BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. cukup, yakni pada rata-rata interval 31,13%. Hal tersebut disebabkan. untuk mengikuti dan melaksanakan kegiatan kegiatan keagamaan

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERANAN MADRASAH DINIYAH AL HIKMAH DALAM MORALITAS REMAJA DI BOYONG SARI KELURAHAN PANJANG BARU PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

A. Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP. Kegiatan Keagamaan terhadap Akhlakul Karimah Siswa di MTsN. Aryojeding Rejotangan Tulungagung Tahun Pelajaran 2016/2017, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB V PEMBAHASAN. A. Tentang Pendidikan Karakter di SMP Negeri 19 Surabaya. karakter peserta didik di SMP Negeri 19 Surabaya ialah dengan menggunakan

BAB V PEMBAHASAN. menghormati sesama manusia di MTsN Tulungagung. yang menghormati sesama manusia dapat dikatakan sudah dapat dijalankan

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

INSTRUMEN PENELITIAN. Implementasi Penanaman Nilai-Nilai Religius Siswa Di MTs Nurul Huda Dempet Demak

BAB VI PENUTUP. Menanamkan nilai mahabbatulloh dapat meningkatkan keimanan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pergaulan. bebas dan kasus penyimpangan lainnya.

BAB VI PENUTUP. pihak lembaga madrasah beserta komite madrasah dan tokoh masyarakat.

BAB V PEMBAHASAN. A. Langkah-langkah Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi. Dampak Negatif Internet (Facebook) pada Peserta Didik MIN

Bab I. Pendahuluan. semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan agama anak di sekolah. Hal ini sesuai dengan pemikiran jalaluddin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pendidikan yang utuh, dalam arti tidak ada dikotomi antara ilmu

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan data dan analisis penelitian pada bab-bab sebelumnya dalam

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integras), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hlm.12.

BAB V PEMBAHASAN. Pada pembahasan ini peneliti akan menyajikan uraian sesuai dengan hasil

BAB V FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT INTERNALISASI NILAI- NILAI AGAMA DALAM MENINGKATKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA DI SMP NEGERI 26 SURABAYA.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN. b) Paparan Data dan Analisis Data, c) Temuan Penelitian. 1. Kondisi Geografis Madrasah Aliyah Al - Ma Arif Pondok

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN

Materi Wawancara Apa Visi dan Misi MTs Muhammadiyah Kemuning?

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan secara teoritis maupun hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MORAL PESERTA DIDIK DI SD NEGERI JETAKLENGKONG KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. mengerti nilai-nilai dan mulai memakainya dengan cara-caranya sendiri. 1 Pada usia ini

BAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran. meningkatkan kesadaran beribadah siswa di ke dua SMP tersebut yaitu

BAB V PEMBAHASAN. Al Huda Bandung Tulungagung Tahun Ajaran siswa di MTs Al Huda Bandung yang ditunjukkan dari t hitung > dari t tabel

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang berminat mendaftarkan putra-putrinya pada lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Dan Aku (Allah ) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku. (QS. Adz- Dzariyat: 56)

BAB V PEMBAHASAN. Asmaul Husna Dan Surat Yasin di MTsN Tunggangri. yang menjadi sifat dan watak seseorang, baik menyangkut fisik maupun psikis,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tentu Negara akan lemah dan hancur. Sikap dan tingkah laku. dan membentuk sikap, moral serta pribadi anak.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembiasaan Shalat Berjama ah di MTs Al-Huda Bandung Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN. Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt menganugerahi akal. Dan hal tersebut tidak dimiliki oleh makhluk lain.

