BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. panjang dibandingkan dengan negara berkembang. Perbandingan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 yang termuat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

PENGARUH MASASE KAKI DAN RENDAM AIR HANGAT PADA KAKI TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyangga tubuh. Bisa dibayangkan apabila tidak jeli untuk menjaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi penduduk dunia. Hasil pembangunan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi jaringan tubuh. Salah satu teori penuaan menyebutkan bahwa sel sel

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

PERBEDAAN EFEKTIFITAS MANDI AIR HANGAT DAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA. Istiana Nurhidayati* ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti sekarang ini, kualitas tidur yang baik jarang dimiliki oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tidur sangat berperan. dampak pada fisiologis manusia, karena tidur berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dijelaskan dalam undang - undang Nomor 17 tahun 2007 tentang rencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik,

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR LANSIA: TERAPI AKUPRESUR. Ambarsari, Siti Aisyah 1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang ditandai dengan

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ini biasanya disebut lansia dan rata- rata berusia 50 tahun keatas. Di

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pijat telah digunakan untuk pengobatan dan menjadi bagian rutin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus adalah suatu kondisi di mana kadar gula di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

PERBEDAAN EFEKTIFITAS TINDAKAN MASSAGE DAN PEMBERIAN RENDAM AIR HANGAT DALAM MEMENUHI KUALITAS TIDUR PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

PENGARUH TERAPI RENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS BAHU MANADO

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah kelanjutan dari usia dewasa yang merupakan proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho, 2008). Akibatnya jumlah lanjut usia semakin bertambah dan cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho, 2006). Sistem tubuh pada lanjut usia akan mengalami penurunan diberbagai aspek baik biologis, fisiologis, psikososial, maupun spiritual yang merupakan suatu proses penuaan (Stanley & Beare, 2006). Menurut Word Health Organization (WHO) populasi lansia yang berusia diatas 60 tahun diperkirakan menjadi dua kali lipat dari 11% pada tahun 2000 dan akan bertambah menjadi 22% tahun 2050. Pada tahun 2000 penduduk lansia populasinya berjumlah 605 juta jiwa dan akan bertambah menjadi 2 miliar pada tahun 2050 (WHO, 2012). Berdasarkan hasil Susenas tahun 2013, jumlah lansia di Indonesia telah mencapai 20,40 juta orang atau sekitar 8,05% dari total penduduk Indonesia. Jumlah penduduk di Indonesia diperkirakan akan terus bertambah menjadi sekitar 450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian, jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2025 akan bertambah sekitar 34,22 juta jiwa (BPS, 2013). 1

2 Semakin bertambahnya umur manusia, akan terjadi proses penuaan dengan diikuti berbagai permasalahan kesehatan terutama secara degeneratif yang berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia baik dari perubahan fisik, kognitif, perasaan, sosial, dan seksual (Azizah, 2011). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan berbagai macam gangguan, salah satunya adalah gangguan sulit tidur (insomnia). Lansia yang berusia diatas 65 tahun yang tinggal di rumah mengalami gangguan tidur sebesar 50% dan lansia yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang sebesar 66%. Lansia mengalami penurunan efektifitas tidur pada malam hari sebesar 70-80% dibanding dengan usia muda, dimana 1 dari 4 lansia yang berusia 60 tahun atau lebih mengalami gangguan tidur (Adiyati, 2010). Insomnia adalah suatu keadaan dimana seseorang sulit tidur, sering terbangun pada malam hari atau tidak dapat tidur kembali (Pratiwi, 2009). Menurut Widya (2010), insomnia merupakan suatu keadaan dimana seseorang sulit untuk tidur atau tidak dapat tidur dengan nyenyak. Penanganan insomnia dapat dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis. Penanganan secara farmakologis seperti obat-obatan hipnotik sedatif seperti Zolpidem, Tradozon, Lorazepam, Fenobarbital, Diazepam, Klonazepam, dan Amitripilin yang akan memiliki efek samping seperti gangguan koordinasi berfikir, gangguan fungsi mental, amnesia anterograd, ketergantungan, dan bersifat racun (Wiria, 2008). Sedangkan penanganan non farmakologis termasuk penanganan yang

