1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1. Latar Belakang... 2 1.2. Area Proyek Perubahan... 4 1.3. Ruang Lingkup... 4 1.4. Tujuan dan Manfaat... 4 1.5. Kriteria Keberhasian... 5 BAB II DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN... 7 2.1. Tahapan Proyek Perubahan... 7 2.2. Pemangku Kepentingan Proyek Perubahan... 8 2.3. Strategi Komunikasi... 9 2.4. Tim Efektif Proyek Perubahan... 10 BAB III PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN... 13 3.1. Capaian Proyek Perubahan... 13 3.2. Penggunaan Anggaran... 15 3.3. Kendala Internal dan Eksternal... 15 3.4. Strategi Mengatasi Kendala... 16 3.4. Uraian Singkat Surat Edaran... 17 BAB IV PENUTUP... 32 4.1. Kesimpulan... 32 4.2. Rekomendasi... 33 LAMPIRAN. 34
2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kominfo Nomor 1 Tahun 2016, Pasal 66, Biro Hukum mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan, penelaahan dan evaluasi peraturan perundang-undangan, serta pemberian advokasi dan bantuan hukum di lingkungan kementerian. Lebih spesifik lagi, berdasarkan Pasal 69 PM 1/2016 Bagian Peraturan Perundangundangan mempunyai tugas penyiapan koordinasi dan penyusunan, pembahasan, pengharmonisasian, dan penyuluhan peraturan perundangundangan bidang komunikasi dan informatika di lingkungan kementerian. Memperhatikan Pasal 72 PM 1/2016, Subbagian Peraturan Perundangundangan I mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan, pembahasan, pengharmonisasian, dan penyuluhan peraturan perundang-undangan di bidang sumber daya perangkat pos dan informatika serta penelitian dan pengembangan di lingkungan kementerian. Upaya meningkatkan kualitas regulasi, kepastian hukum dan perlindungan bagi warga negara telah dilakukan melalui berbagai tindakan, diperlukan tahap perencanaan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan, khususnya untuk Peraturan Menteri di Kementerian Komunikasi dan Informatika. Tahap perencanaan tersebut, Unit Kerja Eselon II Pengusul terlebih dahulu melakukan penelitian dan pengkajian terhadap kebutuhan adanya Peraturan Menteri dari aspek substansi meliputi filosofis, sosiologis, ekonomis, dan politis. Tahap perencanaan sebagaimana dijelaskan di atas akan dimuat dalam JDIH Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui penambahan fitur program legislasi (proleg) tahunan, sehingga rencana tahunan peraturan perundang-undangan (proleg jangka panjang dan proleg tahunan) dan
3 rencana tahunan peraturan menteri komunikasi dan informatika terdaftar dalam Fitur tersebut. Fitur Proleg tersebut dalam rangka memberikan informasi kepada seluruh satuan kerja eselon II di Kementerian Kominfo perihal rancangan peraturan perundang-undangan utamanya rancangan peraturan menteri yang akan disusun dan guna mempercepat proses penyusunan terhadap regulasi yang dianggap prioritas. Dalam menyusun peraturan perundang-undangan telah ditetapkan Undang-Undang 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Undang-Undang tersebut merupakan pedoman dan standar baku untuk Kementerian dan Pemerintah Daerah dalam menyusun regulasi. Pedoman Penyusunan peraturan perundangundangan dibutuhkan sebagai acuan bagi setiap satuan kerja di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika guna penyeragaman mekanisme penyusunan peraturan perundang-undangan bidang Komunikasi dan Informatika dengan pedoman penyusunan peraturan perundang-undangan yang pasti, baku, dan standar serta mengikat semua satuan kerja di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Di Kementerian Komunikasi dan Informatika telah terbit Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika Nomor 1 Tahun 2014 tentang Mekanisme Penyusunan Peraturan Perundang- Undangan pada Kementerian Komunikasi dan Informatika, namun Surat Edaran Sekretaris Jenderal tersebut belum optimal karena masih ada beberapa tata cara penyusunan atau langkah-langkah penyusunan regulasi yang belum diakomodir dalam Surat Edaran tersebut, seperti tahapan untuk menyusun Prolegnas, tahapan untuk menyusunan RUU, RPP, RPepres dan RPM secara menyeluruh dan rinci. Memperhatikan permasalahan di atas, Surat Edaran Sekjen Kementerian Komunikasi dan Informatika Nomor 1 Tahun 2014 tentang Mekanisme Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Kementerian Komunikasi dan Informatika perlu disempurnakan dan diganti.
