1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial atau makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Oleh karena itu, dalam proses interaksi sosial manusia, peristiwa komunikasi tidak pernah terlepas dari kehidupan sehari-hari. Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan suatu sistem yang mampu menjembatani perasaan dan pikiran manusia, serta menjadi pengantar setiap kepentingan dan kebutuhan manusia satu dengan yang lain karena bahasa berfungsi sebagai sarana yang paling utama untuk mengungkapkan ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas dan sebagainya. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk menunjukkan identitas masyarakat pemakai bahasa. Bertindak tutur merupakan salah satu kegiatan fungsional manusia sebagai makhluk berbahasa. Masyarakat tutur merupakan masyarakat yang timbul karena rapatnya komunikasi atau integrasi simbolis, dengan tetap menghormati kemampuan komunikatif penuturnya tanpa mengingat jumlah bahasa atau variabel bahasa yang digunakan. Fungsi bahasa secara umum yaitu sebagai alat komunikasi. Dalam kapasitas sebagai alat komunikasi, bahasa ternyata memiliki fungsi-fungsi yang lebih khusus dalam masyarakat, seperti untuk menyatakan ekspresi diri, mengadakan integrasi dan adaptasi sosial serta untuk mengadakan kontrol sosial. Hal penting yang berkenaan dengan keberhasilan pengaturan interaksi sosial melalui bahasa adalah strategi-strategi yang mempertimbangkan status penutur dan mitra tutur. Keberhasilan penggunaan strategi-strategi ini menciptakan suasana 1
2 kesantunan yang memungkinkan transaksi sosial berlangsung tanpa mempermalukan penutur dan mitra tutur. Tindak tutur atau pembicaraan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari manusia, baik itu dalam pembicaraan yang bersifat resmi atau tidak resmi memerlukan kaidah etika berbahasa atau kesantunan. Kesantunan berbahasa dalam pergaulan hidup sehari-hari memiliki peran yang mendasar bagi masyarakat bahasa. Dalam komunikasi sehari-hari ada pepatah melayu menggatakan bahwa bahasa menunjukkan bangsa (http://www.dbp.gov.my/klikdbt/klikdbt3sep7.pdf.), yakni tingkah laku atau kepribadian seseorang dapat dilihat dari tindak tuturnya atau pembicaraannya, atau baik buruknya penilaian sikap dan perilaku seseorang banyak ditentukan oleh tinggi rendahnya kesantuan anggota masyarakat berbahasa tersebut dalam perilaku atau bertutur kata. Wujud kongkret fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dipakai dalam interaksi di lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah merupakan bagian dari suatu kehidupan sosial manusia yang di dalamnya terdapat berbagai status sosial yang berbeda seperti kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, penjaga sekolah, penjaga masjid, tukang kebun, penjaja makanan, pemilik jasa fotokopi yang berada dilingkungan sekolah dan sebagainya. Pada komunitas ini terjadi interaksi minimal dan pemeliharaan maksimal pada bahasa dan kebudayaan. Komunikasi yang terjadi antara siswa dengan lingkungan sekolah sangat terbatas karena status sosial yang berbeda. Mereka samasama menjaga hubungan keselarasan dengan sedapat mungkin berperilaku dan bertutur yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan sekolah merupakan wilayah sosial (societal dominan) pemakai bahasa yang memiliki corak yang tersendiri. Ia merupakan masyarakat tutur (speech community) yang berbeda dengan masyarakat yang lain,
3 lengkap dengan perbedaan penutur (speaker) dan pembendaharaan tuturnya (speech reportaire). SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) sebenarnya sama setingkat dengan SMA (Sekolah Menengah Atas). Perbedaanya ada pada program studinya dan hasil kelulusan. Program studi pada SMK menitikberatkan pada program keahlian karena diharapkan setelah lulus dari sekolah mampu memasuki dunia kerja sehingga dari pelajaran yang diberikan lebih banyak pada pembekalan keahlian. Lulusan SMA dibentuk untuk melanjutkan studi ke bangku kuliah sehingga program studinya lebih pada mata pelajaran yang bersifat umum. Walau demikian, tidak sedikit lulusan dari SMK masuk dunia perkuliahan ataupun lulusan dari SMA yang langsung terjun dalam dunia kerja. Melihat kenyataan itu membuat SMK lebih diminati oleh masyarakat yang berniat terjun langsung ke dalam dunia kerja. SMK Kesatrian Purwokerto adalah salah satu SMK swasta yang berada di wilayah Purwokerto, lebih tepatnya berada di jalan Kesatrian 62, RT 3 RW XI Sokanegara, Purwokerto Timur, Purwokerto, Banyumas. Sekolah berdiri 14 Maret 1996 didirikan oleh yayasan Perguruan Islam