3 aman, efektif, dan tanpa efek samping seperti terapi komplementer yang termasuk terapi pengobatan alamiah. Menurut National Institute of Health (NIH), terapi komplementer dikategorikan menjadi 5 yaitu : (1) Biological based practice : Herbal, vitamin dan suplemen lain, (2) Mind-body techniques : Meditasi, (3) Manipulative and body-based practice : Pijat (massage), refleksi (4) Energy therapies : Terapi medan magnet, (5) Ancient medical systems : Obat tradisional chinese, ayurvedic, akupuntur (Suardi, 2011). Menurut Sudoyo (2006), terapi komplementer bisa dilakukan dengan cara terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif, meditasi, terapi tertawa, akupuntur, akupressur, aromaterapi, refleksiologi, dan hidroterapi. Terapi pijat (massage) merupakan tindakan manipulasi otot-otot dan jaringan dalam tubuh dengan tekanan, menggosok, dan vibrasi atau getaran dengan menggunakan sentuhan tangan, jari-jari tangan, sikut, kaki, dan alat-alat manual atau elektrik untuk memperbaiki kondisi kesehatan (Nurgiwiati, 2015). Manfaat terapi pijat (massage) salah satunya di kaki dapat merangsang titik-titik saraf dengan tekanan jari sehingga dapat mengirim sinyal langsung ke otak untuk memicu terlepasnya bahan kimia seperti endorphin yang dapat membuat rasa nyaman, mengurangi rasa sakit, dan stres (Trionggo, 2013). Selain penanganan non farmakologi terapi pijat (massage), merendam kaki menggunakan air hangat merupakan pengobatan tradisional cina (CTM) dengan suhu sekitar 40 o C (Gunawan, 2014).

4 Merendam kaki dengan air hangat bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, mengurangi edema, mengendorkan otot-otot, meningkatkan relaksasi otot, meringankan kekakuan otot, menghilangkan stres, meningkatkan permeabilitas kapiler dan dapat menyehatkan jantung. Sehingga rendam air hangat efektif digunakan untuk menurunkan insomnia pada lansia. Rendam air hangat pada kaki ini juga sangat mudah dilakukan oleh semua orang, tidak membutuhkan biaya yang mahal, dan tidak memiliki efek samping yang berbahaya (Perry & Potter, 2006). Menurut penelitian yang dilakukan Aziz (2014), yaitu penelitian untuk mencari pengaruh terapi pijat (massage) terhadap tingkat insomnia pada lansia, dari penelitian tersebut didapatkan ada pengaruh yang signifikan antara terapi pijat (massage) terhadap tingkat insomnia pada lansia. Selain itu menurut penelitian yang dilakukan Khotimah (2011), yaitu penelitian untuk mencari pengaruh rendam air hangat pada kaki dalam meningkatkan kualitas tidur lansia, dari penelitian tersebut didapatkan ada pengaruh yang signifikan antara rendam air hangat pada kaki dalam meningkatkan kualitas tidur lansia. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan November di Panti Wreda Dharma Bakti Pajang Surakarta bahwa jumlah lansia yang tinggal saat ini berjumlah 83 Lansia dan Griya PMI Peduli Surakarta berjumlah 25 lansia. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti di Panti Wreda Dharma Bakti Pajang Surakarta terhadap 15 lansia didapatkan 13 lansia yang mengalami gangguan tidur dan di

5 Griya PMI Peduli Surakarta terhadap 10 lansia didapatkan 9 lansia yang mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur yang dialami oleh para lansia tersebut seperti kesulitan untuk tidur, sering terbangun pada malam hari, dan kesulitan untuk tidur kembali. Upaya yang dilakukan oleh petugas kesehatan tersebut dalam menangani insomnia adalah dengan pemberian obat tidur atau terapi farmakologis, sedangkan pemberian terapi farmakologis dalam waktu lama dapat memberikan efek yang tidak baik bagi kesehatan lansia yaitu seperti gangguan koordinasi berpikir, gangguan fungsi mental, amnesia anterograd, ketergantungan dan bersifat racun. Petugas kesehatan tersebut belum pernah memberikan pengobatan secara non farmakologis seperti masase kaki dan rendam air hangat pada kaki. Berdasarkan latar belakang diatas, masase dan rendam air hangat pada kaki dapat menurunkan insomnia pada lansia, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian apakah lebih efektif dengan menggabungkan pengaruh masase kaki dan rendam air hangat pada kaki terhadap penurunan insomnia pada lansia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah Apakah ada pengaruh masase kaki dan rendam air hangat pada kaki terhadap penurunan insomnia pada lansia?.