BAB V PENUTUP. pendidikan Pesantren Bumi Damai al Muhibbin, dapat dikategorikan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama merupakan salah satu bidang studi yang. dimasukkan dalam setiap kurikulum formal dan tingkat dasar hingga

BAB V PENUTUP. pembinaan perilaku keagamaan di panti asuhan Hikmatul Hayat dapat diambil. 1. Pembinaan Perilaku Akhlak di Panti Asuhan Hikmatul Hayat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB V PEMBAHASAN. 1. Gambaran Akhlakul Karimah di MAN I Tulungagung. Karena sifat anak yang suka meniru terhadap orang-orang yang

BAB IV HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN TAHFIDZUL QUR AN DI PONDOK PESANTREN RAUDLATUL FALAH BERMI GEMBONG PATI

In In Permatasari Pengayaan PAI di SMP Salman Alfarisi Sebagai lembaga tempat terjadinya pendidikan, sekolah merupakan sektor penting yang dapat menja

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN KESISWAAN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI MAK AL-HIKMAH 2 BENDA SIRAMPOG BREBES

BAB I PENDAHULUAN. obtimal. Potensi ini mencakup potensi jasmani dan rohani sehingga melalui

BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK JALANAN DI DESA ROWOSARI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN FIQIH DALAM MEMOTIVASI SISWA UNTUK MENINGKATKAN AMALAN IBADAH SHALAT FARDHU (STUDI EMPIRIS DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

Terpuji Siswa Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Syafi iyah Proto 01. metode deskriptif yaitu menggambarkan fenomena fenomena yang ada

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran fungsi sekolah sebagai suatu institusi pendidikan. 1 Pergeseran

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK. DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO BUARAN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB IV HASIL PENELITIAN LAPANGAN. Tulungagung, di dapatkan hasil wawancara sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB V PEMBAHASAN. yang peneliti harapkan, baik dari hasil observasi, interview maupun dokumentasi,

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irma Pujiawati, 2014 Model pendidikan karakter kedisiplinan Di pondok pesantren

BAB III PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS SISWA SMP ISLAM WALISONGO KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan. baru seperti internet, media elektronik, media cetak dan

BAB V PENUTUP. 1. Langkah persiapan guru dalam pembinaan perilaku keberagamaan siswa. mengadakan rapat untuk membuat perencanaan dan merancang

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi, sosial budaya dan juga pendidikan. kepribadian yang bulat dan untuk membentuk manusia sebagai makhluk

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN Setelah penelitian mengumpulkan data dari hasil penelitian, yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data dokumentasi maka selanjutnya peneliti akan melakukan analisa data untuk menjelaskan lebih lanjut hasil dari penelitian. Sesuai dengan teknik analisis data yang dipilih oleh peneliti yaitu menggunakan analisis kualitatif deskriptif dengan menganalisa data yang telah peneliti kumpulkan dari wawancara, observasi, dan data dokumentasi selama peneliti mengadakan penelitian. Data yang diperoleh dan dipaparkan oleh peneliti akan dianalisis sesuai dengan hasil penelitian. Hasil analisis data dari hasil penelitian sebagai berikut : 1. Melaksanakan Penanaman Nilai-Nilai Religius Melalui Kegiatan Keagamaan di Madrasah Aliyah Al-Ma arif Pondok Pesantren Panggung Tulungagung. Bedasarkan temuan penelitian diatas, nilai-nilai religius sudah tertanam di dalam jiwa siswa. Dalam menjalankan penanaman nilainilai religius di Madrasah Aliyah Al-Ma arif Pondok Pesantren Panggung melalui kegiatan keagamaan. Madrasah ini sudah rutin menerapakan kegiatan-kegiatan keagamaan setiap hari, diantaranya : 119

120 a. Melakukan tadarus Al-Qur an bersama-sama sebelum KBM dimulai. b. Melaksanakan sholat dhuha berjam ah pada saat jam istirahat, disambung dengan kultum secara bergiliran oleh siswa. c. Sholat dhuhur berjama ah. d. Setoran keagamaan meliputi: doa-doa, praktek ibadah. e. Kegiatan bimbingan baca tulis Al-Qur an. f. Pengajian kitab kuning g. Sebulan sekali diadakan istighosah bersama semua siswa dan dewan guru di mushola. h. Setiap setahu sekali juga diadakan kegiatan keagamaan ketetapan hari-hari besar agama Islam. i. Dll Dengan adanya kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Al-Ma arif Pondok Pesantren Panggung agar bisa menjadikan semua siswa mempunyai jiwa yang religius yang tertanam dalam jiwa setiap siswa, karena manfaat kegiatan keagamaan ini sangat banyak dan baik untuk siswa diantaranya agar dalam diri siswa tumbuh jiwa keagamaan dan religius yang baik dan tertanam dalam diri mereka sehingga mereka nantinya dapat menerapkan dalam kehidupan pribadi, sosial, dan masyarakat. Serta dengan adanya

