BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang- Undang Sisdiknas No. 2 Tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Secara umum Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Dalam pelaksanaan pembelajaran, tugas utama seorang guru adalah mengajar, mendidik, dan melatih peserta didik mencapai taraf kecerdasan, ketinggian budi pekerti, dan ketrampilan yang optimal. Agar dapat mampu melaksanakan tugasnya dengan baik guru harus menguasai berbagai kemampuan dan keahlian. Guru dituntut menguasai materi pelajaran dan mampu menyajikan dengan baik serta mampu menilai kinerjanya. Pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mencakup materi yang cukup luas dan dalam pelaksanaannya guru dituntut untuk menyelesaikan target ketuntasan belajar siswa, sehingga perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi, metode, media dan alat peraga serta sumber belajar yang memadai. Namun tidak sedikit guru dalam proses pembelajarannya tidak menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang tepat, tidak menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi, serta tidak menggunakan sumber belajar yang memadai. Berdasarkan temuan Depdiknas ( 2007 ), dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan dari standar isi mata pelajaran Matematika, Karena guru dalam menerapkan pembelajaran lebuh menekankan pada metode yang mengaktifkan guru, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak menggunakan metode ceramah dan kurang 1
mengoptimalkan media pembelajaran. Sehingga siswa kurang kreatif dalam pembelajaran Pasal pasal mengenai bilangan dan operasi operasinya (termasuk Operasi Hitung Campuran) merupakan bagian yang sangat penting di dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar. Akan tetapi justru bagian inilah yang biasanya sangat membosankan bagi siswa, sehingga diperlukan kreativitas guru untuk meningkatkan kemandirian dan keaktifkan dalam pembelajaran dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mencari, mengusahakan dan menemukan bersama bekerja secara kelompok operasi hitung campuran. Sudah mulai diajarkan di kelas IV SD. Sesuai kurikulum KTSP, kompetensi yang akan dicapai pada pembelajaran materi ini adalah siswa dapat menentukan suatu bilangan operasi hitung campuran dan menyelesaikan masalah yang melibatkan operasi hitung campuran. Operasi hitung yang hanya terdiri dari salah satu operasi saja (misalnya hanya penjumlahan atau perkalian, sehingga penanaman konsep tersebut kepada siswa lebih mudah. Kesulitan akan dihadapi guru ketika akan menanamkan konsep operasi hitung campuran, karena tingkat keabstrakannya lebih tinggi dibanding dengan konsep tunggal. Kesulitan yang dihadapi guru dalam menanamkan konsep operasi hitung campuran, berakibat siswa sulit mengerjakan soal soal yang berkaitan dengan operasi hitung campuran, apalagi jika bilangan yang akan dicari bilangan besar. Siswa mungkin bisa mengerjakan, tetapi waktu yang dibutuhkan sangat lama. Demikian pula yang terjadi di kelas IV tahun 2011/2012 sewaktu mempelajari materi Operasi Hitung Campuran. Setelah diadakan dua kali ulangan ternyata hasilnya masih di bawah KKM indikator (70). Dari jumlah 14 siswa yang ada, hanya 5 anak atau 36% yang telah mencapai tingkat penguasaan terhadap materi itu. Melihat hasil dari dua kali ulangan masih seperti itu, untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi Operasi Hitung Campuran, penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas. 2
1.2. Identifikasi Masalah Sebagai guru Kelas IV SD Negeri Purbo 03 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang, penulis merasa perihatin setelah mengetahui hasil ulangan matematika pada materi pokok Operasi Hitung Campuran. Pada ulangan harian yang diadakan, hanya 5 anak atau 36% yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar. Dengan begitu masih ada 64% siswa yang belum dapat menguasai materi. Dalam proses pembelajaran berlangsung, suasana kelas cukup kondusif dan terlihat tenang. Penulis menerangkan cara mencari hasil dari pengerjaan hitung yang melibatkan (penjumlahan dan perkalian) siswa kelihatan masih dapat mengikuti. Tetapi ketika penulis mulai menggunakan lebih dari dua Operasi Hitung Campuran ekspresi kebingungan mulai tampak di wajah mereka. Memang tidak ada pertanyaan penulis tahu bahwa siswa belum paham