BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI HUJAN LEBAT NABIRE (52.1 mm) DI NABIRE TANGGAL 30 JANUARI 2017 I. INFORMASI KEJADIAN KEJADIAN LOKASI TANGGAL 30 Januari 2017 DAMPAK Telah terjadi hujan lebat sekitar pukul 11.00 22.00 WIT di wilayah Kota Nabire dan sekitarnya. Kota Nabire dan sekitarnya Hujan lebat yang terjadi (± 11 jam) tersebut menyebabkan beberapa genangan air di sekitar ruas jalan di Kota Nabire II. DATA CURAH HUJAN Data Curah Hujan Curah Hujan Terukur (mm) Keterangan Stasiun Meteorologi Nabire 52.1 mm Hujan Lebat III. ANALISA METEOROLOGI INDIKATOR KETERANGAN 1. Matahari Berdasarkan gambar gerak semu matahari, tanggal 30 Januari 2017 terlihat posisi matahari berada di Belahan Bumi Selatan (BBS). Hal ini berarti radiasi matahari akan lebih banyak diterima di daerah BBS dibandingkan dengan di deaerah BBU. Hal ini dapat menimbulkan pemanasan yang lebih banyak di daerah BBS yang dapat berakibatkan pada penurunan tekanan dan peningkatan awan awan konvektif di daerah BBS. 2. ENSO (El Nino South Osciilation) Berdasarkan data indeks Nino 3.4 tanggal 30 Januari 2017 yang bernilai 0.31 dan data SOI tanggal 30 Januari 2017 yang bernilai + 2.5, maka dapat dikatakan bahwa pada tanggal 30 Januari 2017, menunjukkan kondisi normal yaitu pengaruhnya tidak signifikan terhadap hujan harian di wilayah Indonesia serta suplai uap air dari samudera pasifik timur ke pasifik barat tidak signifikan yaitu aktivitas potensi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia bagian timur rendah. 3. MJO (Madden Julian Oscillation) Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 30 Januari 2017 yang berada di kuadran IV, sehingga mempengaruhi kondisi curah hujan di sekitar wilayah Indonesia. 4. SST (Sea Surface Temperature) Data model analisis SST tanggal 30 Januari 2017 menunjukkan bahwa suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia cukup hangat berkisar 29 31 C. Analisis anomali SST bernilai positif (+0.5) (+3.0) C di sekitar perairan Nabire. Kondisi ini menunjukkan potensi penguapan yang cukup tinggi sehingga kadar uap air tersedia cukup banyak di sekitar wilayah tersebut.
5. Pola Tekanan Udara Berdasarkan gambar isobar dari tanggal 30 Januari 2017 terlihat bahwa secara umum wilayah Indonesia bagian selatan terdapat beberapa pola gangguan cuaca yakni 5 (lima) daerah tekanan rendah BADAN METEOROLOGI (Low Pressure). Hal DAN tersebut GEOFISIKA menandakan bahwa kondisi yang BALAI BESAR METEOROLOGI mendukung DAN GEOFISIKA aktifnya pergerakan WILAYAH massa V udara dari wilayah Indonesia STASIUN bagian METEOROLOGI utara menuju wilayah NABIRE Indonesia bagian selatan. 6. Pola Arus Angin (Streamline) Dari peta streamline, pola angin dengan ketinggian 3000 feet menunjukkan diatas terlihat adanya pergerakan angin yang membawa massa udara dingin dari samudera Pasifik dan melewati wilayah Nabire. Selain itu adanya daerah tekanan rendah (Low Pressure) di samudera pasifik & perairan selatan papua serta adanya pola shearline diatas wilayah Nabire, yang dapat berperan untuk pembentukan awan awan konvektif penghasil hujan lebat. 7. Kelembaban Relatif Berdasarkan data kelembaban relatif (Sumber: BOM Australia), pada lapisan 850 & 700 mb di sekitar wilayah Nabire, kelembaban relatif bernilai 80-100%. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat kejadian hujan lebat kondisi udara basah sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif di sekitar wilayah Nabire. 8. Indeks Labilitas Udara Berdasarkan analisis labilitas udara tanggal 30 Januari 2017 pukul 06.00 dan 12.00 UTC di wilayah Nabire yaitu : Indeks Labilitas Pukul 06.00 UTC Pukul 12.00 UTC K. Indeks 40 40 LI (Lifted Indeks) -2-2 SI (Showalter Indeks) -1-2 Nilai K.Indeks yaitu 40 yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif kuat. Nilai L.Indeks berkisar antara -2 yang mengindikasikan kemungkinan potensi badai guntur yang sedang. Nilai Showalter Indeks yaitu -1 & -2 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur. 9. Citra Satelit Berdasarkan gambar satelit Himawari 8 EH pada tanggal 29 Januari 2017 yang diambil mulai 21.30 UTC s/d tanggal 30 Januari 2017 jam 11.20 UTC (06.30 s/d 20.20 WIT) memperlihatkan terdapatnya awan-awan konvektif tunggal (awan hujan) disekitaran wilayah Nabire. Terlihat kumpulan awan konvektif tersebut bergerak masuk ke wilayah Nabire berasal dari arah barat. Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak awan pada counter line satelit Himawari 8 EH & IR yaitu (-48) s/d (-56) 0C, yang berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Kumpulan awan Cumulunimbus tersebut bergerak menuju wilayah Nabire pada jam 21.30 UTC. IV. KESIMPULAN Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa : Hujan yang terjadi di wilayah kota Nabire dan sekitarnya diakibatkan karena kondisi SST yang cukup hangat. Track MJO di kuadran IV, yang mempengaruhi kondisi curah hujan di sekitar wilayah Indonesia. Adanya pusat tekanan rendah, shearline di sekitar wilayah Nabire yang menyebabkan terjadinya pembentukan awan awan konvektif penghasil hujan lebat. Kelembaban relatif (RH) pada lapisan 850 & 700 mb bernilai 80-100%. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat kejadian hujan lebat kondisi udara basah sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif di sekitar wilayah Nabire Kondisi atmosfer yang labil.
V. PROSPEK KEDEPAN Untuk 3 (tiga) hari ke depan, wilayah Nabire masih berpotensi terjadinya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang terutama pada sore dan malam hari. BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VII. PERINGATAN DINI NIHIL LAMPIRAN Gambar 1. Gerak Semu Matahari & Suhu Muka Laut Tanggal 30 Januari 2017 Gambar 2. Grafik Indeks Nino 3.4 dan SOI Tanggal 30 Januari 2017 Gambar 3. Analisa Arus Angin Jam 00.00 & jam 12.00 tanggal 30 Januari 2017
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA Gambar 4. Citra Satelit Himawari 8 Jam 21.30 & 11.20 UTC tanggal 30 Januari 2017 Gambar 5. Prediksi Kelembaban Udara Lapisan 850 & 700 mb pada jam 00.00 & 06.00 UTC Tanggal 30 Januari 2017
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA