BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tersebut, aktivitas atau perbuatan itu dibedakan menjadi dua

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kota pada hakikatnya adalah suatu tempat yang akan berkembang terus-menerus

Awal dibentuknya adalah untuk mengembalikan wibawa pemerintah daerah yang carut marut karena kondisi Pemerintahan Republik Indonesia yang masih belia.

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya maka didapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, menuntut masyarakat,

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah mencermati dan mengkaji tentang peranan Badan Satuan Polisi Pamong

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BUPATI POLEWALI MANDAR

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG KEWENANGAN PENANDATANGANAN SEBAGIAN PERIZINAN DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BUPATI BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN LAMONGAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PELAYANAN DAN PENERBITAN IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 26 TAHUN 2012

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang. Pelayanan publik pada dasarnya merupakan pemberian pelayanan kepada

PEMERINTAH KOTA BATU

WALIKOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum. Pembangunan dalam segala bidang menjadi penting

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BAB VI PENUTUP. Mataram, Yogyakarta disebabkan oleh beberapa faktor:

Lampiran 1 Transkip Wawancara di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sleman

PENANGANAN KASUS PELANGGARAN PEMANFAATAN RUANG (DALAM RANGKA WORKSHOP DAN STUDI KASUS PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG)

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI BADUNG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DI KABUPATEN BADUNG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PEMBONGKARAN BANGUNAN

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP...,SUWARNI, F. HUKUM, UMP 2017.

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan suatu kewajiban aparatur negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN PERTOKOAN BULIAN BISNIS CENTER

BAB V PENUTUP. bangunan cagar budaya dan warisan budaya yang dihancurkan untuk kepentingan

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 17 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JURNAL. Diajukan untuk memenuhi sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

PENANGANAN KASUS PELANGGARAN PEMANFAATAN RUANG (Dalam Rangka Workshop dan Studi Kasus Pengendalian Pemanfaatan Ruang)

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 70 Tahun : 2015

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME WALIKOTA MOJOKERTO,

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 80 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DI KABUPATEN BADUNG

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BAUBAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

Sehat merupakan aspek penting bagi setiap manusia dan modal untuk keberhasilan

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PERATURAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA NOMOR : TAHUN... TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik merupakan salah satu variable yang menjadi ukuran

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN ============================================================== PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN

PENGELOLAAN PAJAK REKLAME UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH WILAYAH DUREN SAWIT, JAKARTA TIMUR

P E R A T U R A N D A E R A H

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 7

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN DAN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

Pajak Daerah Tahun 2012 Peraturan Daerah Kabupaten Tegal Nomor 1 Tahun 2012

Peran Pemerintah dalam Perlindungan Penataan Ruang

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

UPAYA PENERTIBAN PENYELENGGARAAN REKLAME DI KOTA DENPASAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN JALAN, FASILITAS UMUM DAN JALUR HIJAU

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR

Iwan Permadi 1

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dalam pelaksanaan

PELAKSANAAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENERTIBKAN PEDAGANG MOBIL KELILING

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbuatan Pemerintah menurut Van Poelje merupakan tindakan hukum publik yang tindakan-tindakan hukum tersebut dilakukan oleh penguasan dalam menjalankan fungsi pemerintah. Untuk menjalankan fungsi pemerintahan tersebut, aktivitas atau perbuatan itu dibedakan menjadi dua golongan, yakni Rechthandelingen dan Feitelijk handelingen atau golongan perbuatan hukum dan golongan yang bukan perbuatan hukum. Dari kedua golongan perbuatan hukum itu, Rechthendelingen menjadi hal penting dalam melaksanakan fungsi pemerintahan sebab perbuatan tersebut langsung menimbulkan akibat hukum tertentu bagi Hukum Administrasi Negara. Tindakan hukum yang dilakukan pemerintah harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, oleh sebab itu apapun tindakan yang dilakukan oleh pemerintah tidak boleh menyimpang atau bertentangan dengan peraturan-peraturan yang ada. Pelayanan perizinan termasuk tindakan administratif yang diwajibkan oleh Negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta 1

