BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan memepertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia. Melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan, dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas). Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan professional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptive yang disebabkan oleh gangguan bio-psikososial dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa). Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, menunjukkan 450 juta orang mengalami gangguan jiwa didapati di negaranegara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Pada wilayah Asia Tenggara, hampir satu per tiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami gangguan neuropsikiatri, sedangkan di Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa. (Yosep, 2009). Pada dasarnya masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO
meperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 yang dimaksud Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tersirat bahwa kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari kesehtan dan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan orang lain. Keperawatan jiwa bersifat multi dimensional yang termasuk dalam dimensi tersebut ialah responsibilitas, fungsi, peran dan ketrampilan yang memerlukan body of knowledge yang spesifik. Dimensi tersebut dimanifestasikan melalui karakteristik peran / proses dan tingkah laku dari Perawat jiwa meliputi pengkajian diagnosa, investasi terhadap keadaan urgen dan tidak urgen dari individu tanpa memandang usia, trase dan prioritas, serta persiapan terhadap bencana ( Yosep, 2009 ). Resiko Perilaku kekerasan biasanya dilakukan oleh pasien skizofreina jenis paranoid dengan ciri-ciri : a) Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan. b) Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil.
c) Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsi-kan pengalaman dengan menyalah-artikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan. Sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan bunuh diri, kemiskinan dan himpitan ekonomi, menyebabkan orang menderita gangguan kesehtan jiwa dan banyak yang memilih untuk mengakhiri hidup. Ruang sakura Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas merupakan salah satu instansi pelayanan kesehatan yang menyediakan tempat perawatan dan penyembuhan bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan pada kejiwaannya mempunyai paranan yang besar dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya terkait masalah kesehatan jiwa. Tenaga kesehatan sebagai team, baik dokter maupun perawat memegang peranan penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. Perawat yang merupakan salah satu bagian dari team keperawatan jiwa mempunyai ruang lingkup yang luas, mempunyai karakteristik unik serta peran yang penting dalam pemberian Asuhan Keperawatan Jiwa. Salah satu gangguan jiwa yang banyak di derita oleh masyarakat adalah skizofrenia. Skizofrenia dapat di artikan suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses pikir dan disharmonis (keretakan perpecahan) antara proses pikir, afek, dan pisikomotor di sertai distorsi kenyataan terutama karena waham, halusinasi, asosiasi terbagi sehingga timbul inkoheren (Direja, H. S. 2011). Berdasarkan data yang di peroleh dari ruang Sadewa Rumah Sakit Umum Daerah banyumas dari 1 Januari 2011-31 Desember 2011 mencapai
1037 klien. Dngan kriteria yang menjadi masalah utama yaitu cemas sebanyak 406 orang (37,8%) gangguan persepsi sensori auditori 258 orang (24,02%), koping tidak efektif 166 orang (15,47%), gangguan interaksi sosial 80 orang (7,45%), isolasi diri 56 orang (5,21%), hargadiri rendah 49 orang (4,56%), keputusasaan 24 orang (2,23%), takut (2,05%),nyeri akut dan serta kerusakan komunikasi verbal 12 orang (1,07%). Berdasarkan data dari dokumen ruang Sadewa RSUD Banyumas penderita penyakit jiwa dari 2011-2012 tercatat 1439orang, klien yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia 442 orang baik laki laki maupun perempuan,320 unditferentiafed schizophenia, 237 residual schizophenia, 69 unspeciffred non organic psychosis, 55 schizo affetive disorder manictype, 52 acute and transient, type24 schizoaffective, 20 post schizophenicdepression, 16 schizoaffective disorder un speciffied, 204 paranoid skizofrenia. Berdasarkan data dan permasalahan diatas dengan melihat akibat yang lebih dalam dari meningkatnya angka kejadian penderita skizofrenia yang antara lain berpengaruh terhadap gangguan resiko perilaku kekerasan. Penulis tertarik untuk melaksanakan asuhan keperawatan gangguan resiko perilaku kekerasan. B. Tujuan Penulis 1. Tujuan Umum Melaporkan penerapan asuhan keperawatan jiwa pada Ny. S dengan perilaku kekerasan secara komprehensif
2. Tujuan Khusus Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memaparkan askep pada pasien Ny. S dengan Perilaku Kekerasan meliputi : a. Pengkajian pada klien Ny.S b. Analisa data dan hasil pengkajian dan penerapan diagnosa keperawatan pada klien Ny.S c. Penerapan rencana keperawatan pada klien d. Implementasi keperawatan pada klien e. Evaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada klien C. Pengumpulan Data Pengumpulan data tugas akhir ini mengguanakan teknik pengumpukan data sebagai berikut : 1. Obervasi Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi terhadap atau memantau klien secara langsung dan dengan melakukan asuhan keperawatan dimana terhadap interaksi antara penulis dengan klien. 2. Wawancara Pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya jawab dan anamnesis kepada klien atau orang terdekat klien dan kepada tenaga kesehatan lainnya.
3. Studi literatur Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggali sumber-sumber buku yang ada dan browsing internet yang berkaitan dengan Perilaku Kekerasan. 4. Studi Dokumentasi Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah catatan-catatan tentang kasus klien yang terdapat pada format-format dokumentasi maupun yang terdapat pada rekam medis. D. Tempat dan Waktu Asuhan keperawatan jiwa ini dilakukan di Ruang Sadewa Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas dari tanggal 16-18 Juli 2012 E. Sisitem Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, pengumpulan data, tempat dan waktu, dokumentasian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka membahas tentang pengertian, rentang respon, etiologi, psikopatologi, manifestasi klinis, pohon masalah, masalah keperawatan dan fokus intervensi.
BAB III : TINJAUAN KASUS Tinjauan kasus, membahas tentang pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi. BAB IV : PEMBAHASAN Pembahasan, membahas tentang pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi. BAB V : PENUTUP Penutup, membahas tentang kesimpulan dan saran.