4 1.2. Area Proyek Perubahan Proyek Perubahan ini berjudul Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Kementerian Komunikasi dan Informatika yang dibuat dalam bentuk payung hukum Surat Edaran. Area perubahan dilakukan terhadap mekanisme penyusunan peraturan perundangundangan di kementerian komunikasi dan informatika, yang semula belum mengakomodir tahapan perencanaan dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Peraturan Presiden dan Rancangan Peraturan Menteri secara menyeluruh dan rinci. Dalam Surat Edaran yang baru, mekanisme penyusunan peraturan perundang-undangan disempurnakan dan diganti dengan pedoman yang baru yang memuat tahapan penyusunan secara menyeluruh dan rinci sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Jo. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksananya. 1.3. Ruang Lingkup Ruang lingkup Surat Edaran ini meliputi: a. Perencanaan; b. Tata Cara Penyusunan; dan c. Pengundangan, Pendokumentasian dan Penyebarluasan. 1.4. Tujuan dan Manfaat a. Maksud Surat Edaran tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan ini adalah sebagai acuan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan di Kementerian Komunikasi dan Informatika.
5 b. Tujuan Surat Edaran tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan ini adalah: 1) mewujudkan keseragaman bentuk Peraturan Perundangundangan; 2) mewujudkan keterpaduan materi dan koordinasi dalam penyusunan Peraturan Perundang-undangan; 3) menjamin kesesuaian Peraturan Perundang-undangan bidang komunikasi dan informatika dengan tujuan nasional; 4) menjamin kepastian hukum; dan 5) meningkatkan sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi (JDI) Hukum Kementerian Komunikasi dan Informatika. 1.5. Kriteria Keberhasian 1) Jangka Pendek {dilakukan dalam waktu 2 (dua) bulan kedepan} adalah tercapainya: a. Pembentukan Tim Menetapkan tugas dan kewenangan Membentuk anggota TIM Menetapkan SK TIM b. Pengumpulan bahan dan data untuk penyusunan pedoman c. Rapat koordinasi dengan satuan kerja terkait Pembahasan pedoman penyusunan peraturan perundangundangan. Harmonisasi peraturan perundang-undangan dengan sekretaris Ditjn Cq. Bagian Hukum Uji Publik draft Pedoman Penyusunan Peraturan Perundangundangan d. Penetapan Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan oleh Sekretaris Jenderal. e. Tersedianya fitur program legislasi Tahunan Peraturan Perundang- Undangan dan Peraturan Menteri di Portal Kominfo JDIH.
6 2) Jangka Menengah {yang dilakukan dalam 6 (enam) bulan ke depan} Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Kementerian Komunikasi dan Informatika yang telah ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal dan menjadi acuan seluruh satuan kerja di Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menyusun regulasi. 3) Jangka Panjang (yang dilakukan dalam 2 tahun ke depan) Evaluasi dan monitoring terhadap fitur program legislasi tahunan di JDIH Kominfo Evaluasi dan monitoring terhadap pedoman penyusunan peraturan perundang-undangan di kementerian komunikasi dan informatika. Jika tujuan sebagaimana diuraikan di atas tercapai, maka Proyek Perubahan ini dapat dinyatakan berhasil sehingga memberikan kontribusi bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika. Untuk kunci keberhasilan yang harus ada dan terbangun dalam proyek perubahan ini adalah: Semangat Perubahan dan Inovasi pada diri Project Leader selaku pengusul dan penangung jawab proyek perubahan menjadi kunci utama keberhasilan proyek ini. Kelancaran proses pembahasan penyusunan pedoman peraturan perundang-undangan di Kementerian Komunikasi dan Informatika; Kelancaran koordinasi dengan bagian hukum dan Sekretaris Direktorat terkait; Kerjasama dengan tim efektif yang solid; Dukungan dari Mentor dan Sekretaris Jenderal, Kepala Biro Hukum, Sekretaris Ditjen terkait.
