DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS... iv PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR SINGKATAN... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan Penelitian... 8 1.3.1 Tujuan Umum... 8 1.3.2 Tujuan Khusus... 8 1.4 Manfaat Penelitian... 9 1.4.1 Manfaat Teoritis... 9 1.4.2 Manfaat Praktis... 9 BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN... 11 2.1 Kajian Pustaka... 11 2.2 Konsep... 16 2.3 Landasan Teori... 20 2.3.1 Jargon... 20 2.3.2 Etnografi Komunikasi... 23 2.4 Model Penelitian... 28 BAB III METODE PENELITIAN... 30 3.1 Pendekatan Penelitian... 30 3.2 Lokasi penelitian... 30 3.3 Jenis dan Sumber Data... 31 3.3.1 Jenis Data... 31 3.3.2 Sumber Data... 31 3.4 Instrumen Penelitian... 32 3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 34 3.6 Metode dan Teknik Analisis Data... 35 3.7 Metode dan Teknik Penyajian Data... 36
BAB IV BENTUK JARGON SALES & MARKETING DI FAVEHOTEL BALI... 37 4.1 Akronim... 37 4.2 Singkatan... 43 4.3 Kata... 54 4.4 Frasa... 61 BAB V PENGGUNAAN JARGON SALES & MARKETING FAVEHOTEL BALI... 76 Penggunaan Jargon pada Karyawan Sales & Marketing Favehotel Bali... 76 BAB VI PENUTUP... 96 6.1 Simpulan... 96 6.2 Saran... 97 DAFTAR PUSTAKA... 98 LAMPIRAN... 102
ABSTRAK PENGGUNAAN JARGON SALES & MARKETING KARYAWAN FAVEHOTEL DI BALI Penelitian Penggunaan Jargon Sales & Marketing Karyawan Favehotel di Bali merupakan kajian tentang penggunaan jargon di lingkungan perhotelan khususnya di bagian sales & marketing. Pola kebahasaan dalam komunitas sales & marketing Favehotel di Bali memiliki ciri khas yang dapat dikaji dari berbagai sudut pandang keilmuan, khususnya dalam kajian ilmu sosiolinguistik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bentuk - bentuk jargon yang digunakan oleh karyawan sales & marketingfavehotel di Bali. Analisis hanya dibatasi pada jargon dalam bentuk akronim, singkatan, kata dan frasa serta penggunaannya oleh karyawan sales & marketing Favehotel di Bali. Data yang ditemukan dianalisis dan disajikan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Secara umum, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik. Untuk menganalisis bentuk bentuk jargon yang ditemukan pada tuturan karyawan sales & marketing Favehotel di Bali digunakan teori Jargon yang dikemukakan oleh Allan & Buridge (2006),dan untuk menjelaskan mengenai penggunaan masing-masing jargon tersebut digunakan teori Etnografi Komunikasi oleh Hymes (1976). Pada penelitian ini, penulis temukan bentuk jargon berupa akronim misalnya revpar, comset dan trevpar, jargon dalam bentuk singkatan misalnya NKA, ARR, PSS dan HSS, jargon dalam bentuk kata misalnya on hand, adhoc dan back to back serta jargon dalam bentuk frasa misalnya rate code, day use dan black out date. Penggunaan jargon dikhususkan kepada sesama karyawan sales & marketing dengan tujuan untuk mempermudah komunikasi. Makna jargon tidak bersifat rahasia tetapi tidak semua orang dapat memahami maknanya dengan mudah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa singkatan merupakan bentuk jargon yang paling banyak ditemukan dalam tuturan karyawan sales & marketing Favehotel di Bali. Istilah-istilah sales & marketing yang menggunakan Bahasa Inggris serta rumit meyebabkan penggunaan singkatan dianggap lebih mempermudah komunikasi sesama karyawan sales & marketing Favehotel di Bali. Kata kunci: jargon, tuturan, sales & marketing
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial serta sebagai alat kontrol sosial, salah satu fungsi bahasa yang terpenting adalah sebagai alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan jembatan untuk menyampaikan pemikiran seorang individu terhadap individu lainnya yang selalu digunakan dalam aktivitas kemasyarakatan. Bahasa juga memiliki fungsi sebagai alat untuk berekspresi. Menurut Widjono (2007), selain sebagai sarana berkomunikasi, bahasa juga memiliki fungsi sebagai sarana memahami diri sendiri, orang lain, dan juga lingkungan sekitar. Setiap individu memiliki kemampuan untuk memanfaatkan keadaan lingkungan sekitar dalam berbahasa sehingga memperoleh kreativitas baru yang dapat memberikan keuntungan bagi dirinya dan juga lingkungannya. Bahasa mampu menjadikan seorang individu menciptakan kreativitas baru dalam sebuah lingkungan. Fishman (1972:13) mengemukakan pendapat yang berbeda, dan beranggapan bahwa apabila fungsi bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pesan memiliki ruang lingkup yang sempit, sebenarnya fungsi bahasa memiliki cakupan luas. Fishman menjelaskan bahwa fungsi bahasa dapat dilihat dari enam segi, yaitu: dari segi penutur, segi pendengar, segi kontak antara penutur dan pendengar, segi topik ujaran, segi kode yang digunakan, dan segi amanat. Dari penjelasan inilah Fishman menganggaap bahwa fungsi bahasa