benda warga negara 5. Pemerintah berwenang mengeluarkan izin sebagai sarana hukum untuk mengatur perbuatan atau tingkah laku warga negaranya, dengan kata lain izin menjadi alat agar masyarakat tidak berbuat semaunya sendiri. Menurut Adrian Sutedi izin (vergunning) adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Selain itu izin dapat diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan. 6 Izin atau perizinan merupakan hal yang penting bagi pemerintah, selain untuk mengatur dan membatasi perilaku masyarakat, perizinan berfungsi sebagai pemasukan bagi pemerintah berupa pajak. Namun dilain hal, perizinan sering menjadi persoalan di dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari masyarakat sampai pejabat, semua berkutat dengan perizinan. Tanpa adanya izin yang di keluarkan oleh pemerintah, kepentingan yang ada pada masyarakat untuk melakukan aktivitas tertentu bisa tidak terlaksana karena belum atau tidak mendapat persetujuan atau legalitas dari pejabat negara sebagai alat bukti administasi. Sebagai bentuk keputusan pemerintah, izin tentu saja tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang- 5 Undang-undang No 5 tahun 2009 tentang pelayanan publik, pasal 5 ayat (7) hutuf b 6 Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, 2010, hlm. 167. 2

undangan serta norma-norma yang ada di masyarakat baik secara vertical maupun horizontal. Berbagai aspek kehidupan sebagai warga negara diatur dengan perizinan. Ada bermacam-macam perizinan yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti halnya izin IMB, izin gangguan, izin usaha, izin pembuatan jalan masuk (In-Gang) dan masih banyak lagi 7. Perizinan tersebut mayoritas dilayani pembuatannya oleh pemerintah daerah, dan salah satunya adalah perizinan mengenai pemasangan reklame atau baliho. Segala ketentuan yang terkait dengan penyelenggaraan reklame diatur oleh pemerintah, hal ini sebagai bentuk pencegahan dari pemerintah agar tidak ada reklame-reklame liar atau mengganggu masyarakat. Siapapun yang ingin menggunakan jasa reklame, baik itu pedagang, pengusaha ataupun badan hukum harus mengikuti prosedur dan peraturan yang telah diatur melalui mekanisme perizinan. Sama seperti perizinan yang lain, perizinan reklame juga memiliki persyaratan yang harus di penuhi dalam proses pengajuan izinnya. Instansi yang memberikan atau mengeluarkan izin reklame tersebut dikerjakan oleh Dinas Perizinan atau Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten/Kota. Di Kota 7 Diambil dari situs resmi Pemprov Kota Yogyakarta, (http://perizinan.yogyakota.go.id/home.php?mode=izin) diakses pada tanggal 23 November 2016 3

Yogyakarta tempat penulis melakukan penelitian, izin reklame diterbitkan oleh Kantor Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta 8. Terkait dengan pengaturan izin reklame, pemerintah pusat menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah untuk mengaturnya, karena termasuk dalam pendapatan asli daerah 9. Di Kota Yogyakarta ada 2 (dua) aturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah terkait reklame, yaitu berupa Peraturan Daerah, dan Peraturan Walikota. Hal-hal yang diatur dalam perizinan reklame diantaranya mengenai orang atau badan usaha yang dapat menyelenggarakan reklame, jenis-jenis reklame, bentuk reklame, zona yang boleh dan tidak diselenggarakannya reklame, jangka waktu izin berlakunya pemasangan reklame dan tindak lanjut terhadap penyelenggara reklame yang melanggar peraturan. Dalam Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 tahun 2015 tentang izin penyelenggaraan reklame, beberapa lokasi yang tidak boleh didirikan reklame yaitu : trotoar jalan, devider (median jalan), taman jalur hijau, pada taman kota kecuali reklame insidentil, pergola, sekolah kecuali reklame insidentil. 10 Dll. Pada kenyataannya masih terdapat pelanggaranpelanggaran yang terjadi di lapangan, seperti ukuran reklame yang tidak 8 Pasal 21 Perwal No 23 tahun 2016 tentang petunjuk pelaksanaan peraturan daerah kota yogyakarta nomor 2 tahun 2015 tentang izin penyelenggaraan reklame 9 Pasal 47 UU No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 10 Pasal 5 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 tahun 2015 tentang izin penyelenggaraan reklame 4

sesuai, penempatan tidak pada tempat yang seharusnya dan izin yang sudah tidak berlaku. Guna menghindari atau mengurangi hal-hal tersebut maka perlu dilakukan pengawasan dan penertiban oleh Pemerintah Daerah, khususnya instansi yang berwenang mengurus perizinan dan penertiban tersebut. Pengawasan yang dilakukan dimulai dari proses pembuatan izin, pendaftaran izin, pemasangan sampai reklame dipasang. Penertiban Reklame yakni penertiban yang dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap reklame yang dianggap tidak sesuai atau menyalahi aturan hukum yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum 11. Instansi yang memiliki kewajiban untuk menindak dan menertibkan pemilik atau pengelola reklame yang menyalahi aturan menurut Peraturan Walikota 12 yakni Dinas Ketertiban, namun kini Dinas Ketertiban telah berubah namanya menjadi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) seperti yang dijelaskan oleh Bapak Budi sebagai staff Satpol PP Kota Yogyakarta. 11 Bab I ketentuan umum Pasal 1 angka 3 Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 tahun 2015 tentang izin penyelenggaraan reklame 12 Peraturan Walikota Nomor 24 tahun 2016 tentang Pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan Konstruksi Reklame 5