7 BAB II DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN 2.1. Tahapan Proyek Perubahan Proyek Perubahan berjudul Pedoman Penyusunan Peraturan Perundangundangan di Kementerian Komunikasi dan Informatika yang dibungkus dalam payung hukum Surat Edaran ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan penting seperti terlihat dalam tabel sebagai berikut: No TAHAPAN Juni 2016 Juli 2016 Agust II III IV I II III IV sd Des 2016 1. Pendahuluan (internal Biro Hukum menyampaikan maksud proyek perubahan) Menetapkan kebutuhan Tim Menetapkan tugas dan kewenangan serta anggota Tim Menetapkan SK 2. Rapat Koordinasi Biro Hukum dengan Bagian Hukum seluruh Direktorat Jenderal 3. Penyusunan konsep Pedoman Penyusunan peraturan perundang-undangan 4. Harmonisasi draft Pedoman
8 Penyusunan peraturan perundang-undangan 5. Rapat Pimpinan Eselon I (Nota Dinas) 6. Uji Publik draft Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan 7. Rapat Sinkronisasi hasil Uji Publik 8. Penetapan Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan oleh Sekretaris Jenderal 9. Penyediaan fitur Program Legislasi Tahunan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Menteri 2.2. Pemangku Kepentingan Proyek Perubahan Para pemangku kepentingan (stake holder) yang terkait dengan penyusunan Proyek Perubahan ini adalah sebagai berikut: 1. Sesditjen SDPPI 2. Sesditjen PPI 3. Sesditjen Aptika 4. Sesditjen IKP 5. Ses Balitbang SDM 6. Ses Itjen
9 Stakeholder memberikan respon positif terhadap penyusunan Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan yang dituangkan dalam Surat Edaran ini. Dalam beberapa rapat, Sesditjen melalui bagian hukum memberikan masukan terhadap penormaaan dan masukan untuk substansi Surat Edaran ini. Bentuk dukungan lain yang diberikan oleh Sesditjen dalah pembubuhan paraf dalam Pedoman ini, dan dilkukan dalam tempo waktu yang segera. Diharapkan Surat Edaran ini dapat membantu mempercepat dan mempermudah birokrasi dalam penyusunan peraturan perundang-undangan di Kementerian Komunikasi dan Informatika. 2.3. Strategi Komunikasi Strategi komunikasi yang digunakan dalam penyusunan Proyek Perubahan ini adalah sebagai berikut: 1. Koordinasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) dan tim pelaksana melalui rapat-rapat pembahasan substansi proyek perubahan; 2. Konsultansi dengan pengarah, mentor dan coach secara berkala; 3. Menginformasikan progress pelaksanaan proyek perubahan ke pengarah, mentor dan coach baik secara langsung maupun melalui sarana teknologi informasi; 4. Mendokumentasikan setiap aktivitas pelaksanaan proyek perubahan untuk dapat dikomunikasikan dengan pengarah, mentor dan coach; 5. Menyampaikan naskah Rancangan Surat Edaran tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan di Kementerian Komunikasi dan Informatika kepada Sekretaris Jenderal untuk menjadi Surat Edaran.
10 2.4. Tim Efektif Proyek Perubahan Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan di Kementerian Komunikasi dan Informatika ini dilaksanakan berkat dukungan Tim Efektif Proyek Perubahan, sebagai berikut: 10. TIM EFEKTIF DAN STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANA STRUKTUR Deskripsi STRUKTUR ORGANISASI KABAG PUU KASUBAG PUU I KASUBAG PUU II KASUBAG PUU III
11 TIM EFEKTIF MENTOR IBRAHIM JAMAL COACH YULIAR M. ZEGA PROJECT LEADER SARIATY DINAR POKJA PENYUSUN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Project Leader Pemimpin Proyek Perubahan Mentor Memberi arahan kepada project leader terhadap proyek perubahan. Coach Memberi masukan dan arahan terkait proyek perubahan dan bekerjasama dengan mentor
12 Pokja Penyusun Peraturan Perundang-undangan Memberikan masukkan terkait dengan proses pengumpulan bahan Memberikan informasi terkait dengan permasalahan penyusunan peraturan perundang-undangan Berdiskusi terkait permasalahan penyusunan peraturan perundangundangan Koordinasi untuk pembahasan pedoman penyusunan peraturan perundang-undangan Memberikan masukan untuk penormaan pedoman penyusunan peraturan perundang-undangan
13 BAB III PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN 3.1. Capaian Proyek Perubahan No Kegiatan 1. Revisi Proposal Proyek Perubahan Berdasarkan hasil Ujian Proposal 2 Rapat Koordinasi Biro Hukum dengan Bagian Hukum seluruh Direktorat Jenderal 3. Penyusunan konsep Pedoman Penyusunan peraturan perundangundangan 4. Harmonisasi dan finalisasi draft Pedoman Penyusunan peraturan perundangundangan 5. Uji Publik draft Pedoman Penyusunan Hari/Tgl/Tempat Output 10 Juni 2016 Proposal Proyek Di Biro Hukum Perubahan yang telah disempurnakan 14 Juni 2016 Hasil informal Rapat: Di Biro Hukum ruang lingkup pedoman penyusunan PUU 15 Juni 2016 Hasil Rapat: Di Biro Hukum penyusunan draf kasar pedoman penyusunan PUU 21 Juni 2016 di Hasil Rapat: Pedoman lantai 6 Gedung penyusunan PUU akan Depan Kominfo dibuat dalam bentuk Surat Edaran mengingat Mekanisme menyusunan yang lama adalah surat edaran, sehingga surat edaran harus dicabut dengan surat edaran 22 Juli 2016 Hasil Rapat: uji publik dilakukan melalui
14 Peraturan Perundangundangan 6. Permohonan Penetapan Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang- Undangan oleh Sekretaris Jenderal 29 Juli 2016 permohonan paraf Berdasarkan tabel milestone di atas, pada awal minggu ke II juni diadakan rapat untuk membahas Tim Penyusun Pedoman Penyusun Peraturan perundang-undangan ini, dan disepekati yang digunakan adalah Surat Keputusan Menteri Nomor 50 tahun 2016 tentang Tim Kordinasi Penyusun, Harmonisasi, dan Pengundangan Rancangan Peraturan Perundang-undangan bidang Kementerian Komunikasi dan Informatika. Pada milestone kedua dan ketiga rapat koordinasi dimulai untuk menyusun peraturan perundang-undangan ini, dan pada saat pembahasan ini bagian hukum atau satuan kerja yang menangani hukum memberikan masukan terhadap ruang lingkung materi muatan Pedoman tersebut. Pada milestone keempat yang diselenggarakan pada tanggal 21 Juni 2016 dilakukan harmonisasi, pembulatan dan pemantapan konsep serta finalisasi terhadap pedoman tersebut, pada rapat tersebut banyak masukan dari ini bagian hukum atau satuan kerja yang menangani hukum, adapun masukan tersebut termasuk payung hukum untuk pedoman ini menjadi Surat Edaran mengingat bahwa mekanisme penyusunan Nomor 1 tahun 2014 adalah Surat Edaran. Selain itu dibahas juga tata cara pengajuan perencanaan untuk RUU, RPP dan RPepres serta RPM secara rinci dan detail.
