BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbicara adalah kemampuan untuk mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain. Berbicara dapat diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan secara lisan (Brown dan Yule, 1983). Menurut Tarigan (1981:15), berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantis, dan linguistik yang sangat intensif. Tarigan (2008:17) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang bertujuan untuk mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan orang tersebut. Menurut Tarigan (2008:22), keterampilan berbicara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berbicara sebagai seni dan berbicara sebagai ilmu. Berbicara sebagai seni menekankan bahasa sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, sedangkan berbicara sebagai ilmu menekankan mekanisme bicara dan mendengar, latihan dasar bagi ajaran dan suara, bunyi-bunyi dalam rangkaian ujaran, vokal-vokal, konsonan-konsonan, dan patologi ujaran. Sehubungan dengan berbicara sebagai ilmu yang menekankan pada bunyi bahasa ada beberapa aspek yang secara umum
digunakan sebagai alat ukur dalam mengetahui keterampilan berbicara seseorang, yakni intonasi (intonation), pelafalan (pronunciation), kosakata (vocabulary), tata bahasa (grammar), dan kelancaran berbicara (fluency). Penelitian yang dilakukan ini hanya menekankan hanya dua aspek yaitu pelafalan (pronunciation) dan kelancaran berbicara (fluency). Hal itu sesuai dengan tujuan penelitian yang hanya memfokuskan pada pelafalan dan kelancaran berbicara. Pelafalan dipilih karena masih terjadi penyimpangan dalam pengucapannya oleh peserta didik kelas XI SMA Budi Utama. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa kemampuan pelafalan bunyi bahasa Inggris peserta didik kelas XI di SMA Budi Utama sangat kurang dan perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, penelitian ini hanya akan menekankan pada pelafalan bunyi bahasa Inggris dan kelancaran berbicara. Kemampuan dalam melafalkan bunyi terkait erat dengan bahasa, artinya bahasa memiliki sistem bunyi yang berbeda. Hornby (1995:662) menyatakan bahwa Language is the system of sounds and words used by humans to express their thoughts and feelings bila diartikan bahasa merupakan sistem bunyi dan kata yang digunakan manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Bahasa Indonesia mempunyai sistem bunyi yang berbeda dengan bahasa Inggris. Perbedaan itu mengakibatkan terjadinya hambatan dalam melafalkan beberapa bunyi konsonan yang tidak dimiliki oleh sistem bunyi bahasa Indonesia, seperti bunyi [θ]; [ʒ] ;[ʃ]; [ʧ] ;[ʤ]; [ð] bahkan dalam melafalkan bunyi vokal pun masih terdapat kekeliruan. Orang Indonesia cenderung akan menyesuaikan bunyi itu dengan bunyi yang telah diketahuinya, baik dalam bahasa Indonesia maupun
bahasa ibunya. Sebagai contoh kata thin [θɪn] dilafalkan [tɪn], vision [vɪʒn] dilafalkan [vɪsɪən], shoe [ʃu:] dilafalkan [sʊ], chain [ʧeɪn] dilafalkan [ceɪn], jam [ʤæm] dilafalkan [jəm], this [ðɪs] dilafalkan [dɪs]. Kekeliruan dalam melafalkan kata bahasa Inggris dapat mengakibatkan perbedaan makna bagi pendengarnya. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan agar peserta didik dapat melafalkan bunyi bahasa Inggris dengan benar sehingga kekeliruan tersebut dapat diminimalkan. Namun, yang ditekankan dalam penelitian ini tidak mengenai makna, tetapi menekankan pada pelafalan bunyi saja. Fenomena di atas telah mendasari pemikiran penelitian yang dilakukan ini dengan mencari salah satu cara pemecahannya, yaitu dengan menerapkan metode audiolingual dalam proses pembelajaran. Untuk meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik kelas XI SMA Budi Utama, dilakukan dengan menerapkan metode audiolingual. Artinya, menggunakan kamus elektronik Chambridge Advanced Dictionary 3-rd Edition yang kemudian diterapkan dalam praktikpraktik dan latihan-latihan dalam berbahasa sehingga peserta didik mampu berbicara sesuai dengan pelafalan yang benar dan tepat. Metode audiolingual ini diharapkan mampu meningkatkan pelafalan bunyi bahasa Inggris peserta didik kelas XI SMA Budi Utama dengan menggunakan media utama kamus elektronik Chambridge Advanced Dictionary 3-rd Edition yang dikombinasikan melalui teknik latihan (drill).
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagaimanakah permasalahan pelafalan dalam percakapan bahasa Inggris peserta didik kelas XI SMA Budi Utama Kuta Utara sebelum metode audiolingual diterapkan? 2) Bagaimanakah penerapan metode audiolingual dalam meningkatkan pelafalan dalam percakapan bahasa Inggris peserta didik kelas XI SMA Budi Utama? 3) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya penyimpangan pelafalan dalam percakapan bahasa Inggris peserta didik kelas XI SMA Budi Utama, Kuta Utara? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan pelafalan dalam percakapan bahasa Inggris peserta didik kelas XI SMA Budi Utama, Kuta Utara. Permasalahan yang dialami di dalam kelas terutama dalam hal pelafalan diharapkan dapat diatasi dengan menerapkan metode audiolingual sehingga peserta didik dapat meraih nilai yang memuaskan dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan metode dan teknik yang tepat dalam proses belajar mengajar yang didukung dengan
kurikulum yang baik, maka tujuan pembelajaran akan dapat dicapai secara maksimal. 1.3.2 Tujuan Khusus Secara khusus, penelitan ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui permasalahan pelafalan dalam percakapan bahasa Inggris peserta didik kelas XI SMA Budi Utama Kuta Utara sebelum metode audiolingual diterapkan? 2) Mendeskripsikan penerapan metode audiolingual dalam meningkatkan pelafalan dalam percakapan bahasa Inggris peserta didik kelas XI SMA Budi Utama? 3) Menganalisis faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya penyimpangan pelafalan dalam percakapan bahasa Inggris peserta didik kelas XI SMA Budi Utama Kuta Utara? 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memberikan sumbangan ide, keilmuan dan kepraktisan. Nilai lebih bagi dunia pendidikan terutama dalam bidang berbicara bahasa Inggris sangat diharapkan. Di bawah ini disampaikan manfaat yang diperoleh dari penelitian ini.
1.4.1 Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan ide khususnya bagi tenaga kependidikan yang berkecimpung dalam bidang penelitian dan pendidikan kebahasaan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan dalam pengembangan linguistik dalam pembelajaran bahasa, khususnya linguistik terapan. Melalui penelitian ini, diharapkan bunyi-bunyi yang sering keliru dilafalkan dan penyebab kesalahan tersebut dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk mengatasi masalah pelafalan pada peserta didik. Penelitian ini diharapkan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi linguistik terapan dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris dengan menerapkan metode yang relevan dalam proses pembelajaran. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah temuan-temuan baru dalam bidang pembelajaran kebahasaan sehingga tercipta metode dan teknik mengajar yang kreatif. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan guru, peserta didik tentang pentingnya pelafalan bahasa Inggris yang baik agar dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mampu bersaing dalam dunia kerja yang semakin ketat. Penggunaan media sangat penting dalam membantu meningkatkan pemahaman dan hasil dari proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran terwujud. Penelitian ini diharapkan agar mampu memberikan inspirasi bagi peneliti-peneliti yang tertarik untuk melakukan kajian dalam bidang pembelajaran dan pengajaran bahasa.