Menurut beliau mengapa nama Dinas Ketertiban di Kota Yogyakarta diubah menjadi Satpol PP karena menyesuaikan dengan organisasi perangkat daerah yang baru sebab awal mulanya itu Satpol PP lahir di Yogyakarta dan semua daerah sudah berubah menjadi Satpol PP 13. Untuk melaksanakan pembongkaran konstruksi reklame dapat dilakukan oleh penyedia jasa pembongkaran atas biaya dari penyedia atau pengelola konstruksi reklmae, kecuali penyedia atau pengelola konstruksi reklame tidak mampu membiayai maka biaya pembongkaran akan ditanggung oleh Pemerintah Kota Yogyakarta 14. Penertiban reklame dilakukan karena beberapa alasan, yakni 15 : 1) Konstruksi reklame yang ada sudah tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki atau konstruksi sudah rapuh 2) Konstruksi reklame pemanfaatannya menimbulkan bahaya bagi pengguna masyarakat dan lingkungannya 3) Konstruksi reklame yang tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 4) Konstruksi reklame yang tidak sesuai dengan zona penyelenggaraan reklame dan 13 Wawancara dengan Bapak Budi, staff Satpol PP kota yogyakarta 14 Pasal 20 ayat (2) Peraturan Walikota Nomor 24 tahun 2016 tentang Pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan Konstruksi Reklame yang merujuk kepada Lampiran IV tentang mekanisme pelaksanaan pembongkaran konstruksi reklame 15 Pasal 20 Peraturan Walikota nomor 24 tahun 2016 tentang Pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan Konstruksi Reklame 6

5) Konstruksi reklame yang tidak sesuai dengan dokumen Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Adanya masalah dalam melakukan penertiban reklame di lapangan disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya kesadaran masyarakat akan daerah bebas reklame 16, kurangnya petugas penertiban, masih banyak reklame yang tidak memiliki izin resmi dari Pemerintah Kota 17, dan masih banyak lagi pelanggaran yang ditemukan di lapangan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh petugas antara lain peringatan tertulis, penghentian fungsi reklame, pencabutan izin penyelenggaraan reklame, pembongkaran reklame, pidana kurungan atau denda 18. Berdasarkan ilustrasi latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka penulis berniat melakukan penelitian dan melakukan penulisan hukum yang berjudul HAMBATAN DALAM PENERTIBAN REKLAME DI YOGYAKARTA DAN SOLUSI HUKUM UNTUK PERMASALAHAN TERSEBUT 16 Ujang Hasanudin 55 Iklan Langgar Perda, Haryadi Nunggu Kesadaran Pemilik, www.harianjogja.com, (http://www.harianjogja.com/baca/2016/05/19/reklame-jogja-55-iklanlanggar-perda-haryadi-nunggu-kesadaran-pemilik-720828) diakses pada tanggal 23 November 2016 17 NN Langgar Perda, Bidik Sepuluh Reklame, www.radarjogja.com, (https://www.radarjogja.co.id/langgar-perda-bidik-sepuluh-reklame/) diakses pada tanggal 10 Februari 2017 18 Pasal 18 dan 19 Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2015 tentang izin penyelenggaraan Reklame 7

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan menjadi pembahasan dalam penelitian ini, sebagai berikut : 1. Apa saja hambatan dalam melakukan penertiban reklame di kota Yogyakarta? 2. Upaya apa yang perlu dilakukan oleh pemerintah Kota Yogyakarta guna menangani hambatan tersebut? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada maka dapat diketahui tujuan Penulisan Hukum ini sebagai berikut : 1. Tujuan Subyektif Memperoleh data dan pengetahuan sebagai hasil penelitian untuk menjawab permasalahan yang ada dalam rangka penyusunan penulisan hukum yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 8