15 Pada milestone kelima dilakukan uji pubik sekaligus permohonan paraf oleh Sesditjen SDPPI, Sesditjen PPI, Sesditjen Aptika, Sesditjen IKP, Ses Itjen, Ses Balitbang dan SDM. Proses paraf ini dilakukan pada minggu keempat Juli 2015 dan mendapat respon positif dari semua eselon 2 terkait. Pada milestone keenam dilakukan permohonan penetapan oleh Sekretaris Jenderal kementerian Komunikasi dan Informatika, milestone ini dilakukan pada minggu ke empat Juli dan ditandatangani pada tanggal 1 Agustus 2016. Memperhatikan pelaksanaan milestone dengan seksama dan pada akhirnya Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan ini disetujui dan ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal kementerian Komunikasi dan Informatika pada tanggal 1 Agustus, sehingga Pedoman ini efektif berlaku sejak tanggal ditetapkan di seluruh Kementerian Komunikasi dan Informatika. 3.2. Penggunaan Anggaran Untuk kelancaran penyelesaian Proyek Perubahan ini, telah dikucurkan anggaran kurang lebih Rp 20.000.000 yang digunakan untuk penggadaan bahan, ATK, perjalanan dinas ke Pustiknas pada 4-5 Juli 2016 serta biaya snack dan makan siang bagi peserta rapat untuk rapat-rapat yang diselenggarakan di kantor. 3.3. Kendala Internal dan Eksternal 1. Kendala internal yang dihadapi dalam pengerjaan Proyek Perubahan ini adalah pembagian waktu antara Tugas dan Fungsi Utama sebagai Kasubag PUU II dengan Pemimpin Proyek Perubahan serta tugastugas tambahan lainnya.
16 2. SDM yang sangat terbatas di Biro Hukum. Beban kerja dan jumlah SDM yang ada di Biro Hukum tidak berbanding lurus, sehingga ketika pengerjaan tugas utama sebagai KAsubag PUU II yang membidangi PPI dan IKP sangat menyita waktu dan pikiran, sehingga pengerjaan proyek perubahan menjadi sulit untuk diprioritaskan. 3. Waktu yang terlalu sempit untuk menyelesaikan Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Kementerian Komunikasi dan Informatika yang dibuat dalam bentuk payung hukum Surat Edaran tersebut. 3.4. Strategi Mengatasi Kendala Pertama, untuk kendala internal terkait pembagian waktu yang cukup padat untuk merampungkan Proyek Perubahan ini dengan Tugas Fungsi selaku kasubag PUU II dapat diatasi dengan strategi menyelesaikan beberapa urusan di luar jam kerja, misalnya pada jam 16.00 sd 18.00 di beberapa hari kerja, dan untuk mengerjakan Notulensi atau Laporan Tugas di setiap akhir rapat pembahasan Surat Edaran mengenai Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Kementerian Komunikasi dan Informatika. Selain itu juga menyempatkan diri untuk mengerjakan beberapa hal terkait Proyek Perubahan di luar hari kerja seperti pada Hari Sabtu dan Minggu, agar tetap bisa dirampungkan pada waktunya. Kedua, untuk kendala eksternal dapat kami atasi dengan Strategi komunikasi yang efektif dengan seluruh pemangku kepentingan. Strategi komunikasi yang digunakan dalam penyusunan Proyek Perubahan ini adalah sebagai berikut: Koordinasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) dan tim pelaksana melalui rapat-rapat pembahasan substansi proyek perubahan;
17 Konsultansi dengan pengarah, mentor dan coach secara berkala; Menginformasikan progress pelaksanaan proyek perubahan ke pengarah, mentor dan coach baik secara langsung maupun melalui sarana teknologi informasi; Mendokumentasikan setiap aktivitas pelaksanaan proyek perubahan untuk dapat dikomunikasikan dengan pengarah, mentor dan coach; Menyampaikan naskah Rancangan Surat Edaran tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Kementerian Komunikasi dan Informatika kepada Sekretaris Jenderal untuk menjadi Surat Edaran. 3.4. Uraian Singkat Surat Edaran mengenai Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Kemneterian Komunikasi dan Informatika BAB I PENDAHULUAN A. Ketentuan Umum Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan: 1. Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga Negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan. 2. Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu
18 Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat. 3. Pengundangan adalah penempatan Peraturan Perundangundangan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah, Tambahan Lembaran Daerah, atau Berita Daerah. 4. Program Legislasi yang selanjutnya disebut Proleg adalah instrumen perencanaan program pembentukan Undang-Undang yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis. 5. Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden. 6. Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang- Undang sebagaimana mestinya. 7. Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundangundangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan. BAB II PERENCANAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN A. Perencanaan Peraturan perundang-undangan 1. Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di bidang komunikasi dan informatika disusun berdasarkan Perencanaan Peraturan Perundang-undangan. 2. Perencanaan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada angka (1) dilakukan terhadap Rancangan: a. Undang-Undang;