121 kegiatan keagamaan, tentunya memberikan dampak yang positif kepada siswa. Bila mana kegiatan-kegiatan keagamaan ini sudah tertanam dalam jiwa siswa, pasti siswa tidak akan merasa berat lagi dalam beribadah. Bahkan merasa kegiatan ini suatu kebutuhan kenikmatan dalam hidupnya. Karena merasa nyaman dalam melaksanaknya bisa berkomunikasi dengan Allah langsung. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Muhaimin bahwasanya : Kegiatan-kegiatan keagamaan dan praktik-praktik keagamaan yang dilaksanakan secara terprogram dan rutin (istiqomah) di sekolah dapat mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai agama secara baik pada peserta didik. Sehingga agama menjadi sumber nilai dan pegangan dalam bersikap dan berperilaku baik dalam lingkungan pergaulan, belajar, olah raga, dan lai-lain. 1 Dalam melaksanakan penanaman nilai-nilai religius siswa, yang harus dilakukan yaitu dengan selalu mengamalakan kegaiatan keagamaan dan berprilaku baik ketika berada dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Dengan cara antara lain yaitu dengan memberikan kesadaran kepada seluruh siswa tentang pentingnya program keagamaan ini, yang didukung oleh semua dewan guru, dan memberikan arahan dan bimbingan secara berkesinambungan agar siswa terbiasa, sehingga akan tertanam jiwa yang religius. 1 Muhaimin Dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 301

122 Tapi proses internalisasi ini tentunya tidak terjadi secara isntan, akan tetapi membutuhkan kesabaran, keikhlasan dan tanggung jawab sehingga program ini dapat berjalan dengan baik. Dalam kerangka ini ibadah-ibadah fardhu seperti sholat, zakat, puasa dan haji mengandung maksud mendidik ruh dan mengarahkan pendidikan kepada orientasi akhlaqi. Pada waktu yang sama, ibadah-ibadah tersebut merupakan daya pendorong bagi individu untuk menghadapi kehidupan nyata dengan segala problem dan rintangannya, disamping sebagai daya penggerak untuk merealisasikan kebaikan bagi dirinya dan masyarakat. 2 Madrasah Aliyah Al-Ma arif identik dengan kegiatan keagamaanya karena berada dilingkungan pondok pesantren panggung Tulungagung sehingga dewan guru dan karyawan dituntut untuk menjalankan perilaku religi dan berakhlak al-karimah sebagai contoh teladan bagi siswa, selain itu Madrasah Aliyah Al-Ma arif mempunyai misi yaitu membentuk siswa yang berimtaq, berilmu, dan bertaqwa. Dari misi tersebut maka guru yang mendidik harus memilki sifat yang religius dan berakhlak karimah yang baik selain mereka memilki kemampuan dalam bidang pelajaran umum. Dalam melaksanakan menanamkan nilai-nilai religius juga harus membudayakan dan mengamalkan kegiatan keagamaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Karena esensi pendidikan merupakan 2 Hery Noer Aly dan Munzeir Supatra, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), hal. 159

