BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlaksananya pendidikan dan tersampainya ilmu pengetahuan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

Oleh: Rini Subekti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung ataupun tidak tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1981:3). Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

IRMA YUNI ABSTRAK. Kata kunci : Hipotesis, Signifika, Esai, Alur, Tema. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa.

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat. mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran berbahasa mempunyai peranan yang sangat penting, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang lainnya. Selain itu, pembelajar juga harus aktif dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) universitas juga diberikan mata pelajaran bahasa Indonesia.

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa. Sastra terbagi menjadi beberapa jenis misalnya puisi, cerpen, novel,

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan utama

BAB I PENDAHULUAN. benar. Seseorang dapat dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika pembacanya

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman,

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Noken 2(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah. Pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Pada prinsipnya

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup empat jenis yaitu keterampilan menyimak (listening skill),

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speaking Skill), Membaca (Reading Skill),

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas.

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang

BAB I PENDAHULUAN. menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi sosial yang bersifat konvensional dan arbitreir.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilanketerampilan

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara dalam mengenyam pendidikan. Mulai dari sekolah dasar,

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa kelas X. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang saat ini berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan satu sama lain. pada dasarnya belajar bahasa diawali dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa mempunyai empat komponen keterampilan. Keempat keterampilan ini pada dasarnya merupakan suatu kesatuan dan dikenal dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan meyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills) (Tarigan, 2005 : 1). Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang disebutkan di atas. Morsey dalam Tarigan (2005 : 4) menyatakan bahwa : Menulis dipergunakan oleh orang terpelajar untuk mencatat/merekam, meyakinkan, melaporkan/memberitahukan, dan mempengaruhi ; dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan itu tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat. Berdasarkan pendapat Morsey tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis tidaklah mudah dan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang teratur untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. Selain itu, siswa sebagai orang terpelajar juga sangat perlu mengembangkan keterampilan menulisnya, agar terampil mengungkapkan ide, gagasan, dan pendapatnya dengan menjelmakannya ke dalam bentuk lambang bahasa yang tertulis. 1

2 Dalam hal pembelajaran menulis di sekolah, menulis naskah drama menjadi hal yang perlu dimplementasikan oleh siswa SMP kelas VIII, karena telah menjadi salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Materi ini terdapat dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP), yakni : Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama. Naskah drama merupakan rencana lakon drama berupa adegan demi adegan yang tertulis secara rinci. Naskah drama biasanya menggunakan kalimat langsung lengkap dengan penjelasan sikap, gerak, latar, dan cara pengungkapan yang dilakukan pelaku drama ( Suprihadi, 2009 : 34 ). Pencapaian dari materi ini diharapkan siswa dapat menulis naskah drama sesuai dengan kaidahnya serta mampu mengambil manfaat atau pelajaran hidup yang dipetik dari kisah yang dipaparkan dalam naskah drama tersebut Saat ini banyak pihak yang menilai bahwa pembelajaran menulis naskah drama di sekolah sekolah belum mencapai hasil yang memuaskan. Di sekolahsekolah naskah drama merupakan suatu karya sastra yang paling tidak diminati siswa. Minat siswa dalam mempelajari karya sastra yang terbanyak adalah prosa, puisi, lalu drama. Hal ini disebabkan adanya fenomena ketika siswa menghayati naskah drama yang berbentuk dialog itu. Hakikatnya siswa memerlukan suatu ketelitian yang lebih dibanding dengan memahami prosa atau puisi. (M.F. Rina Aryani, dkk. Jurnal Penelitian Pembinaan dan Pementasan Teater Sekolah serta Fungsinya dalam Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI SMA Pangudiluhur Surakarta. Vol. 11, No. 2, Agustus 2010: 182-198).