19 b. Peraturan Pemerintah; c. Peraturan Presiden; dan d. Peraturan Menteri. 3. Perencanaan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada angka (1) harus memuat: a. daftar judul; b. dasar hukum penyusunan; c. pokok-pokok materi muatan yang akan diatur; d. tahapan penyusunan;dan e. target penyelesaian. B. Alur Perencanaan 1. Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa wajib mendaftarkan usulan peraturan perundang-undangan setiap tahunnya sebagai bagian dari Perencanaan Peraturan Perundang-undangan. 2. Perencanaan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada angka (2) disampaikan oleh Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa kepada Sekretaris Jenderal dengan tembusan Biro Hukum. C. Program Legislasi 1. Perencanaan Peraturan Perundang-undangan yang disampaikan kepada Sekretaris Jenderal selanjutnya disusun menjadi Program Legislasi. 2. Program Legislasi sebagaimana dimaksud pada angka (1) berasal dari Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa sesuai dengan tugas dan fungsinya. 3. Program Legislasi sebagaimana dimaksud pada angka (2) dikoordinasikan oleh Biro Hukum dengan melibatkan Biro Perencanaan. 4. Program Legislasi sebagaimana dimaksud dalam angka (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri. 5. Dalam keadaan tertentu Menteri dapat memerintahkan Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa untuk mengajukan Rancangan
20 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika di luar Program legislasi. BAB III TATA CARA PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN A. Pembentukan Rancangan Undang-Undang (RUU) 1. Naskah Akademik a. Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa terlebih dahulu melakukan penelitian dan pengkajian terhadap kebutuhan adanya undangundang dari aspek substansi meliputi filosofis, sosiologis, yuridis, ekonomis, dan politis. b. Penelitian dan pengkajian sebagaimana dimaksud pada huruf a sebagai dasar penyusunan Naskah Akademik yang merupakan keterangan konsepsi RUU meliputi: a. latar belakang dan tujuan penyusunan; b. sasaran yang ingin diwujudkan; dan c. jangkauan dan arah pengaturan. c. Proses penyusunan Naskah Akademik RUU oleh Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa dilaksanakan satuan kerja yang tugas dan fungsinya di bidang hukum dengan melibatkan Biro Hukum. d. Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa melaporkan perkembangan penyusunan Naskah Akademik RUU kepada Menteri Kominfo dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal dan Biro Hukum. e. Setelah mendapatkan persetujuan Menteri, Naskah Akademik RUU disampaikan oleh Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa pemrakarsa atas nama Menteri Kominfo kepada Menteri Hukum dan HAM c.q Kepala BPHN untuk dilakukan penyelarasan terhadap sistematika dan materi muatan Naskah Akademik. f. Tata cara mengenai penyusunan Naskah Akademik mengacu pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Presiden
21 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. 2. Program legislasi nasional (Prolegnas) a. Prolegnas Jangka Menengah 1) Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa menyampaikan usulan RUU yang akan dimasukkan dalam Prolegnas Jangka Menengah kepada Sekretaris Jenderal dengan tembusan kepada Biro Hukum dan Biro Perencanaan. 2) Sekretaris Jenderal c.q. Biro Hukum menyampaikan usulan RUU yang akan dimasukkan dalam Prolegnas Jangka Menengah kepada Menteri Kominfo. 3) Menteri Kominfo menyampaikan rancangan Prolegnas jangka menengah kepada: (a) Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; (b) Menteri Sekretaris Negara; (c) Menteri Keuangan; dan (d) Menteri Dalam Negeri, untuk disepakati dan dituangkan ke dalam Prolegnas jangka menengah sebagai prioritas kerangka regulasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. b. Prolegnas Tahunan 1) Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa menyampaikan usulan RUU yang akan dimasukkan dalam Prolegnas Tahunan kepada Sekretaris Jenderal dengan tembusan kepada Biro Hukum dan Biro Perencanaan. 2) Usulan sebagaimana dimaksud pada angka 1) harus melampirkan dokumen kesiapan teknis yang meliputi: a) Naskah Akademik; b) surat keterangan penyelarasan Naskah Akademik dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Hukum dan HAM; c) Rancangan Undang-Undang;