123 proses pembudayaan sebagai dasar praktis dalam pendidikan. Dengan pembudayaan peningkatan akhlaqul karimah ini maka sekolah akan lebih baik dalam meningkatkan kualitasnya. 3 Menurut peneliti, upaya untuk menanamkan nilai-nilai religius melalui kegiatan keagamaan di Madrasah Aliyah Al-Ma arif Pondok Pesantren Panggung Tulungagung sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh Mahmud Arif bahwa nilai-nilai religius yang ditananmkan di Madrasah ini perlu pembudayaan dan mengamalkan kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Agar dalam diri siswa tumbuh jiwa keagamaan yang baik dan tertanam dalam diri mereka sehingga mereka nantinya dapat menerapkan dalam kehidupan pribadi, sosial, dan masyarakat. Dan juga tentunya memberikan dampak yang positif kepada siswa. Sehingga didalam jiwa mereka melekat keyakinan kepada Allah SWT. 2. Kendala yang muncul dalam melaksanakan penanaman nilai-nilai religius melalui kegiatan keagamaan di Madrasah Aliyah Al- Ma arif Pondok Pesantren Panggung Tulungagung. Dalam kaitannya kegiatan-kegiatan keagamaan yang telah dilaksanakan di Madrasah Aliyah AL-Ma arif Pondok Pesantren Panggung dalam tujuanya untuk menanamkan nilai-nilai religius siswa, tentunya ada faktor yang penghambat atau kendala yang hal. 14 3 Mahmud Arif, Pendidikan Islam Tranformatif,(Yogyakarta: Lkis, 2008),

124 muncul terjadinya kegaiatan-kegiatan keagamaan sehingga tidak berjalan dengan baik, antara lain: 1. pertama, kurang dan rendahnya kesadaran siswa terhadap pentingnya nilai religius. Seperti saat akan melaksanakan sholat dhuha dan sholat dhuhur berjama ah siswa masih dioprak-oprak oleh dewan guru dan anggota osim untuk segera menuju mushola dan khususnya siswa yang perempuan ada beberapa yang beralasan halangan entah itu benar atau tidaknya. 2. kedua, kurangnya dukungan dari dewan guru, karena tidak semua usur mau terlibat hanya sebagian dewan guru yang mau terlibat dan mengarahkan siswa. 3. ketiga, kurangnya dukungan orang tua dan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda dari siswa. Seperti saat dirumah kurangnya perhatian orang tua untuk memantau khususnya agama dalam beribadah, biasanya orang tua acuh tak acuh terhadap anak putra putrinya. 4. keempat, latar belakang pendidikan yang berbeda-beda dari siswa, karena siswa yang lulusan dari mts dan smp berbeda karakternya, dan juga berbeda dengan yang mukim di pondok, tidak semua siswa yang dari luar mendapatkan ilmu tambahan tentang agama karena mereka tidak sekolah lagi seperti madrasah diniyah, berbeda dengan siswa yang lain

125 yang bermukim di pondok, mereka mendapatkan pelajaran tamabahan agama dan kitab kuning. Dan juga karena siswa yang lulusan dari MTS cenderung enak diatur dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan, sedangkan yang lulusan dari sekolah menengah pertama (smp) cenderung agak sulit diataur dalam untuk pelaksaaan kegiatan keagamaan. Dari kendala diatas dalam menanamkan nilai-nilai religius dapat di simpulkan bahwa terdapat faktor utama yaitu Faktor ekstern dan Faktor Intern. Faktor intern adalah segala sesuatu yang dibawa anak sejak lahir yakni fitrah yaitu suci dan merupakan bakat bawaan yang merupakan ciri khas masing-masing individu. Selain itu individu (orang per orang) setiap muslim memiliki latar belakang pembawaan yang berbeda. 4 Sedangkan faktor ekternnya adalah segala sesuatu yang ada di luar pribadi manusia dan dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Meliputi : 1. Keluarga Di dalam keluarga inilah dasar-dasar kepribadian anak di berikan orang tua menjadi faktor penting menanamkan dasar-dasar kepribadian muslim yang kuat menentukan corak dan gambaran kepribadian muslim seseorang setelah dewasa. Disinilah letak tanggung jawab 2001),hlm. 175 4 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,