memiliki tinjauan yang luas dan tidak hanya terbatas sebagai alat penyampai pesan. Bahasa memiliki fungsi-fungsi yang berkembang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Pada dasarnya, bahasa digunakan individu untuk beradaptasi dan berintegrasi dalam suatu lingkungan atau situasi tertentu (Keraf, 1997:3). Keraf juga menjelaskan bahwa bahasa juga berfungi sebagai alat kontrol sosial. Keefektivan kedudukan sebuah bahasa sebagai alat kontrol sosial dapat terlihat dari penggunaan bahasa lisan dalam beberapa ceramah pemuka agama atau dakwah, bahkan penggunaan bahasa tulisan seperti dalam blog atau website resmi. Hal ini disebabkan oleh emosi seorang individu ketika berhadapan dengan dunia luar dalam suatu forum resmi lebih terkontrol. Selain fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial, penggunaan bahasa secara lisan dalam suatu lingkungan merupakan contoh komunikasi dua arah yang tidak terlepas dari kedudukan bahasa yang berfungsi sebagai alat komunikasi. Pemakaian bahasa sebagai alat komunikasi ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor kebahasaan (linguistik) dan nonkebahasaan (non linguistik). Faktor nonlinguistik sangat erat kaitannya dengan faktor sosial dan budaya dalam lingkungan masyarakat. Faktor sosial dan budaya seseorang memengaruhi penggunaan bahasa seorang individu dalam suatu masyarakat. Menurut Suwito (1985:3), faktor faktor sosial yang dimaksud antara lain adalah status sosial, umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan tingkat ekonomi. Kedudukan, kekuasaan dan pendapatan merupakan aspek sosial yang dapat membentuk kelompok sosial tertentu. Penggunaan bahasa oleh suatu kelompok sosial
menghasilkan variasi bahasa. Crystal (1980: 111) menjelaskan bahwa variasi bahasa adalah variasi sebuah bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial tertentu. Selain dihubungkan dengan faktor sosial, bahasa juga memiliki hubungan yang erat dengan faktor kebudayaan. Nababan (1993:82) mengemukakan bahwa terdapat dua jenis hubungan antara bahasa dan budaya, pertama disebut dengan filogenetik, bahasa merupakan bagian dari kebudayaan dan ontogenetik yaitu seorang belajar kebudayaan melalui bahasa yang digunakan. Kebudayaan yang kita miliki diwariskan secara turun menurun melalui bahasa. Seiring berjalannya waktu, kebudayaan pun berkembang yang menghasilkan variasi bahasa. Pandangan yang menyebutkan bahwa variasai bahasa berasal dari kebudayaan yang berkembang, seperti dijelaskan Fishman (1972:4) bahwa fenomena variasi bahasa terjadi disebabkan oleh dua faktor. Pertama, adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Fishman juga menambahkan apabila penutur bahasa adalah kelompok penutur yang bersifat homogen, baik dalam etnis, status sosial maupun pekerjaan. Kedua, variasi telah memiliki fungsi sebagai alat komunikasi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Variasi bahasa menurut Allan Bell (dalam Coupland dan Adam, 1997:240) adalah penutur tidak memiliki cara yang sama dalam berkomunikasi atau berbicara dalam suatu situasi atau peristiwa. Allan juga memaparkan apabila penutur memiliki cara yang berbeda dengan alternatif-alternatif yang berbeda dalam situasi dan kondisi yang berbeda pula. Dengan timbulnya alternatif-
alternatif yang berbeda dari penutur menyebabkan munculnya variasi bahasa yang merupakan salah satu aspek yang paling menarik dalam sosiolinguistik. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai variasi bahasa yang dikemukakan oleh beberapa ahli, variasi bahasa dapat didefinisikan sebagai ragam bahasa yang muncul dan digunakan dalam suatu kelompok masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor sosial dan budaya. Variasi bahasa lebih cenderung mendapat pengaruh dari faktor sosial masyarakat. Variasi bahasa bisa saja terjadi dalam sebuah ranah tertentu. Fishman (1968) mengemukakan empat ranah, yaitu; keluarga, ketetanggaan, kerja dan agama. Dalam sebuah ranah keluarga, kemungkinan kemunculan variasi bahasa tidak terlalu terlihat. Namun hal ini berbeda dalam ranah pekerjaan. Setiap lingkungan pekerjaan memiliki ragam bahasa sendiri, misalnya kedokteran, perbankan, bahkan termasuk pula dalam lingkungan pariwisata. Seorang individu yang bekerja dalam lingkungan pekerjaan bidang kesehatan tentu saja memiliki ragam bahasa yang berbeda dengan individu yang bekerja dalam lingkungan pariwisata. Bahkan dalam sebuah lingkungan pariwisata, setiap bagian tertentu seperti front office, accounting, housekeeping, engineering dan sales & marketing memiliki leksikon yang berbeda. Variasi bahasa inilah yang dapat menjadi identitas dari setiap kelompok tertentu dalam lingkungan pariwisata yang dalam hal ini disebut dengan jargon. Allan dan Burridge (2006:56) menjelaskan bahwa jargon adalah bahasa khusus yang digunakan oleh beberapa individu dalam situasi tertentu, misalnya dalam bidang profesi atau kelompok tertentu. Bahasa digunakan itu, baik berupa
teks dalam bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Bahasa yang dimaksud adalah bahasa yang berasal dari suatu ruang lingkup khusus yang memiliki pengetahuan yang sama berupa kosa kata khusus yang umum dipakai, penggunaan bahasa yang telah menjadi kebiasaan, serta bentuk-bentuk ekspresi bahasa. Penggunaan kosa kata khusus dalam suatu ruang lingkup khusus diciptakan oleh sekelompok individu yang terbentuk oleh lingkungan bidang ilmu atau profesi yang sama. Kosa kata yang dihasilkan merupakan alat komunikasi yang hanya digunakan dan dimengerti oleh lingkungan bidang ilmu atau profesi itu sendiri. Menurut Fromkin (1993:301), kata kata inilah disebut dengan jargon. Namun sebagian linguis menyebutnya dengan register, atau bahkan disebut argot. Konsep jargon, register atau argot memiliki kemiripan dalam penggunaannya sebagai identitas dalam suatu kelompok atau bidang ilmu dan profesi. Dalam setiap profesi, baik dalam lingkungan formal maupun nonformal selalu ada seperangkat istilah yang digunakan dalam lingkungan sendiri dan tidak dimengerti orang lain (Alwasilah, 1990: 51). Pada hakikatnya, jargon digunakan oleh sekelompok individu bukan bermaksud untuk merahasiakan suatu leksikon, namun mereka ingin mengungkapkan identitas mereka menggunakan leksikon tertentu. Jargon yang digunakan dalam bidang profesi muncul karena digunakan untuk menyampaikan pesan kepada penutur lain dengan profesi yang sama. Akan tetapi terdapat pula jargon yang muncul dan terbentuk karena kesibukan yang sama namun tidak menyangkut profesi, misalnya pada bahasa gaul anak remaja. Sebagai contoh, sebuah jargon digunakan oleh penutur dalam bidang profesi pariwisata khususnya bagian housekeeping. Dalam lingkungan
housekeeping mengenal leksikon king yang memiliki arti sebenarnya dalam kamus bahasa Inggris adalah seorang laki-laki yang mengepalai sebuah kerajaan atau dikenal dengan istilah raja. Namun dalam bagian housekeeping bidang pariwisata, king merupakan jenis salah satu tipe tempat tidur dalam kamar hotel dengan ukuran 200cm x 160cm. Seorang individu yang tidak memiliki latar belakang di dunia pariwisata khususnya housekeeping akan menemui kesulitan dalam memahami jenis leksikon ini. Berbeda dengan individu yang sudah berkecimpung di bagian housekeeping, tingkat pemahamannya sudah berbeda. Setiap individu memiliki tingkat penguasaan jargon yang berbeda karena masing masing individu memiliki faktor sosial yang berbeda. Faktor sosial masing-masing individu yang berbeda memengaruhi penggunaan jargon bagi setiap individu dalam suatu bidang ilmu atau profesi tertentu. Misalnya, penggunaan jargon sales & marketing hotel menunjukkan karakteristik tertentu yang dapat dilihat dari segi bentuk dan struktur pengungkapannya, makna dan maksud penuturnya, serta fungsi penyampaiannya. Setiap jargon yang dituturkan didalamnya memiliki makna tertentu dalam konteks pemakaiannya yang dimengerti oleh individu tertentu. Munculnya jargon akan menimbulkan tindakan yang dilakukan lawan tutur sebagai hasil dari tuturan yang diujarkan oleh penutur. Mengacu kepada proses penggunaan jargon bahasa Inggris, layaknya sekelompok penutur yang memiliki profesi sebagai karyawan sales & marketing hotel merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Suatu fenomena penggunaan jargon yang dikaitkan dengan departemen lingkungan pekerjaan beberapa