2. Tujuan Obyektif Hasil penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mengkaji : a. Perbedaan hambatan yang dihadapi pemerintah antara peraturan izin reklame yang lama dengan peraturan izin reklame yang terbaru. b. Upaya yang diambil oleh pemerintah dalam menghadapi hambatan dalam penegakan hukum pemasangan reklame yang menyimpang dan melanggar serta tindakan yang diambil oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dalam menyelesaikan hambatan tersebut. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penulisan hukum yang telah diketahui, maka manfaat penulisan hukum ini antara lain : 1. Manfaat bagi penulis Penelitian yang dilakukan penulis akan memberikan manfaat bagi penulis sendiri yaitu menambah wawasan pengetahuan terkait pelaksanaan dan penerapan izin reklame yang dilakukan oleh Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. 9

2. Manfaat bagi pengembangan keilmuan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran yang bermanfaat dalam perkembangan hukum secara umum dan khususnya memberikan masukan kepada instansi pemerintahan untuk mengatur perihal pengawasan terhadap pelaksanaan izin reklame di Kota Yogyakarta. 3. Manfaat bagi pembangunan Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Khususnya kepada pihak terkait untuk lebih aktif dalam memberikan sosialisasi secara langsung di lapangan, secara berkesinambungan dan menyeluruh menjangkau seluruh lapisan masyarakat. 4. Manfaat bagi masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat diketahui oleh masyarakat pada umumnya agar masyarakat mengetahui izin yang diperlukan dalam penyelenggaraan reklame dan segala hal yang terkait peraturan pemasangan reklame sehingga tidak terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat dalam lingkup kota Yogyakarta. 10

E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penelitian yang penulis lakukan belum pernah diteliti dan ditulis oleh penulis sebelumnya. Penelitian dan penulisan yang membahas mengenai pelaksanaan perizinan pemasangan reklame ada beberapa, namun dari sekian yang ada mempunyai masalah dan lokasi penelitian yang berbeda dengan yang dilakukan oleh penulis. Adapun penelitian dan penulisan terkait reklame antara lain dilakukan oleh : 1. Kurniawan Nur Shidiq 19 pada tahun 2014 dengan judul Pengawasan Terhadap Pembuatan Izin Reklame dan Penegakan Hukum Pelanggaran Izin Pemasangan Reklame di Kabupaten Sleman. Penulisan hukum ini menitikberatkan kepada pengawasan dan penegakan hukum di Kabupaten Sleman. Rumusan masalah yang dibahas oleh Kurniawan yaitu mengenai pengawasan pembuatan perizinan pemasangan reklame di Kabupaten Sleman dan hambatan yang dialami oleh Satpo PP dalam penegakan hukum atas pelanggaran terhadap perizinan terkait. Kesimpulan yang dibuat oleh Kurniawan yaitu Kantor Pelayanan Perizinan yang berwenang mengawasi izin reklame serta mengkoordinasi tim teknis (DPUP) 19 Kurniawan Nur Shidiq, Pengawasan Terhadap Pembuatan Izin Reklame dan Penegakan Hukum Pelanggaran Izin Pemasangan Reklame di Kabupaten Sleman, 2014. 11

untuk memantau waktu penyelesaian izin. Satpol PP melakukan penegakan atas pelanggaran izin terhadap reklame yang menyalahi aturan. 2. Yohanes Hariyanto 20 pada tahun 2007, dengan judul penulisan hukum Pelaksanaan Penertiban Reklame Dengan Jaminan Bongkar Yang Telah Berakhir Jangka Waktu Izin Penyelenggaraan Di Kota Yogyakarta. Penulisan hukum ini menitikberatkan pada pelaksanaan pembongkaran reklame yang telah berakhir jangka waktunya oleh pihak berwajib dan penegakan hukum bagi pelanggar. Rumusan masalah yang ditulis oleh Yohanes yaitu mengenai penertiban reklame dengan jaminan bongkar yang telah berakhir jangka waktu izinnya dan kendala yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak Daerah (KPPD) dalam menertibkan reklame. 3. Adapun penelitian dan penulisan yang dilakukan oleh I Gusti Ayu Agung Jennie Asmika 21 pada tahun 2016 dengan judul Upaya Penertiban Penyelenggara Reklame di Kota Denpasar. Penulisan hukum ini memiliki perbedaan lokasi dan Peraturan D;aerah yang akan penulis bahas. Rumusan masalah yang dibahas oleh Ayu yaitu mengenai penertiban terhadap reklame yang tidak berizin dan 20 Yohanes Hariyanto, Pelaksanaan Penertiban Reklame Dengan Jaminan Bongkar Yang Telah Berakhir Jangka Waktu Izin Penyelenggaraan Di Kota Yogyakarta, 2007. 21 I.G. Ayu Ageng Jennie Asmika, Upaya Penertiban Penyelenggara Reklame di Kota Denpasar, 2016. 12