126 orang tua untuk mendidik anak-anaknya, karena anak adalah amanah Allah yang diberikan kepada kedua orang tuanya yang kelak akan di minta pertanggung jawaban atas pendidikan anak-anaknya. 5 2. Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, didalam sekolah terjadi interaksi antara guru dengan murid dalam proses belajar mengajar. Sekolah harus dapat membantu keluarga dalam usaha pembentukan kepribadian, budi pekerti dan keagamaan, sekolah-sekolah memegang peranan dalam pembentukan kepribadian seseorang, mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah tinggi (bagi mereka yang berkesempatan), maka dapatlah disimpulkan bahwa sebagian besar pembentukan kecerdasan (pengertian), sikap dan minat sebagai bagian dari pembentukan kepribadian dilaksanakan di sekolah. 6 3. Solusi untuk menghadapi kendala dalam melaksanakan penanaman nilai-nilai religius melalui kegiatan keagamaan di Madrasah Aliyah Al-Ma arif Pondok Pesantren Panggung Tulungagung. 5 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-2, hlm. 179 6 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT al-ma'arif, 1980), hlm 63

127 Dengan melihat berbagai kendala yang di hadapai oleh pihak madrasah maka diperlukan kerja sam berbagai lini dalam lemabaga supaya hal tersebut dapat diatasi, anatara lain: 1. pertama, rendahnya kesadaran siswa terhadap pentingnya nilai religius dan kedisiplinan siswa, madrasah memberikan solusi yaitu caranya dengan memberikan kesadaran kepada siswa tentang pentingnya program keagamaan ini dan ketika madrasah mengadakan kegiatan keagamaan pasti akan ada konsekuensinya, seperti kegiatan sholat dhuha, dan sholat berjama ah akan ada absensinya dalam mengikuti kegiatan, bila mana ketahuan tidak mengikuti kegiatan akan dipanggil, akan diberi sangsi teguran awal klau berulang lagi akan diberi sangsi yang berlaku sesuai kesepakatan. 2. kedua kurangnya dukungan dari dewan guru, untuk mengatasi permasalah ini madrasah khususnya kepala sekolah harus bisa adanya kerjama dalam stoke holder di madrasah, yang didukung oleh semua guru dan bekerja sama dengan guru agama untuk meningkatkan religius pada siswa. Sebetulnya kalau memang kegiatan itu wajib dilaksanakan di madrasah disini semua guru harus berpartisipasi dan mendukungnya. Agar semua kegiatan berjalanan dengan lancar.

128 3. Ketiga, kurangnya dukungan dari orang tua, dari madrasah mengadakan pertemuan wali murid bersama kepala sekolah, guru-guru dan wali kelas, bertujuan untuk menyadarkan orang tua betapa pentingnya orang tua dalam mendidik putra putrinya, dalam upaya penanaman nilai-nilai religius terhadap siswa, seharusnya pihak madrasah seharusnya membicarakan, mendiskusikan untuk mencari solusi, bagaimana supaya tahu perkembangan putra putrinya, baik dirumah maupun disekolah. Karena kebanyakan orang tua tidak tahu, pokoknya anak berangkat ke sekolah dan pulang ke rumah, tidak mengetahui putra putrinya mempunyai masalah atau tidak, makanya kalau kita temui siswa-siswa yang bermasalah biasanya kurang kasih sayang dari orang tuanya. Dengan adanya pertemuan atau musyawaroh ini bertujuan agar orang tua lebih memperhatikan putra putrinya dalam belajar dan mengetahui perkembangan anaknya dan perlu juga kasih sayang terhadap anaknya. 4. keempat, latar belakang pendidikan yang berbeda-beda dari siswa, untuk menangani peramsalahan ini diperlukan pengawasan dan perhatian supaya anak tersebut betul-betul dapat diarahakan kearah pribadi yang lebih baik, didukung dari guru-guru lain dan lemabaga. Khususnya siswa yang

129 latar belakang pendidikannya dari smp dan siswa dari luar tidak mondok. Barang siapa ingin sukses didunia, hendaknya dengan ilmu. Barang siapa ingin sukses di akhirot, hendaknya dengan ilmu. Dan barang siapa ingin sukses hidup diduni maupun di akhirot, hendaklah dengan ilmu. 7 Ini sebuah trobosan yang sangat baik untuk ditanamkan pada madrasah-madrasah sekarang. Bahkan lebih baik juga diterapkan pada sekolah-sekolah umum lainya, karena sangat lebih bermanfaat dan cocok setiap zaman. 7 Hadist Riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim