BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Sekolah merupakan salah satu badan pendidikan yang memiliki peran penting dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kualitas. Menurut Tardif dalam Gerrits (2009) pendidikan adalah the total process of developing human abilities and behavior, drawing on almost all life s experience. Dalam proses pendidikan sendiri individu dididik dan diajar sehingga proses pendidikan terhadap siswa dapat berlangsung sebagaimana mestinya.winkel dalam Prajaka (2009) mengatakan sekolah dirancang dengan berjenjang dan disesuaikan dengan fase-fase perkembangan anak didik. Hal ini dimaksudkan supaya seseorang dapat menuntut ilmu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Untuk menentukan apakah seseorang dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, maka setiap tahun diadakan evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Salah satu hal yang penting dalam proses pendidikan adalah prestasi belajar. Menurut Arifin (1991) prestasi belajar juga berguna sebagai umpan balik bagi pendidik untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa. Arifin juga mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan, 1
2 keterampilan, dan sikap sesorang dalam menyelesaikan tugas (Arifin, 1991). Evaluasi terhadap hasil belajar ini disebut prestasi belajar. Suryabrata dalam Prajaka (2009) menyatakan prestasi belajar adalah suatu hasil yang diperoleh dalam usaha belajar yang dilakukannya, dan ini memberikan arti bahwa prestasi belajar yang dilakukan merupakan produk dengan sebuah proses. Prestasi belajar ini dipakai sebagai indikator keberhasilan seseorang dalam menyerap pelajaran yang diberikan selama proses belajar mengajar (Crow & Crow, 1969). Salah satu indikator prestasi belajar adalah nilai rapor, indeks prestasi siswa, angka kelulusan, atau predikat keberhasilan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Suryabrata dalam Prajaka (2009) yang mengungkapkan bahwa prestasi belajar sebagai hasil yang telah dicapai seseorang dalam belajar dinyatakan dalam nilai rapor. Dalam sebuah proses belajar, prestasi belajar dapat dijadikan sebuah tolak ukur bagi siswa untuk melihat sejauh mana penguasaannya terhadap setiap materi pelajaran yang diberikan. Seperti yang dikatakan oleh Purwadarrninto (1987) yang menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan seseorang pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan. Dengan kata lain prestasi belajar merupakan pencapaian dari apa yang kita kerjakan.
3 Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor dari luar individu. Faktor internal menurut Slameto (2003) terdiri dari faktor jasmaniah seperti kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis seperti inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Selain itufaktor kelelahan juga berpengaruh dalam prestasi belajar. Disamping itu Slameto (2003) menyatakan faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga seperti cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah seperti metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Faktor masyarakat seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, media, teman sebaya, dan bentuk kehidupan masyarakat. Dari berbagai faktor diatas salah satu hal yang berpengaruh dalam prestasi belajar adalah teman sebaya. Dalam keterlibatan dengan teman-teman sebaya dukungan
4 teman sebaya dapat memberikan sumbangan dalam kestabilan psikologis seseorang.hal ini diperkuat oleh penelitian Younis & Smollar (dalam Agustiani, 2006) yang mengatakan bahwa relasi dengan teman sebaya dapat mematangkan self seseorang khususnya dalam masa remaja. Masa remaja merupakan periode peralihan, yaitu peralihan dari massa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Selain mengalami perubahan fisik tentu saja terdapat perubahan kondisi psikis dan kebutuhan sosial. Kondisi ini merupakan reaksi yang mengikuti pertumbuhan remaja. Dimana remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas oleh orang-orang seusianya. Hurlock dalam Prajaningtyas (2009) menyatakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja memperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain. Berdasarkan teori perkembangan psikososial yang dikemukakan oleh Erikson (1968), usia yang sangat rentan terhadap pengaruh sosial adalah pada usia remaja (adolescence) yang berkisar antara 12-18 tahun. Pada masa ini, remaja akan mencari identitasnya melalui lingkungan sosialnya. Umumnya remaja cenderung mengharapkan pengakuan dari oranglain yang sebaya dengannya sehingga menyebabkan pengaruh lingkungan sosial sangat kuat pada kehidupan remaja.
5 Jenjang SMA merupakan jenjang sekolah dimana peserta didik memasuki usia remaja. Umumnya usia siswa SMA yang berusia 15-18 tahun tergolong dalam remaja tengah, dan akan menuju remaja akhir (Monks, 2006). Dimana dalam usia ini remaja tidak hanya mengalami kematangan secara fisik, tetapi juga secara mental, menjadi lebih dewasa dalam berpikir, dalam bertindak, dan bertanggung jawab. Dengan demikian siswa SMA dituntut untuk memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang lebih lagi untuk masa depannya. Mengingat masa remaja juga merupakan massa sekolah maka tidak mengherankan jika remaja juga banyak menemukan teman-teman sebaya mereka di sekolah. Menurut Santrock dalam Laturiuw (2009) setidaknya para remaja menghabiskan 6 jam per harinya untuk bersama-sama dengan teman sebayanya. Disamping itu sekolah juga menyediakan aktivitas diluar jam pelajaran sehingga para remaja dapat berkumpul dengan teman-teman sebayanya. Hilman dalam Ristianti (2008) menjelaskan bahwa, dukungan dari teman sebaya dapat membuat remaja memiliki teman senasib, teman untuk berbagi minat yang sama, dapat melaksanakan kegiatan yang kreatif sifatnya, membuat remaja merasa nyaman, dan dapat membuat remaja saling menguatkan bahwa mereka dapat bertumbuh kearah yang positif.
6 Menurut Laturiuw (2009) dukungan sosial teman sebaya merupakan suatu bentuk pemberian bantuan, perhatian, penghargaan, pertolongan, dorongan, semangat, dan nasehat yang dapat membuat seseorang merasa memiliki kesenangan, ketenangan, atau kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh sekelompok orang yang memiliki kesamaan tingkat usia, tingkat kedewasaan, cirriciri, norma, dan kebiasaan. Sedangkan hal senada juga dinyatakan oleh Lestari (2007) yang mengatakan bahwa dukungan sosial teman sebaya adalah suatu bentuk informasi kesenangan atau bantuan yang diperolehseorang individu dari kelompok teman yang memiliki ciri, norma dan kebiasaan yang sama. Dengan demikian individu akan merasa dirinya diperhatikan, dicintai, dihargai dan dihormati. Dukungan sosial teman sebaya yang dimaksud disini adalah dukungan sosial seperti diungkapkan oleh Gottlieb (1983) yang menyatakan dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal yang berupa bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh adanya keakraban atau adanya kehadiran seseorang dan bermanfaat serta mempengaruhi perilaku emosi dari pengaruh negatif serta tekanan hidup. Ahmed dalam Soukotta (2010) menyatakan bahwa dukungan sosial berpengaruh terhadap prestasi belajar. Sebab
7 saat seorang merasa mendapat kenyamanan dan dukungan secara psikis dan sosial akan membuat semangat dan kepercayaan diri seseorang dalam belajar ataupun dalam mengerjakan tugas meningkat sehingga berpengaruh juga terhadap prestasi belajarnya. Seperti dikemukakanoleh Ryan dalam Nurwati (2009) bahwa kelompok teman sebaya dapat mempengaruhi prestasi seseorang, sebab saat seseorang merasa diperhatikan dan didukung oleh lingkungannya maka akan meningkatkan semangat dan kepercayaan diri orang tersebut dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya berpengaruh terhadap prestasi belajar. Namun demikian terdapat beberapa penelitian yang menyatakan bahwa dukungan sosial teman sebaya tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar. Seperti dikemukakan oleh Fuligni dalam Soukotta (2010) menyatakan bahwa dukungan sosial teman sebaya tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal senada juga dikemukakan oleh Cauce dalam Soukotta (2010) yang mengatakan bahwa dukungan teman sebaya memiliki hubungan negatif dengan kompetensi di sekolah, yang dalam hal ini adalah kompetensi untuk berprestasi. Sebuah hasil penelitian dari Soukotta (2010) juga turut menyatakan bahwa dukungan sosial teman sebaya tidak
8 berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hasil penelitian ini diperkuat oleh pernyataan Santrock (2004) yang mengungkapkan bahwa pada usia SMA, penerimaan teman sebaya kurang penting karena siswa pada usia ini sudah mulai mandiri dan dapat membuat keputusan sendiri untuk hidupnya. Berdasarkan fenomena di atas, dan berdasarkan asumsi yang ada, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai hubungan antara dukungan sosial teman sebaya terhadap prestasi belajar, khususnya pada jenjang SMA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada maka muncul rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dan prestasi belajar pada siswa SMA di Salatiga. C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dirumuskan maka tujuan yang ingin dicapai peneliti dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dan prestasi belajar.
9 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Data dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan khususnya dalam bidang psikologi pendidikan, psikologi sosial dan psikologi perkembangan mengenai pentingnya dukungan sosial teman sebaya terhadap prestasi belajar siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi badan pendidikan khususnya sekolah dapat dijadikan masukan mengenai pentingnyadukungan sosial teman sebayadalam prestasi belajar, sehingga tercipta iklim belajar yang lebih baik. b. Bagi siswa supaya dijadikan masukan bagi siswa untuk memahami sejauh mana dukungan sosial teman sebaya berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka. Sehingga para siswa diharapkan dapat saling memberi dukungan satu sama lain dalam proses belajar, dengan demikian diharapkan prestasi belajar siswa-siswi pun meningkat.
10