22 d) surat keterangan telah selesainya pelaksanaan rapat panitia antarkementerian dan/atau antarnonkementerian dari Pemrakarsa; dan e) surat keterangan telah selesainya pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Undang-Undang dari Menteri Hukum dan HAM. 3) Usulan sebagaimana dimaksud pada angka (1) dan (2) disampaikan oleh Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa sebelum bulan Agustus setiap tahunnya sesuai jadwal prolegnas tahunan diselenggarakan oleh BPHN. 4) Menteri Kominfo c.q. Biro Hukum menyampaikan rancangan Prolegnas Tahunan kepada Menteri Hukum dan HAM c.q Kepala BPHN. 5) Tata cara mengenai Prolegnas mengacu pada Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Presiden tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. 3. Rancangan Undang-Undang (RUU) a. Proses penyusunan RUU oleh Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa dilaksanakan satuan kerja yang tugas dan fungsinya di bidang hukum dan bersama-sama dengan Biro Hukum. b. Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa membentuk panitia antarkementerian dan/atau antar non kementerian. c. RUU yang telah final disampaikan oleh Menteri Kominfo cq. Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa RUU kepada Menteri Hukum dan HAM c.q Direktur Jenderal Peraturan Perundangundangan untuk dilakukan harmonisasi, pembulatan dan pemantapan konsepsi. d. Tata cara mengenai penyusunan RUU mengacu pada Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Presiden RI
23 Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Presiden tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. B. Pembentukan Rancangan Peraturan Pemerintah 1. Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. 2. Rancangan Peraturan Pemerintah disiapkan oleh Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa dengan melibatkan Biro Hukum. 3. Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa menyampaikan usulan Rancangan Peraturan Pemerintah yang akan dimasukkan dalam perencanaan program penyusunan Peraturan Pemerintah kepada Sekretaris Jenderal dengan tembusan Biro Hukum dan Biro Perencanaan. 4. Dalam keadaan tertentu, Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa dapat menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah di luar perencanaan program penyusunan Peraturan Pemerintah. 5. Dalam menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada angka 4, Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa harus terlebih dahulu mengajukan permohonan izin prakarsa kepada Presiden. 6. Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah, Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa Pemrakarsa membentuk panitia antar kementerian dan/atau antar non kementerian. 7. Tata cara penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah, dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Presiden tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. C. Pembentukan Rancangan Peraturan Presiden
24 1. Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa menyusun Rancangan Peraturan Presiden yang berisi materi: a. yang diperintahkan oleh Undang-Undang; b. untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah; atau c. untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan Pemerintahan. 2. Rancangan Peraturan Presiden disusun oleh Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa dengan melibatkan Biro Hukum. 3. Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa menyampaikan usulan Rancangan Peraturan Presiden yang akan dimasukkan dalam perencanaan program penyusunan Peraturan Presiden kepada Sekretaris Jenderal dengan tembusan Biro Hukum dan Biro Perencanaan. 4. Dalam hal perencanaan program penyusunan Peraturan Presiden dalam rangka melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan Pemerintahan, Menteri Kominfo melalui Unit Kerja Eselon I pemrakarsa terlebih dahulu mengajukan permohonan izin prakarsa kepada Presiden. 5. Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa dapat menyusun Rancangan Peraturan Presiden di luar perencanaan program penyusunan Peraturan Presiden. 6. Dalam menyusun Rancangan Peraturan Presiden sebagaimana dimaksud pada angka 5, Menteri Kominfo melalui Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa harus terlebih dahulu mengajukan permohonan izin prakarsa kepada Presiden. 7. Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, Menteri melalui Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa membentuk panitia antar kementerian dan/atau antar non kementerian. 8. Tata cara penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan
25 Presiden RI Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Presiden tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. D. Pembentukan Rancangan Peraturan Menteri 1. Naskah Kebijakan a. Satuan Kerja Eselon II Pemrakarsa terlebih dahulu melakukan penelitian dan pengkajian terhadap kebutuhan adanya Peraturan Menteri dari aspek substansi meliputi cost benefit analysis. b. Penelitian dan pengkajian sebagaimana dimaksud pada huruf a dirumuskan dalam Naskah Kebijakan paling sedikit memuat: (1) Pendahuluan yang meliputi latar belakang, sasaran yang akan dicapai, identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan bagi masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah; (2) Jangkauan, arah pengaturan, dan ruang lingkup; dan (3) Materi muatan. c. Satuan Kerja Eselon II Pemrakarsa menyampaikan usul inisiatif dengan disertai Naskah Kebijakan perlunya disusun Peraturan Menteri kepada Sekretaris Jenderal dengan tembusan kepada Biro Hukum. 2. Bentuk Dan Standar Pengetikan a. Standar pengetikan Peraturan Menteri untuk naskah asli menggunakan: 1. kertas ukuran F4 dengan berat 80 gram; 2. jenis huruf Bookman Old Style; dan 3. ukuran huruf 12. b. Format softcopy naskah asli sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah sebagai berikut:
26
27
28 3. Koordinasi dengan Satuan Kerja terkait Dalam hal diperlukan, penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Kominfo dikoordinasikan dengan instansi terkait lainnya di luar lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika. 4. Pengharmonisasian, Pembulatan, dan Pemantapan Konsepsi a. Sekretaris Unit Kerja Eselon II Pemrakarsa menyampaikan
29 Nota Dinas permohonan harmonisasi, pembulatan dan pemantapan konsepsi terhadap Rancangan Peraturan Menteri kepada Biro Hukum tembusan Sekretaris Jenderal. b. Penyampaian Nota Dinas permohonan harmonisasi, pembulatan dan pemantapan konsepsi sebagaimana dimaksud pada huruf (a) melampirkan: 1. Rancangan Peraturan Menteri; 2. Naskah Kebijakan; 3. soft copy Rancangan; c. Biro Hukum melaksanakan harmonisasi, pembulatan dan pemantapan konsepsi terhadap Rancangan Peraturan Menteri paling lama 1 (satu) bulan setelah nota dinas disampaikan oleh Sekretaris Unit Kerja Eselon II pemrakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1). 5. Uji Publik a. Rancangan Peraturan Menteri Kominfo wajib melaksanakan uji publik dengan melibatkan pemangku kepentingan. b. Uji publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui: 1) Rapat dengan pemangku kepentingan; dan 2) Website kominfo c. Satuan Kerja Eselon II Pemrakarsa menyampaikan Nota Dinas perihal permohonan uji publik melalui website sebagaimana dimaksud pada angka (2) huruf b kepada Menteri Cq Pusat Informasi dan Humas, Sekretariat Jenderal dengan tembusan Sekretaris Jenderal dan Biro Hukum. d. PIH menyelenggarakan uji publik melalui website setelah mendapat persetujuan Menteri. e. Satuan Kerja Eselon II Pemrakarsa membahas hasil uji publik dengan melibatkan Biro Hukum dan Bagian Hukum satuan Kerja Eselon II Pemrakarsa.
30 6. Rapat Pimpinan Regulasi a. Dalam diperlukan, Sekretaris Jenderal cq Biro Hukum melaksanakan Rapat Pimpinan Regulasi untuk membahas Rancangan Peraturan Peraturan Perundang-undangan yang diusulkan oleh Unit Kerja pemrakarsa. b. Rapat Pimpinan Regulasi sebagaimana dimaksud pada huruf a untuk rancangan peraturan menteri dilaksanakan setelah proses harmonisasi, pembulatan dan pemantapan konsepsi. c. Rapat Pimpinan Regulasi sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat dilakukan melalui Rapat pembahasan yang dihadiri para eselon I yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal. d. Dalam hal Rapat Pimpinan Regulasi tidak dapat dilaksanakan dikarenakan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dimaksud mendesak, maka Rapat Pimpinan Regulasi dapat diganti dengan sirkulasi nota dinas. e. Pimpinan Unit Kerja Eselon I wajib memberikan paraf pada setiap halaman Rancangan Peraturan Menteri apabila Rapat Pimpinan Regulasi diganti Sirkulasi nota dinas sebagaimana dimaksud pada huruf d. f. Biro Hukum menyampaikan Nota Dinas pengembalian kepada Sekretaris Unit Kerja Eselon II Pemrakarsa Pemrakarsa setelah menyelesaikan proses harmonisasi, pembulatan dan pemantapan konsepsi dan Rapat Pimpinan. 7. Penetapan a. Dalam hal diperlukan, setelah selesai proses harmonisasi, pembulatan dan pemantapan konsepsi dan Rapat Pimpinan, Pimpinan Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa dapat menyampaikan Peraturan Menteri yang telah ditetapkan oleh Menteri kepada Menkopolhukam. b. Unit Kerja Eselon I Pemrakarsa menyampaikan Nota Dinas Permohonan Penetapan Rancangan Peraturan Menteri kepada Menteri setelah diparaf oleh Pimpinan Unit Kerja
