BAB I PENDAHULUAN. siapa pun berpotensi untuk melakukan kecurangan. Seperti yang kita ketahui bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI DAN NON AKUNTANSI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA TERHADAP KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan pada pemerintahan, baik pusat dan daerah sudah kerap kali

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan banyaknya pemberitaan mengenai adanya indikasi fraud

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perkembangan dunia akuntansi sudah sangat pesat. Namun setiap

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang sistem pengendalian internal pemerintahan (SPIP) mendapat

BAB I PENDAHULUAN. pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan telah berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, dalam kehidupan kita sehari hari tindak kejahatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Jenis fraud (kecurangan) yang terjadi di setiap negara ada kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. korupsi yang telah dilakukan oleh institusi kelembagaan pemerintah selama ini

MENANGKAL KORUPSI DENGAN MEMAHAMI FRAUD TRIANGLE. Oleh : Juli Winarto, Ak. MM, CA Widyaiswara Badan Diklat Pemprov. Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. Istilah good corporate governance atau dikenal dengan GCG menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi di Indonesia hingga saat ini masih menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang tahun Lembaga Indonesia Corruption Watch (ICW) merilis bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya berbagai kasus fraud yang akhir-akhir ini terjadi di hampir

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Komisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. segala jenis kejahatan yang semakin merajalela. Tidak hanya kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas untuk setiap tahunnya. Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. birokrasi pemerintah (Yogi dan M. Ikhsan, 2006). Jika kualitas pelayanan publik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuannya. Adanya tahapan-tahapan tersebut, pada

BAB I PENDAHULUAN. dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. isu yang strategis untuk dibahas. Salah satu topiknya adalah menyangkut Tindak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu media informasi yang sangat penting untuk menggambarkan

Peran KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Oleh : Harrys Pratama Teguh Jumat, 25 Juni :05. Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun *)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah sarana dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengoperasikan sistem operasi instansi atau perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. gandum, emas, dan aset lainnya yang dimililiki oleh raja. Mereka yang menjadi orang

SALAH PERSEPSI SOAL KORUPSI

I. PENDAHULUAN. perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Di Indonesia sendiri fenomena

BAB I PENDAHULUAN. kasus korupai yang terungkap dan yang masuk di KPK (Komisi. korupsi telah merebak ke segala lapisan masyarakat tanpa pandang bulu,

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah

TENTANG KERJASAMA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Padahal perbankan merupakan salah satu tonggak perekonomian di Indonesia

Bab I PENDAHULUAN. Kecurangan biasanya identik dengan ketidakjujuran. Kecurangan itu

BAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia di sisi lain dapat juga mengakibatkan perubahan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. intensitas dan modusnya semakin berkembang dengan penyebab multi factor.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi ekonomi dan kemajuan teknologi telah mendorong kompetisi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menentu, hal ini dikarenakan ketidakpastian keadaan politik dan perekonomian dalam

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN. : 42/KPK-BPKP/IV/2007 : Kep-501/K/D6/2007

Andri Williyanto Prawira Sitorus SE.,Ak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelewengan dan penyalahgunaan yang terjadi terhadap aset-aset yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin terbukanya peluang usaha, maka menyebabkan risiko terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Istilah fraud (kecurangan) sering kita jumpai baik di lingkungan organisasi

BAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data.

BAB I PENDAHULUAN. Tabloid Opini Edisi 11, Juli 2005 tentang Korupsi BUMN menuliskan

BAB I PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan penelitian Corruption Perception Index (CPI) tahun 2015

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan fenomena yang terjadi dan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang akuntabel dan transparan ditandai dengan diterbitkannya Peraturan

Road Map KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun

Revisi UU KPK Antara Melemahkan Dan Memperkuat Kinerja KPK Oleh : Ahmad Jazuli *

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Sucipto, 2003). dalam menjelaskan operasionalnya (Payatma, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas perbankan atau

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. banyaknya persoalan-persoalan yang mempengaruhinya. Salah satu persoalan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraud merupakan topik yang hangat dibicarakan di kalangan praktisi maupun

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan, penghilangan dokumen dan mark-up yang merugikan keuangan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemberitaan media akhir-akhir ini mengangkat kembali maraknya kasus

BAB I PENDAHULUAN. mencemaskan keadaan yang akan terjadi selanjutnya, jika unsur-unsur pembentuk

KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kecurangan di Indonesia sangat berpengaruh bagi masyarakat pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. usaha menuntut perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (Competitive

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian Ariani et al tentang Analisis Pengaruh Moralitas Individu,

BAB I PENDAHULUAN. pula praktik kejahatan dalam bentuk kecurangan (fraud) ekonomi. Jenis fraud

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan oleh seseorang yang dapat mempengaruhinya dalam

1 BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wilopo (2006) kasus fraud (kecurangan) di Indonesia terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi. Lewat laporan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Priantara(2013:2) Fraud. VOC mengalami penurunan sehingga dijuluki dengan Vergaan

PPK UU

Pola Pemberantasan Korupsi Sistemik

BAB I PENDAHULUAN. hukum, melaksanakan good governance, tetapi jika moral tidak berubah dan sikap

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud )

BAB I PENDAHULUAN. harus memiliki akar dan memiliki nilai-nilai luhur yang menjadi dasar bagi etika

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Kecurangan merupakan hal yang serius dan menjadi perhatian saat ini, karena siapa pun berpotensi untuk melakukan kecurangan. Seperti yang kita ketahui bahwa tindakan kecurangan (fraud) sekarang ini sedang marak terjadi, bukan hanya di luar negeri tetapi juga di Indonesia. Begitu juga dengan korupsi karena korupsi juga merupakan bagian dari kecurangan (fraud). Karena korupsi merupakan tindakan yang melawan atau melanggar hukum dan merugikan pihak-pihak lain maka korupsi merupakan tindak kecurangan (fraud) juga. Contohnya tindak korupsi yang terjadi di Afrika Selatan, polisi pun melakukan korupsi bahkan terlibat dalam serangkaian kejahatan sampai mereka mampu untuk membeli mobil sekelas BMW, Mercedez dan mobil-mobil mewah lainnya (http://nasional.kompas.com/, 2010). Dan Indonesia sendiri juga memiliki kasus korupsi yang terkait dengan anggaran di DPR, antara lain kasus suap Wisma Atlet SEA Games, kasus suap proyek Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah Transmigrasi [Transmihrasi] (PPIDT) di Kemenakertrans, dan kasus suap Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (DPPID) (http://www.republika.co.id/, 2012). Kecurangan dapat terjadi kapan saja dan di mana saja dan siapa pun berpotensi untuk melakukan kecurangan. Siapa yang tidak pernah mendengar tentang korupsi? Hampir mustahil bagi kita untuk tidak pernah mendengar korupsi. Korupsi hampir terjadi di semua negara, termasuk juga di Indonesia. Contohnya saja ada petugas kamar jenazah yang menerima sogokan setiap bulan dari agen pemakaman sehingga mereka 1

dapat mengurus jenazah dari rumah sakit pemerintah di luar jam kerja mereka (Kompas, 22 Januari 2009). Indonesia sendiri juga merupakan salah satu dari negara terkorup di dunia dengan menduduki peringkat ke-100 dari 183 negara di dunia dengan skor 3,0 untuk Corruption Perception Index (CPI) atau Indeks Persepsi Korupsi (IPK) tahun 2011 bersama dengan 11 negara lainnya, yaitu Argentina, Benin, Burkina Faso, Djibouti, Gabon, Madagaskar, Malawi, Meksiko, Sao Torne & Principe, Suriname dan Tanzania (http://www.antaranews.com/, 2011). Di media massa dan media cetak saat ini selalu membahas tentang korupsi yang marak terjadi di Indonesia. Korupsi tidak hanya dilakukan karena memang memiliki masalah keuangan saja melainkan sekarang ini korupsi juga dilakukan karena adanya keinginan untuk memperkaya diri sendiri. Hal ini terlihat dengan tindak korupsi yang dilakukan oleh para pejabat-pejabat yang dapat dikatakan sudah berkecukupan dibandingkan dengan masyarakat kaum menengah ke bawah. Tindak kecurangan seperti korupsi yang terjadi tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki status yang lebih kecil dan kekurangan saja, tetapi bahkan orang-orang yang memiliki tingkat, jabatan dan kekuasaan yang lebih tinggi dan besar. Mulai dari hal kecil seperti mengutil, mencuri dalam skala/ nominal kecil sampai skala/ nominal yang besar. Bentuk kecurangan yang terjadi mulai dari yang paling sederhana, tidak terorganisasi sampai yang sulit (kompleks) dan sangat terorganisasi. Korupsi yang terjadi dan dilakukan oleh pejabat bukan hanya dalam jutaan rupiah tapi bahkan sampai triliun rupiah, dan itu bukanlah nominal yang kecil. Melihat hal ini tentu saja masyarakat merasa dirugikan karena merasa tidak adanya keadilan bagaimana mungkin orang yang hanya mencuri sandal atau ayam diberikan hukuman pidana beberapa tahun sedangkan orang-orang seperti yang 2

melakukan korupsi malah masih bebas berkeliaran dan tidak dikenakan hukuman pidana. Kecurangan seperti korupsi merupakan kecurangan yang sulit untuk diungkap oleh auditor investigasi dan akuntan forensik karena adanya hubungan kerja sama atau kesepakatan antar pelaku. Seperti yang diketahui bahwa segala sesuatu dapat terjadi karena ada faktor-faktor yang memicu atau mendorong terjadinya tindakan tersebut. Begitu juga dengan korupsi. Baik korupsi maupun bentuk kecurangan jenis lainnya dapat terjadi karena faktor-faktor yang dapat memicu atau mendorong terjadinya tindakan tersebut. Ada faktor-faktor yang disebut dengan Fraud triangle yang terdiri dari tekanan untuk melakukan kecurangan, kesempatan untuk melakukan kecurangan dan pembenaran atas tindakan tersebut. Ada juga faktor-faktor pendorong seperti adanya sifat serakah dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan kecurangan, kesempatan untuk melakukan kecurangan, adanya kebutuhan yang lebih sehingga mendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, adanya pengungkapan atas tindak kecurangan tersebut yang disebut dengan Teori GONE. Tindakan korupsi bukan baru terjadi beberapa tahun belakangan ini, melainkan sudah sejak lama. Korupsi sendiri seperti sudah menjadi sebuah kebudayaan atau kultur dari negara yang melakukan korupsi dan memberikan dampak buruk. Korupsi merugikan banyak pihak dan aspek. Kerugian dari tindakan korupsi yang paling banyak adalah kerugian dari segi keuangan, dan kerugian itu melibatkan keuangan Negara yang terbilang cukup besar. Contohnya seperti kasus Jefferson Soleiman Montesqieu Rumajar yang sehubungan dengan penggunaan APBD Pemerintah Kota Tomohon Tahun Anggaran 2006 sampai 2008 (http://acch.kpk.go.id/, 2012). Selain itu kerugian lain yang ditimbulkan dari adanya tindak korupsi adalah semakin hilangnya nilai moral 3

dalam diri manusia. Seseorang yang memiliki nilai moral yang kurang biasanya akan lebih mudah terdorong untuk melakukan korupsi. Selain itu, dengan semakin banyak dan maraknya tindak korupsi yang terjadi dan susah terungkap akan mendorong orang lain juga untuk melakukan tindak korupsi. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan menghambat pelaksanaan pembangunan yang berakibat semakin meningkatnya kemiskinan yang secara otomatis mempengaruhi kesehatan dan tingkat pendidikan masyarakat (http://id.wikipedia.org/, 2012). Karena korupsi menimbulkan kerugian-kerugian di atas, maka perlu ada tindakan untuk memberantas tindak kecurangan dan meningkatkan keadilan. Akhirnya Indonesia membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berdasarkan Undang- Undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Menurut Undang-Undang No 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah lembaga negara yang bersifat independen dan tidak dipengaruhi oleh siapapun dalam melakukan tugas dan kewajibannya untuk memberantas korupsi. KPK memiliki tugas untuk melakukan koordinasi dan supervisi, melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi dan melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara untuk memberantas segala bentuk tindak korupsi (http://www.kpk.go.id/, 2012). KPK berhasil mengungkap adanya tindakan korupsi dan menangkap pelaku tindakan korupsi dengan peran serta dan kepedulian masyarakat untuk melaporkan kasus korupsi yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Masyarakat dapat melaporkan setiap tindakan korupsi yang diketahui melalui surat, telepon, faksimile, SMS maupun datang langsung ke kantor KPK. Masyarakat juga dapat melaporkan dugaan Tindak 4

Pidana Korupsi (TPK) secara online melalui KPK WHISTLEBLOWER'S SYSTEM (KWS). Melalui KWS, identitas pelapor lebih terjamin karena pelapor dapat tidak menjawab pertanyaan mengenai data pribadinya. Namun tidak semua Tindak Pidana Korupsi (TPK) yang dapat ditangani oleh KPK. KPK hanya menangani Tindak Pidana Korupsi yang melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara; Tindak Pidana Korupsi yang mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; dan/atau Tindak Pidana Korupsi yang menyangkut kerugian keuangan negara paling sedikit Rp 1.000.000.000 (satu miliar rupiah) (http://www.kpk.go.id/, 2012). Generasi muda sekarang ini dikenal juga dengan sebutan Generasi Y. Generasi Y adalah orang-orang yang lahir dari tahun 1980 sampai sekarang. Itu berarti kelompok generasi Y mulai dari umur 32 tahun ke bawah. Generasi Y adalah generasi yang memiliki karakteristik-karakteristik seperti: lebih mudah menerima perubahan dan memiliki keingintahuan yang cukup tinggi, lebih percaya diri untuk tampil di muka umum dan mengemukakan pendapatnya, lebih sadar teknologi serta tidak terlalu suka hal-hal yang mendetail (http://dailysocial.net/, 2011). Dan generasi muda inilah yang selanjutnya akan menjadi penerus bangsa dan mengganti generasi yang lebih tua sebagai pemimpin di kemudian hari. Generasi Y memiliki kepercayaan atau tingkat religi yang lebih rendah daripada generasi-generasi sebelumnya. Dan hal ini tentunya ditakutkan akan membuat generasi-generasi muda (Y) akan lebih mudah terjerumus dalam tindakan yang tidak baik. Mahasiswa yang sekarang duduk di bangku kuliah juga termasuk Generasi Y. Mahasiswa akuntansi dan non akuntansi tentunya memiliki latar belakang pendidikan 5

yang berbeda. Mahasiswa tingkat atas dengan mahasiswa tingkat bawah juga bisa memiliki mata pelajaran yang berbeda. Biasanya mahasiswa tingkat akhir sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih daripada mahasiswa tingkat bawah. Oleh karena itu persepsi mereka dapat berbeda-beda terhadap suatu objek. Begitu pula dengan korupsi. Persepsi mahasiswa akuntansi dan non akuntansi dan persepsi di tiap angkatan tentunya akan berbeda. Oleh karena itu penting untuk mengetahui bagaimana persepsi mereka terhadap korupsi, agar mereka tidak ikut melakukan segala tindak kecurangan (fraud) termasuk korupsi di kemudian hari dan menciptakan Negara yang lebih baik dan bersih. Penelitian mengenai persepsi mahasiswa seputar fraud sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Yeni (2011). Penelitian tersebut fokus untuk mengetahui faktor apa yang paling memicu terjadinya Fraudulent Financial Statement. Faktor-faktor pemicu yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah opportunity, pressures dan rationalization yang biasa disebut dengan Fraud Triangle. Hasil dari penelitian terhadap mahasiswa jurusan akuntansi angkatan 2007 dan 2008 di Universitas Bina Nusantara bahwa 1) faktor opportunity, pressures dan rationalization berpengaruh secara signifikan terhadap Fraudulent Financial Statement 2) Mahasiswa akuntansi telah memiliki persepsi yang baik mengenai Fraudulent Financial Statement khususnya pada faktor-faktor pemicu kecurangan tersebut. 3) Faktor pressures merupakan faktor pemicu yang paling dominan dan faktor pressures dapat berasal dari faktor eksternal dan internal pribadi pelaku. Melihat penelitian sebelumnya, maka penulis berusaha untuk memperbaiki penelitian sebelumnya dengan menambah jumlah objek penelitian. Objek penelitian tidak hanya terdiri dari mahasiswa jurusan akuntansi tetapi juga mahasiswa non 6