3 Fenomena lain, yakni masih banyak siswa yang beranggapan bahwa kegiatan menulis naskah drama sangat sulit dan membosankan, ini disebabkan karena ketidakbiasaan dalam menulis sastra. Siswa cenderung tidak memiliki ide sehingga siswa tidak mengerti hal apa yang harus mereka imajinasikan dan mereka tuliskan. Kalau pun ada yang memiliki ide,tetapi mereka tidak terampil menuangkannya dalam naskah drama. Hal ini didapat dari hasil survei pada waktu melakukan Praktek Pengalaman Lapangan Terpadu (PPL- T) di SMP Negeri 2 Tanjung Pura, Langkat. Didukung juga oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Mawaddah Khairiani dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Strategi Pembelajaran Kreatif Produktif Terhadap Kemampuan Menulis Naskah Drama Kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar Masilam Tahun Pembelajaran 2011/2012. Yang menyatakan bahwa kemampuan menulis naskah drama dengan menggunakan strategi pembelajaran kreatif produktif tergolong cukup. Hal ini terlihat dari nilai rata rata 6,8 atau di bawah rata-rata yang diharapkan dari tujuan pembelajaran. Rendahnya minat siswa untuk mempelajari drama tidak hanya dipengaruhi oleh bentuk drama yang berupa dialog. Karya sastra berbentuk dialog memang rumit sehingga untuk mempelajarinya diperlukan suatu ketelitian lebih. Faktor lain yang mempengaruhi minat siswa untuk mempelajari drama di antaranya adalah karena metode mengajar yang digunakan oleh guru masih sangat berorientasi pada teori-teori sehingga siswa merasa bosan dan tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran drama. (M.F. Rina Aryani, dkk. Jurnal Penelitian Pembinaan dan Pementasan Teater Sekolah serta Fungsinya dalam Pembelajaran

4 Apresiasi Drama di Kelas XI SMA Pangudiluhur Surakarta. Vol. 11, No. 2, Agustus 2010: 182-198). Menurut Hardianto (dalam Jurnal Media Pendidikan sebagai Sarana Pembelajaran yang Efektif Vol. 1 Mei 2005 : 96-114), alat/media pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting sebagai usaha yang dapat digunakan untuk menciptakan suasana belajar yang efektif,. Sebab alat/media pendidikan merupakan sarana yang membantu proses pembelajaran terutama yang berkaitan dengan indera pendengaran dan penglihatan. Adanya media pembelajaran bahkan dapat mempercepat proses belajar mengajar menjadi efektif dan efisien dalam suasana yang kondusif karena dapat membuat pemahaman peserta didik lebih cepat. Beranjak dari kenyataan di atas, menulis naskah drama membutuhkan media pembelajaran yang tidak hanya membantu siswa memahaminya, tetapi juga akan memberikan motivasi untuk menulis naskah drama. Tujuan pembelajaran yang kurang tercapai tentunya akan menjadi permasalahan dalam dunia pendidikan dan perlu dicari solusinya. Salah satu solusi yang dapat diupayakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal adalah dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Dengan adanya berbagai media pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa. Adapun media pembelajaran yang di asumsikan dapat meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa tersebut adalah media photo story (foto cerita).

5 Menurut Daryanto (2011:108), photo story (foto cerita) adalah bentuk penyajian gambar foto yang diambil berdasarkan topik atau peristiwa yang dibutuhkan sehingga tersusun, kemudian setiap gambar foto tersebut mampu bercerita dengan maksud mengambil makna yang ada pada foto tersebut. Menurut Encarta dalam Hermawan ( 2006 : 18), photo story (foto cerita) merupakan kisah yang diceritakan melalui serangkaian foto. Sedangkan menurut Sedayu (2010), photo story (foto cerita) adalah kumpulan karya foto yang dibuat dengan tujuan untuk menyampaikan cerita dari suatu tempat, peristiwa, ataupun sebuah isu yang ada. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media photo story merupakan bentuk kumpulan foto yang disertai dengan tulisan yang dapat menjelaskan atau menceritakan makna yang ada dalam foto tersebut. Salah satu dari keunggulan photo story adalah memiliki karakteristik yang lebih hidup. Media ini dikemas dalam bentuk foto yang disertai cerita sehingga mampu menarik minat siswa untuk memahami arti foto tersebut, terutama bagi kepentingan pengajaran. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk menggunakan media photo story dalam pembelajaran menulis naskah drama satu babak. Di dalam penggunaan media photo story dalam materi menulis naskah drama satu babak, guru menyuruh siswa untuk memperhatikan setiap urutan gambar photo story dan kalimat-kalimat informasi yang berkenaan dengan peristiwa yang ada dalam cerita foto yang disediakan oleh guru. Kemudian guru mengajak siswa untuk menganalisis tema, tokoh, latar, alur cerita yang tergambar jelas pada peristiwa yang ada di setiap urutan foto-foto yang ditampilkan. Dan