31 Eselon I Pemrakarsa terkait. c. Permohonan Nota Dinas penetapan sebagaimana disertai 3 (tiga) rangkap Rancangan Menteri dan soft copy. 8. Penomoran Biro Hukum Cq. Bagian yang tugas dan fungsinya bidang dokumentasi memberikan penomoran terhadap Peraturan Menteri yang telah ditandatangi oleh Menteri. BAB IV PENGUNDANGAN, PENDOKUMENTASIAN DAN PENYEBARLUASAN Pengundangan a. Biro Hukum cq. Bagian yang tugas dan fungsinya penyusunan peraturan perundang-undnagan menyampaikan Peraturan Menteri yang telah ditetapkan kepada Direktur Jenderal Peraturan Perundangundangan, Kementerian Hukum dan HAM untuk diundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. b. Pengundangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan naskah dan Softcopy Peraturan Menteri. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pedoman ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
32 BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Dengan ditetapkannya Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan di Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai pengganti Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika Nomor 1 Tahun 2014 diharapkan penyusunan peraturan perundang-undangan dapat dilakukan lebih cepat dan tepat. Proses Perencaan yang dimuat sebagai materi muatan dalam Surat Edaran tersebut diharapkan dapat membantu Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menentukan prioritas rancangan peraturan. Selain itu diharapkan tahapan perencanaan dalam pembuatan regulasi ini dapat memuat CBA (Cost Benefit Analize) yang lebih memihak terhadap masyarakat dan sesuai dengan Restra dan RPJMN jangka waktu menengah (lima tahunan), sehingga tujuan Pemerintahan yang dituangkan didalamnya dapat tercapai untuk kesejahteraan masyarakat yang sebesar-besarnya. Melalui tahap perencanaan, penyusunan, pembahasan, harmonisasi, pembulatan dan pemantapan konsepsi, uji publik, Rapat Pimpinan, Penetapan sampai tahap pengundangan dimuat dengan jelas dalam Pedoman ini dan disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011. Dalam pedoman ini juga dimuat tahapan pembuatan Naskah Akademis/Naskah kebijakan, Prolegnas, Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Peraturan Presiden serta Rancangan Peraturan Menteri secara
33 rinci, sehingga unit kerja eselon I atau satuan kerja eselon II dapat terbantu dengan adanya mekanisme dan tahapan yang lebih jelas. Selain manfaat diatas, dengan ditetapkannya Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan ini diharapkan dapat mewujudkan keseragaman bentuk Peraturan Perundang-undangan, mewujudkan keterpaduan materi dan koordinasi dalam penyusunan Peraturan Perundang-undangan, menjamin kesesuaian Peraturan Perundang-undangan bidang komunikasi dan informatika dengan tujuan nasional, menjamin kepastian hukum. 4.2. Rekomendasi Proyek Perubahan berjudul Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang- Undangan di Kementerian Komunikasi dan Informatika ini telah ditetapkan melalui Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika Nomor 2 tahun 2016 dapat dilaksanakan dan Pedoman ini dijadikan acuan, standard baku untuk Kementerian Komunikasi dan informatika dalam menyusun peraturan perundangundangan, dan dalam waktu dekat diharapkan Pedoman ini dapat ditingkatkan levelnya menjadi Peraturan Menteri sebagai salah satu paying peraturan perundang-undangan yang diakui oleh Pasal 7 dan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011.
34 LAMPIRAN 1. Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Kementerian Komunikasi dan Informatika. 2. Proposal Proyek Perubahan. 3. Surat Keputusan Menteri Nomor 50 tahun 2016 tentang Tim Kordinasi Penyusun, Harmonisasi, dan Pengundangan Rancangan Peraturan Perundang-undangan bidang Kementerian Komunikasi dan Informatika. 4. Surat Tugas Diklat Kepemimpinan Tingkat IV. 5. Surat Undangan dan Notulensi Rapat Penyusunan Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Kemneterian Komunikasi dan Informatika. 6. Foto-Foto Kegiatan Rapat Penyusunan Proyek Perubahan. 7. Bukti-Bukti Pendukung Proyek Perubahan Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Kemneterian Komunikasi dan Informatika. 8. Nota Dinas dari Kepala Biro Hukum kepada Para Sesditjen di Kemneterian Komunikasi dan Informatika Nomor 467/SJ.4/HK.01.02/07/2016 tentang Rancangan Surat Edaran Sekretaris Jenderal tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Kemneterian Komunikasi dan Informatika. 9. Nota Dinas dari Kepala Biro Hukum kepada Sekretaris Jenderal Nomor 471/SJ.4/HK.01.02/07/2016 tentang Rancangan Surat Edaran Sekretaris Jenderal tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Kemneterian Komunikasi dan Informatika. 10. Lembaran Koreksi Penguji, Mentor dan Coach pada Ujian Proyek Perubahan.