Republik Indonesia (PIRI) ini awalnya memiliki dua program studi keahlian yang sampai saat ini banyak diminati yaitu teknik elektronika (teknik audio video) dan teknik otomotif (teknik kendaraan ringan). Sejalan dengan perkembangan dunia yang semakin modern, sekarang SMK Kesatrian memiliki program studi yang baru yaitu teknik multimedia. Dilihat dari program studi yang terdapat pada sekolah tersebut membuat jumlah siswa lebih banyak atau dominan dibandingkan siswinya. Jumlah keseluruhan anak didik SMK Kesatrian pada tahun pelajaran 2009-2010 ada 1094 anak didik yaitu 1073 siswa dan jumlah siswinya ada 21 anak. Keadaan tersebut menjadikan interaksi siswa dengan lingkungan sekolah sangat didominasi oleh siswa. SMK ini dapat dikatakan unik
4 karena melihat dari kenyataan yang diperoleh peneliti pada saat melakukan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) pada 5 Agustus sampai dengan 20 November 2010 bahwa siswa laki-laki lebih memiliki nilai kesantunan yang kurang santun jika dibandingkan dengan siswi. Ketidaksantunan tersebut tampak pada saat siswa berinteraksi dengan lingkungan sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, penjaga sekolah, tukang kebun, penjaja makanan, penjaga masjid, pemilik jasa fotokopi yang berada dilingkungan sekolah dan sebagainya). Dalam berkomunikasi, nilai-nilai itu tampak dari perilaku verbal maupun perilaku nonverbalnya. Perilaku verbal dalam fungsi imperatif misalnya, terlihat pada bagaimana siswa (penutur) mengungkapkan perintah atau larangan melakukan sesuatu kepada mitra tutur. Sedangkan perilaku nonverbal tampak dari gerak gerik fisik yang menyertainya. Norma sosiokultural menghendaki agar manusia bersikap santun dalam berinteraksi dengan sesamanya. Wujud kesantunan dalam berbahasa Indonesia dapat terlihat dalam bentukbentuk tuturan yang ringkasnya meliputi asertif, direktif, ekspresif, komisif dan tuturan deklarasi. Bentuk-bentuk tuturan tersebut masih dapat dirinci lagi misalnya imperatif. Di dalam imperatif itu terdapat bentuk-bentuk kesantunan yang jelas wujud, penanda kesantunan dan peringkat kesantunannya. Masalah kesantunan pemakaian imperatif, berkaitan sangat erat dengan masalah sosial dan kebudayaan suatu masyarakat bahasa karena pada dasarnya bahasa adalah bagian penting dari kebudayaan yang dimiliki masyarakat bahasa tersebut. Dari fenomena di atas penulis beranggapan bahwa penelitian mengenai kesantunan imperatif tuturan siswa dengan lingkungan sekolah pada SMK Kesatrian Purwokerto sangat menarik dan perlu dilakukan. Namun dalam penelitian ini
5 lingkungan sekolah tersebut hanya meliputi siswa, penjaga sekolah, penjaja makanan, penjaga masjid, tukang kebun, dan pemilik jasa fotokopi. Hal itu karena siswa pada saat berinteraksi dengan lingkungan tersebut berada pada situasi tidak resmi sehingga siswa tidak merasa terikat oleh aturan-aturan saat berinteraksi. B. Rumusan Masalah Mengacu pada fenomena yang telah dikemukakan di atas, maka perlu dirumuskan masalah agar penelitian ini terarah pada tujuan yang akan dicapai. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana kesantunan imperatif tuturan siswa dengan lingkungan sekolah pada SMK Kesatrian Purwokerto? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini betujuan untuk memperoleh deskripsi tentang kesantunan imperatif dalam tuturan siswa dengan lingkungan sekolah pada SMK Kesatrian Purwokerto. Secara khusus penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan bentuk tuturan imperatif berdasarkan jenis kalimat, kesantunan imperatif berdasarkan jenis maksim dalam prinsip percakapan, dan kesantunan pragmatik tuturan imperatif berdasarkan bentuk kalimat dalam interaksi siswa SMK Kesatrian Purwokerto dengan lingkungan sekolah. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan perkembangan teori-teori pragmatik khususnya kesantunan imperatif.
6 2. Manfaat Praktis a. SMK Kesatrian Purwokerto merupakan suatu bagian dari kehidupan sosial yang di dalamnya terdapat berbagai status sosial yang berbeda-beda. Dengan adanya penelitian tentang kesantunan imperatif ini diharapkan masing-masing status sosial yang ada di SMK Kesatrian Purwokerto dapat berbicara santun dalam penggunaan tuturan imperatif. b. Pragmatik meneliti masalah kesantunan. Dengan diketahuinya kesantunan pada suatu kehidupan sosial manusia ini maka hal ini akan menjadikan tambahan kajian kesantunan imperatif pada suatu kehidupan sosial tertentu. Penelitian ini diharapkan akan membuka cakrawala baru untuk dilakukan penelitian pada suatu kehidupan sosial selain di SMK Kesatrian Purwokerto.