terhadap materi ini. Perkiraan penulis akhirnya terbukti dengan melihat nilai hasil ulangan yang masih rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis melakukan instropeksi atas kejadian tersebut. Dengan bantuan rekan guru, Kepala Sekolah, dan Supervisor penulis mengidentikasikan apa kekurangan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil identifikasi dari temuan penulis, rekan guru supervisor dan kepala sekolah adalah sebagai berikut : a. Ketidakmampuan siswa terhadap penguasaan materi serta kurangnya pemahaman penerapan konsep aturan pengerjaan Operasi Hitung campuran. b. Model pembelajaran yang penulis lakukan tidak efektif sehingga siswa kurang tertarik. c. Minim dalam penggunaan media pembelajaran (alat peraga ) d. Metode yang dipakai tidak pas. e. Karena kurang paham akhirnya siswa banyak yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal. f. Hasil belajar siswa yang masih sangat rendah yaitu di bawah KKM yaitu nilai 35. 3
1.3. Analisis Masalah 1.3.1. Proses Analisis Masalah Ketika mengetahui hasil ulangan siswa sangat kurang, penulis melakukan refleksi diri, melakukan instropeksi untuk mengingat kembali apa saja yang telah penulis lakukan selama ini dalam KBM, apakah cara mengajar penulis yang kurang tepat menganalisa kembali tugas tugas yang telah penulis berikan pada siswa dan bahan pelajaran yang dipakai serta menganalisa balikan (feed back) terhadap pelajaran siswa. 1.3.2. Faktor penyebab munculnya masalah Dari hasil identifikasi masalah yang dilakukan penulis, rekan, guru, supervisor dan kepala sekolah dapat ditemukan bahwa sumber ketidakberhasilan siswa dalam menguasai pelajaran matematika pada materi pokok Operasi Hitung Campuran adalah sebagai berikut : - Guru kurang dalam mengembangkan metode pembelajaran. - Fasilitas yang digunakan dalam pembelajaran minim. - Rendahnya motivasi siswa dalam belajar. - Kurangnya pemberian contoh dan latihan pada siswa. - Penggunaan metode yang kurang tepat. - Siswa takut untuk bertanya. - Selama ini siswa bekerja secara individu. Teori yang mendukung munculnya masalah, hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh mutu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM),(Dunne dan Wragg, 1988). Kualitas KBM sangat dipengaruhi oleh tingkat profesionalisme guru, fasilitas pembelajaran dan motivasi siswa di suatu sekolah. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan tujuannya adalah untuk memperbaiki kinerja guru sehingga kualitas pembelajaran menjadi lebih meningkat. Jika guru mempunyai tingkat profesionalitas yang memadahi, fasilitas pembelajaran dan motivasi siswa cukup tinggi, dapat diharapkan mutu KBM di sekolah tersebut akan baik dan tentunya akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. 4
1.4. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan kurangnya penguasaan sebagian siswa terhadap materi pelajaran, maka rumusan masalah yang menjadi fokus perbaikan pembelajaran adalah Apakah metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar tentang Operasi Hitung Campuran pada siswa kelas IV SD Negeri Purbo 03 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Semester II Tahun Pelajaran 2011 / 2012? 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah : Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika khususnya dalam operasi hitung campuran pada siswa Kelas IV SD Negeri Purbo 03 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 melalui metode kerja kelompok. 1.6. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian perbaikan pembelajaran : 1.6.1. Bagi Siswa Dengan diterapkannya metode kerja kelompok akan memudahkan siswa untuk mencari hasil Operasi Hitung Campuran dalam waktu yang cepat dan cara yang mudah serta meningkatkan hasil belajar. 1.6.2. Bagi Guru 1.6.2.1. Membantu guru memperbaiki proses pembelajaram. 1.6.2.2. Membantu guru berkembang secara profesional. 1.6.2.3. Aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. 1.6.2.4. Meningkatkan rasa percaya diri. 1.6.2.5. Meningkatkan kemampuan mengembangkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 1.6.2.6. Meningkatkan kompetensi profesi melalui berbagai kegiatan. 5
1.6.3. Bagi Sekolah 1.6.3.1. Mempunyai guru yang profesional. 1.6.3.2. Meningkatkan suatu pembelajaran di sekolah. 1.6.3.3. Meningkatkan kompetensi professional antar guru di sekolah. 6