kaitannya dengan pemanfaatan tata ruang wilayah kota denpasar, serta hambatan yang dialami oleh dinas ketertiban dalam menjalankan tugasnya. Adapun perbedaan antara permasalahan yang penulis angkat dengan penulis lainnya yaitu pada peraturan yang digunakan oleh Kurniawan menggunakan Peraturan Daerah Kab. Sleman Nomor 14 tahun 2003, berbeda dengan penulis yang akan membahas secara dalam mengenai Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 tahun 2015, selain itu ruang lingkup yang dibahas juga berbeda antara daerah Sleman dan Kota. Kurniawan menuliskan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah Kab. Sleman yaitu proses izin reklame terlalu lama serta tidak sesuai dengan alur birokrasi yang ada. Permasalahan lain yaitu cangkupan wilayah daerah Sleman yang terlalu luas serta minimnya petugas di lapangan menjadi salah satu faktor penghambat. Yohanes menuturkan permasalahan mengenai penegakan hukum reklame yang telah berakhir jangka waktu perizinannya dengan cara pembongkaran yaitu ada pada sumber daya manusianya yang tidak memenuhi serta dana yang tidak memadai untuk melakukan pembongkaran. Yohanes merasa Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 8 tahun 1998 sudah usang dan harus diperbaharui karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Rendahnya kesadaran masyarakan akan konsekuensi yang ditimbulkan juga menjadi permasalahan karena menurut pemerintah kota, masyarakat malas 13

untuk menertibkan reklamenya sendiri dan banyak dari mereka yang membiarkan saja reklame yang telah habis jangka waktu izinnya tidak dilepas/diturunkan. Sedangkan dari pemerintah kota berkata, mereka kekurangan SDM untuk melakukan penertiban di daerah kota Yogyakarta karena banyaknya reklame yang ada. I Gusti Ayu menuturkan walaupun penyelenggaraan izin reklame telah diatur oleh Peraturan Walikota Nomor 3 tahun 2014 nyatanya kesadaran masyarakat masih sangat kurang. Banyak ditemukan di lapangan reklamereklame liar yang tidak memiliki izin terpampang disepanjang jalan, masyarakat sekitar menganggap bahwa reklame-reklame kecil yang mereka pasang tidak memerlukan izin dari pemerintah terlebih reklame itu menempel pada dinding rumah mereka. Sanksi yang diberikan pun berbeda dengan Perda Kota Yogyakarta, Perwal Kota Denpasar memberikan sanksi bahwa pemilik reklame wajib menurunkan reklame yang telah habis jangka waktu perizinannya, reklame yang tidak memiliki izin serta reklame yang telah dicabut izinnya. Pemkot Denpasar lebih mewajibkan kepada pemilik reklame yang menurunkan sendiri daripada SKPD karena minimnya petugas lapangan yang dimiliki oleh pemkot. Penelitian yang dilakukan oleh beberapa penulis sebelumnya menghadapi kendala pada kurangnya sumber daya manusia yang ada dilapangan untuk melakukan pengawasan terhadap reklame-reklame liar serta minimnya 14

pemahaman dari masyarakat mengenai peraturan yang ada. Penulis juga menganggap Pemerintah Daerah kurang mensosialisasikan mengenai peraturan terkait perizinan reklame yang menyebabkan banyak ditemukan reklame liar terpampang disepanjang jalan yang seharusnya itu masuk pada white area (area tanpa penyelenggaraan reklame) 22 Selain itu penegakan hukum pada penelitian yang dilakukan oleh Yohanes Hariyanto hanya menitikberatkan pada reklame dengan jaminan bongkar yang telah berakhir jangka waktunya dan tidak di perpanjang sesuai dengan peraturan yang terkait. Terlebih sekarang Pemerintah Kota Yogyakarta telah mengeluarkan Peraturan Daerah terbaru Nomor 2 tahun 2015 mengenai penyelenggaraan izin reklame menggantikan peraturan lama yakni Perda Nomor 8 tahun 1998. 22 Bab III pelaksanaan penertiban terhadap reklame di kota denpasar. I Gusti Ayu Agung Jennie Asmika 15