6 terakhir, siswa ditugaskan untuk menulis naskah drama satu babak berdasarkan pemahamannya terhadap cerita yang terdapat dalam rangkaian cerita photo story yang diamatinya. Jadi, media photo story digunakan sebagai media sumber ide untuk memancing siswa lebih mudah untuk menentukan tema, judul, latar, alur cerita, tokoh, perwatakan dan bayangan dialog-dialog yang akan dituliskannya ke dalam naskah drama. Dengan penggunaan media photo story, diharapkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan kemampuan menulis naskah dramanya. Sehubungan dengan itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitan dengan judul Pengaruh Media Photo Story (Foto Cerita) terhadap Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Padang Sidimpuan Tahun Pembelajaran 2012/2013. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ditemukan banyak hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam menulis naskah drama. Masalah yang dianggap paling relevan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya kemampuan dan minat siswa dalam menulis naskah drama. 2. Kurangnya kemampuan siswa untuk mendapat gambaran ide untuk menulis kreatif naskah drama. 3. Masih ada guru yang belum memanfaatkan atau mengembangkan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran.

7 4. Penggunaan media photo story (foto cerita) diduga dapat membantu meningkatkan hasil belajar menulis naskah drama yang lebih baik. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi hanya membahas permasalahan pada : 1. Pengaruh media photo story (foto cerita) 2. Kemampuan menulis kreatif naskah drama satu babak oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padang Sidimpuan. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan diteliti adalah : 1. Bagaimanakah kemampuan menulis naskah drama satu babak siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padang Sidimpuan tahun pembelajaran 2012/2013 sebelum menggunakan media photo story (foto cerita)? 2. Bagaimanakah kemampuan menulis naskah drama satu babak siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padang Sidimpuan tahun pembelajaran 2012/2013 setelah menggunakan media photo story (foto cerita)? 3. Apakah media photo story (foto cerita) berpengaruh terhadap kemampuan menulis naskah drama satu babak pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padang Sidimpuan tahun pembelajaran 2012/2013?

8 E. Tujuan Penelitian Merujuk pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap kemampuan menulis naskah drama satu babak pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padang Sidimpuan tahun pembelajaran 2012/2013 sebelum menggunakan media photo story (foto cerita). 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap kemampuan menulis naskah drama satu babak pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padang Sidimpuan tahun pembelajaran 2012/2013 setelah menggunakan media photo story (foto cerita). 3. Mendeskripsikan pengaruh media photo story (foto cerita) terhadap kemampuan menulis kreatif drama satu babak pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Padang Sidimpuan tahun pembelajaran 2012/2013. F. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka manfaat penelitian ini adalah : 1. Siswa Dengan pemanfaatan media photo story (foto cerita) ini mempermudah siswa dalam menulis naskah drama. Terutama dalam memunculkan dan mengembangkan ide.

9 2. Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong guru Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa dan media photo story (foto cerita) diharapkan dapat menjadi media dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya pokok bahasan penulisan naskah drama satu babak. 3. Peneliti Mendapatkan informasi tentang tingkat hasil belajar bahasa dan sastra Indonesia siswa dengan menggunakan media photo story (foto cerita) di sekolah menengah pertama dan aktifitas siswa. 4. Pembaca Memberikan tambahan informasi mengenai media dalam mengembangkan kemampuan menulis naskah drama satu babak.