimbulkan. Dampak negatif yang ditimbulkan dari ketidakpatuhan adalah tidak terkendalinya kadar glukosa darah dan terjadinya komplikasi yaitu kaki diabetik. Kepatuhan penatalaksanaan diet DM tipe 2 merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM Tipe 2 dan health locus of control merupakan salah satu faktor pendorong kepatuhan. Oleh karena itu, peneliti tertarik ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan health locus of control terhadap kepatuhan penatalaksanaan diet pada pasien DM tipe 2 di Paguyuban DM Puskesmas III Denpasar Utara. 1.2. Rumusan Masalah DM merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan menyebabkan kematian apabila tidak ditangani dengan
7 baik. Kepatuhan penatalaksanaan diet merupakan salah satu pilar yang penting dalam pengelolaan DM tipe 2 dan health locus of control merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik rumusan masalah bagaimanakah hubungan antara health locus of control dengan kepatuhan penatalaksanaan diet DM? 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan health locus of control dengan kepatuhan penatalaksanaan diet DM. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Diketahui karakteristik pasien DM meliputi usia dan jenis kelamin. b. Diketahui health locus of control pada pasien DM c. Diketahui kepatuhan pasien dalam penatalaksanaan DM d. Menganalisis hubungan health locus of control dengan kepatuhan penatalaksanaan diet DM 1.4. Manfaat 1.4.1. Manfaat Praktis a. Melalui hasil ini diharapkan bagi pasien DM agar mendapatkan gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi kepatuhan diet salah satunya health locus of control internal maupun health locus of
8 eksternal pada pasien DM agar pasien lebih patuh menjalani diet DM dan terhindar dari komplikasi. b. Sebagai masukan bagi perawat agar mempertimbangkan health locus of control pasien sebagai dasar acuan untuk menumbuhkan motivasi dan kepatuhan pasien terhadap diet DM yang dijalani. 1.4.2. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitin ini diharapkan dapat menyumbangkan pengetahuan mengenai hubungan health locus of control dengan kepatuhan penatalaksanaan diet DM. b. Meningkatnya pengembangan ilmu dan keterampilan perawat dalam meningkatkan motivasi klien dalam mengikuti diet DM yang dianjurkan.