akuntansi. Dan angkatan yang akan diteliti juga tidak hanya dua angkatan, angkatan yang akan digunakan adalah adalah angkatan 2008, 2009 dan 2010 di Universitas Bina Nusantara. Selain itu, penulis tidak menggunakan faktor-faktor pemicu kecurangan yang dikenal dengan sebutan Fraud Triangle melainkan penulis menggunakan faktorfaktor pemicu kecurangan yang dikenal dengan sebutan Teori GONE. Melihat latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Persepsi Mahasiswa Akuntansi dan Non Akuntansi Universitas Bina Nusantara Terhadap Korupsi. I.2. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan akuntansi dan non akuntansi di Universitas Bina Nusantara untuk tiga angkatan. Jurusan akuntansi terdiri dari jurusan akuntansi dan akuntansi-sistem informasi dan jurusan non akuntansi terdiri dari jurusan selain jurusan akuntansi dan akuntansi-sistem informasi. Sedangkan untuk angkatan terdiri dari angkatan 2008, angkatan 2009, dan angkatan 2010. Ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada persepsi mahasiswa akuntansi dan mahasiswa non akuntansi Universitas Bina Nusantara angkatan 2008, 2009 dan 2010 terhadap korupsi, khususnya mengenai faktor-faktor yang memicu atau mendorong terjadinya korupsi yang terdiri dari keserakahan, kesempatan, kebutuhan dan pengungkapan, yang dikenal dengan sebutan Teori GONE. I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.3.1. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 7

1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi dan non akuntansi Universitas Bina Nusantara Angkatan 2008, 2009 dan 2010 terhadap faktor keserakahan (greed) sebagai faktor pemicu terjadinya korupsi 2. Untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi dan non akuntansi Universitas Bina Nusantara Angkatan 2008, 2009 dan 2010 terhadap faktor kesempatan (opportunity) sebagai faktor pemicu terjadinya korupsi 3. Untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi dan non akuntansi Universitas Bina Nusantara Angkatan 2008, 2009 dan 2010 terhadap faktor kebutuhan (need) sebagai faktor pemicu terjadinya korupsi 4. Untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi dan non akuntansi Universitas Bina Nusantara Angkatan 2008, 2009 dan 2010 terhadap faktor pengungkapan (exposure) sebagai faktor pemicu terjadinya korupsi 5. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa jurusan akuntansi dan non akuntansi Universitas Bina Nusantara angkatan 2008, 2009 dan 2010 terhadap korupsi. I.3.2. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan. 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada jurusan akuntansi Universitas Bina Nusantara serta masyarakat umum bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi dibandingkan dengan non akuntansi Universitas Bina Nusantara angkatan 2008, 2009 dan 2010 mengenai tindak korupsi dan apakah terdapat perbedaan persepsi. 8

2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi faktor-faktor apa yang dapat sangat mendorong terjadinya korupsi menurut persepsi mahasiswa jurusan akuntansi dan non akuntansi Universitas Bina Nusantara Angkatan 2008, 2009 dan 2010. 3. Penelitian ini juga diharapkan agar selanjutnya jurusan akuntansi dan dosen akuntansi dapat menanamkan nilai-nilai etika sehingga mahasiswa selalu menjunjung tinggi kejujuran dan memiliki integritas yang tinggi dan tidak akan melakukan tindak kecurangan (fraud), baik itu Fraudulent Financial Statement, Misappropriation Asset maupun korupsi di kemudian hari. I.4. Ringkasan Metodologi Penelitian Riset yang dilakukan adalah riset yang melihat persepsi mahasiswa akuntansi dan mahasiswa non akuntansi mengenai korupsi, khususnya mengenai faktor-faktor yang memicu terjadinya korupsi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif, di mana penulis akan memunculkan suatu hipotesis yang akan diuji. Metode pengumpulan data dilakukan secara langsung, yaitu melakukan kuesioner. Dalam pengujian hipotesis, penulis menggunakan metode multiple regression dan independent sample t test. Dimensi waktu penelitian melibatkan suatu waktu dengan banyak sampel (cross sectional). I.5. Sistematika Pembahasan Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pembahasan yang akan diuraikan dalam skripsi ini, maka penulis akan melakukan pembahasan secara sistematis yang terdiri dari lima bab, dengan susunan sebagai berikut: 9

BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan secara ringkas latar belakang penelitian, perumusan masalah yang ada, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan mengenai tinjauan pustaka, penelitian yang relevan, dan pengembangan hipotesis BAB III DESAIN PENELITIAN Bab ini akan membahas rancangan, populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, metode analisis, dan operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini BAB IV PEMBAHASAN Bab ini menguraikan mengenai analisis dan pembahasan hasil temuan penelitian, uji hipotesis serta mengungkapkan hasil yang diperoleh berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, keterbatasan penelitian serta saran-saran yang dapat diberikan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut 10