karyawan di bagian sales & marketing di beberapa hotel di Bali dengan brandfavehotel. Favehotel merupakan salah satu brand hotel dengan fasilitas hotel bintang 2. Terdapat 6 unit hotel untuk wilayah Bali. Setiap hotel memiliki karyawan dalam bidang sales & marketing. Jargon yang digunakan oleh karyawan sales & marketing hotel umumnya menggunakan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Penggunaan jargon kalangan karyawan sales & marketing Favehotel di Bali memiliki tujuan untuk mempermudah komunikasi antar setiap individu. Keefektivan jargon sales & marketing hotel membantu setiap karyawan dalam menyamakan pemahaman terkait dengan tuturan yang muncul dalam komunitasnya. Penggunaan jargon memiliki maksud agar setiap karyawan sales & marketing Favehotel di Bali mampu berkomunikasi dengan lancar dan efisien serta menjaga kerahasian di antara mereka. Komunikasi dapat berjalan lancar karena adanya penggunaan jargon yang memiliki makna khusus pada bidang tertentu. 1.2 Rumusan Masalah Dari penjelasan mengenai penggunaan jargon di kalangan karyawan sales & marketing di seluruh favehotel yang ada di Bali, muncul beberapa permasalahan yang layak untuk dikaji lebih mendalam, antara lain seperti berikut. 1. Apa sajakah bentuk-bentuk jargon yang lazim digunakan di bagian sales & marketing di Favehotel seluruh Bali?
2. Bagaimanakah jargon-jargon tersebut digunakan oleh karyawan sales & marketing di Favehotel di seluruh Bali? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan yang dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Agar lebih jelas, penulis sajikan kedua tujuan tersebut sebagai berikut. 1.3.1 Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang bentukbentuk jargon dalam suatu ranah perhotelan yang muncul dari tuturan yang digunakan oleh karyawan sales & marketingfavehotel di Bali dan fenomena penggunaan jargon-jargon tersebut oleh masing - masing individu. Penelitian ini juga memiliki tujuan untuk mendeskripsikan tentang gejala-gejala variasi bahasa dalam suatu lingkungan perhotelan khususnya di bagian sales & marketing. 1.3.2 Tujuan khusus Berdasarkan permasalahan di atas, selain memiliki tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus sebagai berikut. 1. Untuk mengidentifikasi bentuk bentuk jargon yang dituturkan oleh karyawan sales & marketing di Favehotel Bali dalam ranah perhotelan yang memiliki tujuan untuk mempermudah komunikasi antar individu. 2. Untuk menjelaskan penggunaan jargon-jargon tersebut dalam sebuah tuturan oleh karyawan sales & marketing di favehotel seluruh Bali dan hal-hal yang
mendasari masing-masing individu dalam menggunakan jargon tersebut dalam berkomunikasi. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijabarkan di atas, penulisan ini diharapkan mampu memberikan beberapa manfaat. Manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut. 1.4.1 Manfaat teoritis Penelitian ini merupakan suatu kajian sosiolinguistik yang berhubungan dengan pola kebahasaan dan perilaku linguistik masyarakat, khususnya karyawan sales & marketing dalam bidang perhotelan. Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi perkembangan khazanah kajian sosiolinguistik khususnya dalam penelitian mengenai bentuk jargon. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat dalam perkembangan aspek perilaku dan pemilihan penggunaan bentuk-bentuk jargon oleh karyawan sales & marketing Favehotel di Bali. 1.4.2 Manfaat praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat-maanfaat sebagai berikut. 1. Kelompok sosial masyarakat diharapkan mendapatkan informasi mengenai perkembangan fenomena variasi bahasa, sebagai salah satu contohnya adalah penggunaan jargon. Setiap bidang tertentu memiliki jargon-jargon yang berbeda
yang digunakan oleh anggota kelompok tersebut dengan tujuan mempermudah komunikasi bahkan untuk merahasiakan sesuatu. 2. Tenaga pengejar terutama di lembaga pendidikan atau sekolah tingkat kejuruan pariwisata baik formal maupun informal diharapkan dapat menggalakan mengenai penggunaan bahasa Inggris khususnya bahasa yang digunakan dalam dunia pariwisata (ESP - English for Specific Purposes) dalam pembelajaran. 3. Karyawan sales & marketing diharapkan dapat membantu untuk lebih memperdalam penggunaan serta fungsi jargon-jargon sales & marketing, khususnya untuk junior sales & marketing.