HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA TAHUN YANG AKAN MENJALANI KHITAN MASSAL DI PENDAPA AGUNG TAMANSISWA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK SEBELUM TINDAKAN SIRKUMSISI DI BALAI PENGOBATAN ADHIA TUNGGUR SLOGOHIMO WONOGIRI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam kata lain sunat adalah memotong kulup atau khitan. Budaya (2012)

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA USIA PREMENOPAUSE DI KAUMAN RT. 49 NGUPASAN GONDOMANAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI POLI JIWA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KOTA KEDIRI

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KESEHATAN JANIN TRIMESTER II DI RSIA KUMALA SIWI JEPARA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

TINGKAT KECEMASAN SUAMI SAAT ISTRI MENJALANI PERSALINAN NORMAL DI PONEK RSUD Dr. MOEWARDI

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR

Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

Kecemasan ialah suatu perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Peserta didik temasuk didalamnya mahasiswa banyak mengalami peristiwa

BAB 5 HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Maha Kuasa, langkah menuju kedewasaan, tanda kekalahan atau perbudakan,

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

Anda akan belajar langsung dari Master Hipnotis IHA (Indonesian Hypnosis Association).

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

sangat berlebihan dan juga tidak realistik, seperti selalu memanggil petugas kesehatan walaupun demamnya tidak tinggi (Youssef et al, 2002).

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KELANCARAN PROSES PERSALINAN DI BPS MUKSININ

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. xiv

HUBUNGAN PERAN SERTA KELUARGA DALAM PERAWATAN STROKE DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

PENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI. Semarang

BAB I PENDAHULUAN. urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I. Pendahuluan. cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian. Kanker adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU VERBAL ABUSE ORANG TUA PADA ANAK DI DUSUN KUWON SIDOMULYO BAMBANGLIPURO BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. orang. Menurut (World Health Organization,2012) kesehatan adalah suatu

kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit 2004) dan Friedman (1998) mendefenisikan bahwa keluarga adalah kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

Transkripsi:

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA 10-13 TAHUN YANG AKAN MENJALANI KHITAN MASSAL DI PENDAPA AGUNG TAMANSISWA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Meika Nur Sudiyanto 0502R00295 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2011

HALAMAN PERSETUJUAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA 10-13 TAHUN YANG AKAN MENJALANI KHITAN MASSAL DI PENDAPA AGUNG TAMANSISWA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Meika Nur Sudiyanto 0502R00295 Oleh: Pembimbing : Yuli Isnaeni, M.Kep.,Sp.Kom., Tanggal : 22 Febuari 2011 Tanda tangan :...

Latar Belakang Tindakan sirkumsisi yang dilakukan berpotensi menimbulkan kesakitan yang sangat dan menimbulkan trauma, maka indikasi dan kontraindikasi disesuaikan dengan keahlian dokter yang melakukannya. Secara medis, sirkumsisi dilaksanakan atas indikasi terdapat keadaan yang mengharuskan orang menjalani sirkumsisi untuk pengobatan. Sirkumsisi merupakan tindakan bedah yang mengancam hilangnya kulup dari glands penis. Lebih dari duabelas studi mengkonfirmasikan adanya nyeri ekstrim karena sirkumsisi. Salah satu studi menyimpulkan bahwa rasa nyeri yang dirasakan sangat hebat dan terus menerus. Selain itu juga dilaporkan terjadinya peningkatan denyut jantung 55 denyutan permenit dan kira-kira 50% terjadi peningkatan melebihi batas normal. Setelah sirkumsisi dilaporkan terjadi peningkatan kortisol darah 3-4 kali dibandingkan sebelum sirkumsisi. Suatu studi juga menyebutkan bahwa respon anak selama sirkumsisi diekspresikan dengan menangis yang merupakan ekspresi dari rasa nyeri yang dialami (Circumcision Resource Center, 2008). Fenomena di masyarakat memperlihatkan bahwa kecemasan yang dialami anak ketika akan menjalani khitan massal masih tinggi sehubungan dengan ketakutan terhadap nyeri ketika dikhitan. Tangis, senyum, sedih, takut, dari dalam ruangan, anak yang akan menjalani khitan massal berubah menjadi wajah yang penuh kecemasan dan kekhawatiran ketika anak mendapat giliran untuk dikhitan. Terutama setelah anak mendengar jerit tangis teman-temannya yang ada didalam ruang khitan, ketika petugas menyuntik obat bius. Kecemasan ketika menjalani khitan dapat berdampak negatif pada diri anak dalam jangka panjang, di antaranya hilangnya kepercayaan diri, sulit untuk bersosialisasi, perasaan tidak berdaya, anak terlihat menjadi pemurung, dan muncul perasaan khawatir. Orang tua memilih khitanan massal ketika liburan kenaikan kelas karena waktu untuk beristirahat setelah menjalani proses khitan lebih panjang sehingga tidak meninggalkan pelajaran sekolah. Manfaat kegiatan khitanan massal bertujuan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu melaksanakan salah satu sunnah dalam agama Islam karena khitan erat kaitannya dengan kebersihan dan kesehatan, Pentingnya berkhitan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat luas dalam pencegahan penyakit seperti

HIV/ AIDS, kanker, jamur, phimosis. Selain itu, tindakan sirkumsisi juga mempunyai beberapa keuntungan, seperti: menurunkan timbulnya infeksi saluran kemih dalam tahun pertama usia anak, angka kejadiannya 1:1000 pada anak yang disirkumsisi sementara pada anak yang tidak disirkumsisi angkanya 1:100; menurunkan resiko timbulnya keganasan penis menjadi 1/3 kali dibandingkan dengan orang yang tidak disirkumsisi (American Family Physician). Ketidaksiapan anak sebagian besar diakibatkan oleh ketidaksiapan orang tua. Namun hal ini sering berdampak pada anak-anak yang menjalani sirkumsisi tanpa persetujuan mereka, bahkan mereka tidak mengerti tentang sunat yang akan dijalaninya saat sudah berada diatas meja atau tempat tidur operasi. Banyak orang tua menghendaki khitan dilakukan kepada anaknya karena berbagai alasan termasuk alasan sosial dengan adanya kesempatan sunatan gratis (khitan massal). Motivasi orang tua menjadi lebih kuat mana kala mereka telah menyiapkan acara resepsi pasca khitan dengan mengedarkan banyak undangan. Anak tidak memperoleh ruang untuk memberikan persetujuannya. Anak yang tidak mengerti dengan baik tentang sirkumsisi yang dijalaninya akan menangis serta memberontak untuk menolak kelanjutan prosesi khitan, kesan kooperatif mendadak berubah menjadi tidak kooperatif. Kecemasan pada anak yang akan menjalani khitan dikenali sebagai bagian dari trauma yang dialami anak akibat tindakan yang dianggap membahayakan bagi dirinya. Seperti yang disebutkan Purwanto (2008) apabila orang menyadari bahwa hal-hal yang tidak bisa berjalan dengan baik pada situasi tertentu akan berakhir tidak enak maka mereka akan cemas. Hal tersebut akan mengganggu fungsi adaptasi anak, terutama yang berhubungan dengan kekuatan egonya. Kelemahan kontrol dan pertahanan ego dapat memunculkan ketakutan yang disebabkan oleh kondisi fisik atau psikis terhadap situasi yang mengancam. Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk strategi koping yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan (Stuart, 2006). Dukungan tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk dukungan emosional melalui rasa empati, misalnya mengusap anak yang sedang menangis serta berusaha meyakinkan dengan memeluk pundak anak agar tidak tertuju ke prosesi khitan. Orang tua

merasa lega setelah mencurahkan kasih sayang ketika dapat memahami kondisi anak. Secara umum anak laki-laki yang dilakukan sirkumsisi kurang bisa mengungkapkan perasaan yang dialaminya karena mayoritas dari mereka tidak mengerti apa itu sirkumsisi, bagaimana mengatur emosionalnya, dan kemungkinan mereka menyadari apa yang dirasakan tetapi takut untuk mengungkapkannya. Oleh karena itu orang tua seharusnya memberikan perhatian yang lebih besar kepada anak yang akan menjalani sirkumsisi. Untuk membuat keputusan yang akurat orang tua diharapkan memberikan informasi yang tidak memihak dan memberikan kesempatan pada anak untuk mendiskusikan keputusan yang akan dipilihnya. Berdasarkan fakta yang diperoleh dari survey terhadap keluarga didapatkan informasi bahwa anak tersebut kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya, karena kedua orang tuanya bekerja dari pagi sampai sore, dari segi pergaulan anak tersebut juga kurang bergaul, sehingga kecemasan yang muncul bisa disebabkan karena kurangnya dukungan dari orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu anak merasa cemas sebelum disirkumsisi dan mereka membutuhkan dukungan keluarga atau support system keluarga. Dari hasil observasi, terdapat beberapa lingkup kecemasan yang terjadi pada anak yaitu anak mengalami cemas, tidak tahu apa yang dipikirkan dan melintas dipikiran mulai dari bagaimana nanti tindakan sirkumsisinya sampai apa yang nanti terjadi, anak hatinya berdebar-debar, tidak tenang dan selalu bertanya pada keluarganya dan anak merasa lebih tenang setelah mendapat saran, informasi, dan motivasi dari keluarga bahwa semua akan baik-baik saja. Permasalahan yang dihadapi oleh anak tersebut dapat menjadikan mereka mengalami kecemasan yaitu mengalami gangguan rasa takut, tegang, dan gelisah ketika akan dilakukan tindakan sirkumsisi. Mereka juga mengalami kesulitan untuk tidur serta penyakit seperti sakit kepala, peningkatan darah dan sebagainya disebabkan karena adanya tekanan mental saat akan dilakukan tindakan sirkumsisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada anak usia 10-13 tahun yang akan menjalani khitan massal di Pendapa Agung Tamansiswa Yogyakarta tahun 2010.

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik dengan pendekatan waktu Cross Sectional. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan total sampling atau sampel jenuh, didapatkan 30 responden. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner dengan jenis pertanyaan tertutup dimana responden tinggal memilih alternatif jawaban yang telah disediakan yang sesuai dengan petunjuk dengan tujuan agar lebih mudah mengarahkan jawaban responden dan lebih mudah diolah (Notoatmodjo, 2005). Analisa daa menggunakan uji korelasi non parametrik Kendall Tau. Berdasarkan urutan anak Responden yang paling banyak adalah anak pertama yaitu 14 orang (46,7%) Berdasarkan pekerjaan orang tua Responden yang paling banyak mempunyai orang tua yang bekerja sebagai buruh yaitu 14 orang (46,7%) Hasil Penelitian Karakteristik berdasarkan umur anak responden Berdasarkan penghasilan keluarga Responden yang paling banyak berumur 11 tahun yaitu 14 orang (46,7%) responden yang paling banyak mempunyai penghasilan keluarga kurang dari 500 ribu per bulan yaitu 17 orang (56,7%)

Dukungan keluarga terhadap anak usia 10-13 tahun yang akan menjalani khitan massal Tingkat kecemasan anak usia 10-13 tahun yang akan menjalani khitan massal Responden yang paling banyak mendapatkan dukungan yang tinggi dari keluarganya dalam menjalani khitanan massal yaitu 24 orang (80%) Responden yang paling banyak tidak mengalami kecemasan ketika akan menjalani khitanan massal yaitu 27 orang (90%) Tabel 4.1. Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada anak usia 10-13 tahun yang akan menjalani khitan massal di Pendapa Agung Tamansiswa Yogyakarta tahun 2010 No. Kecemasan Dukungan Tinggi Sedang Total f % f % f % 1. Tidak cemas 24 80 3 10 27 90 2. Cemas ringan 0 0 3 10 3 10 Jumlah 24 80 6 20 30 100 Sumber : Data primer 2010 Hasil uji statistik menunjukkan nilai τ sebesar 0,667 dengan taraf signifikansi 0,000. Hasil perhitungan uji signifikansi didapatkan nilai Z hitung sebesar 5,21. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ketika akan menjalani khitanan masal di Pendopo Agung Taman Siswa Yogyakarta.

Pembahasan Dukungan keluarga terhadap anak usia 10-13 tahun yang akan menjalani khitan massal di Pendapa Agung Tamansiswa Yogyakarta tahun 2010 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden mendapatkan dukungan yang tinggi dari keluarganya. Menurut Stuart (2006), dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk strategi koping yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan. Dukungan tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk dukungan emosional melalui rasa empati, misalnya orang tua mengajak seluruh anggota keluarganya untuk menyaksikan prosesi khitanan massal. Kehadiran seluruh anggota keluarga di acara khitanan massal akan memberikan rasa tenang pada anak yang akan menjalani khitanan massal. Adanya anggota keluarga yang hadir dalam acara khitanan massal memberikan semangat pada anak yang akan dikhitan bahwa dia tidak sendiri diantara ratusan orang yang menghadiri khitanan massal. Kehadiran orang tua dan anggota keluarga lainnya dapat menumbuhkan keberanian anak dan mengurangi kecemasan yang akan menjalani khitanan massal Faktor lain yang turut mempengaruhi responden mendapatkan dukungan yang tinggi adalah status ekonomi dan pekerjaan orang tua. Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang paling banyak mempunyai orang tua yang bekerja sebagai buruh yaitu 14 orang (46,7%) seperti yang diperlihatkan gambar 4.3. Penghasilan orang tua responden yang bekerja sebagai buruh tentunya sangat terbatas sehingga ketika ada program sunatan massal yang diselenggarakan oleh lembaga tertentu, mereka sangat antusias untuk mengikutinya dan mendorong anaknya untuk mengikuti program tersebut. Menurut Kuntjoro (2002), dukungan keluarga juga dipengaruhi oleh kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Orang tua dengan kelas sosial ekonomi menengah keatas mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan rasa keterlibatan terhadap masalah anak lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial menengah kebawah. Sedikit banyaknya dukungan keluarga terhadap responden dipengaruhi oleh kesiapan keluarga tersebut. Responden yang mendapatkan dukungan dengan kategori sedang dari

keluarganya dapat disebabkan karena persiapan keluarga responden yang cukup. Persiapan keluarga yang tergolong cukup dapat diwujudkan dalam bentuk dukungan instrumental, misalnya menyiapkan hadiah khusus untuk anak yang akan menjalani khitanan massal dengan tujuan memberikan dorongan dan semangat kepada anak yang akan menjalani khitanan massal. Tingkat kecemasan anak usia 10-13 tahun yang akan menjalani khitan massal di Pendapa Agung Tamansiswa Yogyakarta tahun 2010 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden tidak mengalami kecemasan ketika akan menjalani khitanan massal. Responden yang tidak mengalami kecemasan dapat disebabkan karena responden telah mempersiapkan diri untuk mengikuti sunatan masal. Responden yang telah siap untuk mengikuti sunatan massal, tentunya tidak akan terkejut dengan peristiwa yang akan dialaminya, termasuk rasa nyeri sirkumsisi. Kemungkinan responden sering mendapatkan informasi dari orang tuanya tentang sunatan massal dan apa saja yang akan dialami oleh responden jika mengikuti sunatan massal. Adanya informasi yang diterima responden membantu responden untuk mengatasi kecemasan yang ditimbulkan karena sirkumsisi. Penelitian ini menunjukkan, terdapat 3 responden (30%) yang mengalami kecemasan ringan. Kecemasan ringan yang dialami responden kemungkinan disebabkan karena peristiwa khitanan massal merupakan peristiwa yang belum pernah dialami sebelumnya. Selain itu kehadiran banyak orang disekitarnya sedikit banyak menimbulkan kekhawatiran tersendiri pada diri anak yang akan menjalani khitanan massal meskipun sudah didampingi oleh orang tua atau anggota keluarga lainnya. Kehadiran orang yang tidak dikenal yang sedang tertawa atau orang tua yang sedang berusaha menenangkan anaknya yang akan menjalani khitanan massal, dapat menumbuhkan kecemasan tersendiri pada anak yang akan menjalani khitanan massal. Kehadiran orang tua dan anggota keluarga lainnya dapat mengurangi kecemasan anak tersebut yang akan menjalani khitanan massal.

Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada anak usia 10-13 tahun yang akan menjalani khitan massal di Pendapa Agung Tamansiswa Yogyakarta tahun 2010 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang tidak cemas ketika akan menjalani khitanan massal berhubungan dengan adanya dukungan dari orang tua yang tinggi. Semakin tinggi dukungan yang diberikan orang tua terhadap anak yang akan mengikuti khitanan massal maka tingkat kecemasan yang dialami anak akan semakin ringan, bahkan tidak mengalami kecemasan. Menurut Stuart (2006), dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk strategi koping yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan. Dukungan tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk dukungan emosional melalui rasa empati, misalnya mengajak seluruh anggota keluarga untuk menyaksikan khitanan massal dan memberikan dukungan serta semangat kepada anak yang akan menjalani khitanan massal. Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang paling sedikit mendapatkan dukungan keluarga dengan kategori sedang dan tidak mengalami cemas serta mengalami kecemasan ringan yang akan menjalani khitanan massal yaitu masing-masing 3 orang (10%). Responden yang mendapatkan dukungan keluarga dengan kategori sedang dapat disebabkan karena adanya dukungan emosinal responden dengan keluarganya. Kehadiran keluarga responden sudah cukup untuk menumbuhkan keberanian responden yang akan menjalani khitanan massal. Ikatan batin antara responden dan orang tua merupakan salah satu faktor penting untuk mengurangi kecemasan yang akan menjalani khitanan massal. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Responden yang paling banyak mendapatkan dukungan yang tinggi dari keluarganya dalam menjalani khitanan massal yaitu 24 orang (80%); (2) tidak mengalami kecemasan ketika akan menjalani khitanan massal yaitu 27 orang (90%); (3) Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada anak usia 10-13 tahun yang akan menjalani khitan massal di Pendapa Agung Tamansiswa Yogyakarta tahun 2010. Saran Bagi peneliti selanjutnya agar melakukan observasi langsung untuk

dapat mengamati ekspresi responden yang mencerminkan tingkat kecemasan ketika akan menjalani sirkumsisi. DAFTAR PUSTAKA Stuart, G. W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5). Jakarta: EGC. Kuntjoro, Z. S., (2002, 16 Agustus), Dukungan Sosial Pada Lansia, E- Psikologi [on-line], http://www,epsikologi,com/usia/160802,htm