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masase kaki dan rendam air hangat pada kaki terhadap penurunan insomnia pada lansia. 2. Tujuan Khusus : a. Mengetahui gambaran insomnia sebelum dilakukan masase kaki dan rendam air hangat pada kaki. b. Menganalisa gambaran insomnia pada lansia sesudah dilakukan masase kaki dan rendam air hangat pada kaki. c. Menganalisis pengaruh masase kaki dan rendam air hangat pada kaki terhadap penurunan insomnia pada lansia. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Melalui penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan ilmu bagi peneliti tentang pengaruh masase kaki dan rendam air hangat pada kaki terhadap penurunan insomnia pada lansia. 2. Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bukti dan acuan dalam penurunan insomnia pada lansia dengan menggunakan masase kaki dan rendam air hangat pada kaki. Mengembangkan ilmu dan keterampilan dalam merawat pasien lansia yang mengalami insomnia.

7 3. Bagi masyarakat Membantu lansia dan masyarakat yang mengalami gangguan tidur agar secara mandiri atau dibantu keluarga dalam melakukan masase kaki dan rendam air hangat pada kaki. 4. Bagi perawat dan tenaga kesehatan Sebagai lahan bagi tenaga kesehatan untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif dalam penatalaksanaan terapi komplementer bagi penderita insomnia. E. Keaslian Penelitian 1. Aziz M. T. (2014) Pengaruh Terapi Pijat (massage) Terhadap Tingkat Insomnia Pada Lansia. Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experiment desain dengan menggunakan Non Equivalent Control Group Design. Jumlah populasi 115 lansia dengan jumlah sampel 34 responden. Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. lokasi penelitian yang diambil adalah Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. Pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta-Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS) yang telah dimodifikasi sesuai dengan kondisi pasien. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa mean pada post kelompok perlakuan 4,29, sedangkan pada post kelompok kontrol 6,00. Dengan menggunakan t tes independen post perlakuan didapatkan hasil p-value = 0,03 bila dibandingkan dengan α (0,05)

8 berarti ada pengaruh terapi pijat (massage) terhadap tingkat insomnia pada lansia. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti adalah variabel penelitian dengan membandingkan 2 variabel bebas yaitu masase kaki dan rendam air hangat pada kaki, lokasi penelitian, teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling, populasi dan sampel penelitian. 2. Heny W. LP. (2013) Pengaruh Masase Punggung Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Dengan Insomnia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar. Desain penelitian yang digunakan adalah True Experimental Design dengan rancangan Randomized Pretest-Posttest Control Group Design. Jumlah populasi 47 lansia yang mengalami insomnia 24 lansia. Sampel total yang digunakan 24 lansia. Lokasi penelitian yang diambil adalah Panti Sosial Tresna Wredha Wana Seraya Denpasar. Pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada saat preetest p value = 0,879 sedangkan pasa saat posttest p-value = 0,002 sehingga ada perbedaan yang signifikan antara kualitas tidur sebelum dan sesudah setelah diberikan masase punggung pada lansia. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti adalah variabel penelitian dengan membandingkan 2 variabel bebas yaitu masase kaki dan rendam air hangat pada kaki, lokasi penelitian, metodologi penelitian menggunakan quasy-eksperiment dengan

9 rancangan nonequivalent control group with pre-post test design, populasi dan sampel penelitian. 3. Khotimah (2011) Pengaruh Rendam Air Hangat Dalam Meningkatkan Kuantitas Tidur Lansia. Desain penelitian yang digunakan adalah praeksperimen dengan pendekatan one-group pra test-post test. Jumlah populasi 20 lansia insomnia yang berusia diatas 60 tahun dengan jumlah sampel 20 responden. Pengambilan sampel dengan Total Sampling. Lokasi penelitian yang diambil adalah Desa Mojojejer, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang. Hasil dari penelitian menunjukkan kuantitas tidur lansia yang dilakukan rendam air hangat pada kaki mengalami peningkatan, dengan nilai signifikansi α = 0.0001 (α = 0,005) yang artinya ada pengaruh rendam air hangat pada kaki dalam meningkatkan kuantitas tidur pada lansia. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti adalah variabel penelitian dengan membandingkan 2 variabel bebas yaitu masase kaki dan rendam air hangat pada kaki, lokasi penelitian, metodologi penelitian menggunakan quasy-eksperiment dengan rancangan nonequivalent control group with pre-post test design, populasi dan sampel penelitian.