Intermediary) sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk menunjang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1 Teuku Aliansyah, dkk, Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Nasabah

BAB I PENDAHULUAN. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary)

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. mengharamkan bunga bank yang didalamnya terdapat unsur unsur riba kantor di tahun 2012 menjadi di tahun 2014.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara-negara maju seperti negaranegara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dana dan menyalurkan kredit secara efisien dan efektif kepada pengusaha. memperoleh soliditas dan kepercayaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

MODUL SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA & KONSEP SYARIAH. Oleh : Feni Fasta, SE, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan perbankan saat ini semakin berkembang di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama kurang lebih 23 tahun. Perjalanan tersebut dimulai dengan

BAB I. Pendahuluan. penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insane, Jakarta, 2001, hlm. Vii

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

dari Bank adalah sebagai lembaga perantara dalam arus dana, baik dalam pasar uang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB II LANDASAN TEORI. maupun lembaga yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Eksitensi Bank Syariah, memicu tumbuhnya bank-bank Syariah di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. 1 pergeseran yang semula hanya untuk memenuhi kebutuhan, meningkat menjadi harapan

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

Assurance, Reliability, Tangible, Empathy, dan Responsiveness, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. maka perusahaan dapat mempertahankan posisi pasarnya di tengah-tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula

1. Pengertian bank konvensional & bank syariah

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi perbankan syariah, memicu tumbuhnya bank-bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

REGULASI ENTITAS SYARIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi modern, kemunculannya seiring dengan upaya yang dilakukan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan juga terjadi di Indonesia. 1. meminjamkan uang serta memberikan jasa-jasa pembiayaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainya. dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran bank sebagai lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan di Indonesia didominasi oleh sistem bunga. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat dan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1. Melakukan investasi yang halal 1. Investasi yang halal dan haram. 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, 2. Memakai perangkat bunga

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN ISLAMI TERHADAP KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH BANK BRI SYARIAH KANTOR CABANG CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. atau gulung tikar, sehingga mengakibatkan meningkatnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. perbankan yang ada di Indonesia yang menurut UU No.13 tahun 1968

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. internasional maupun nasional tidak bisa dibendung lagi. Di Indonesia, hal

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. melayani kebutuhan masyarakat melalui jasa-jasanya. 1 Perbankan syariah. Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. sistem yang dibutuhkan dalam suatu negara, Menurut Kasmir (2006:1) kemajuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Gambaran Umum Bank BNI dan Unit Usaha Syariah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. di dalam perekonomian suatu Negara sebagai perantara lembaga keuangan. Bank dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dana pinjaman, membayar zakat, atau melakukan penagihan. 1

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Salah satu lembaga moneter ini adalah Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, masalah kekurangan modal. globalisasi saat ini masyarakat mudah memperoleh modal untuk memulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai lembaga yang dapat. pembangunan nasional mengakibatkan perlu adanya pembinaan dan

I. PENDAHULUAN. di dunia, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berperan penting dalam. memengaruhi pembangunan nasional demi kemajuan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana disebut dengan debitur. satu, yang sering disebut dengan pooling of fund yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah kejadian yang menarik. Lahirnya Bank Syariah Mandiri di

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia perbankan hendaknya memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan jumlah nasabah baru serta

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh UU No.10 tahun 1998 dan undang-undang terbaru mengenai perbankan

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang kegiatan usahanya yaitu. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) dalam bentuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Karena berperan ke arah peningkatan taraf hidup masyarakat. Bank sebagai lembaga moneter dapat meningkatkan taraf perekonomian negara karena mampu memberikan fasilitas modal untuk masyarakat dalam melakukan usaha. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (Financial Intermediary) sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk menunjang kelancaran perekonomian. 1 Bank pada dasarnya mempunyai fungsi mentransfer dana-dana (Loanable Funds) dari penabung atau unit Surplus (Lenders) kepada peminjam (Borrowers) atau unit defisit. Dana-dana tersebut dialokasikan dengan negosiasi antar pemilik dengan pemakai dana di pasar uang dan pasar modal. Bank menempati posisi yang strategis dalam bidang keuangan, karena Bank memiliki kewenangan yang cukup luas dalam mengelola keuangan. Pengelolaan keuangan yang dilakukan Bank meliputi pengumpulan dana, penyaluran dana kepada masyarakat, dan juga berwenang menciptakan uang. 2000), 7. 1 Susilo, S.Y dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : Salemba Empat, 1

2 Manfaat lain dari kebijakan pemerintah dalam sistem moneter yang kewenangannya dimiliki oleh Perbankan tercermin dalam Pasal empat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjelaskan, Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Sehingga aktivitas perbankan meliputi penciptaan uang, mendukung kelancaran mekanisme pembayaran, penghimpunan dana simpanan masyarakat, mendukung kelancaran transaksi internasional, penyimpanan barang-barang berharga, dan pemberian jasa lainnya (seperti pembayaran listrik, telepon, dan lain-lain). Bank di Indonesia terbagi atas Bank Konvensional dan Bank Syariah. Dari kedua Bank tersebut kemudian dibagi lagi kedalam beberapa bentuk, meliputi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), sehingga muncullah istilah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat untuk jenis Bank Konvensional serta Bank Umum Syari ah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah untuk jenis Bank Syariah. Dan keempat Bank tersebut tentu memiliki persamaan dan perbedaan. Bank secara umum (konvensional) diartikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-undang Nomer 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang Perbankan), sedangkan Bank Syariah adalah bank yang berlandaskan pada syariat-syariat

3 Islam dalam operasionalnya. Sehingga Bank Syariah tidak terlepas dari Al- Qur an dan As-sunnah sebagai sumber hukum Islam. Menurut UU. No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mud{a>rabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyaraka>h), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (mura>bahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ija>rah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ija>rah wa iqtina>). Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, juga disebutkan bahwa Bank Syariah adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam menjalankan aktivitasnya, Bank Syariah menganut prinsip keadilan, kesederajatan dan ketentraman. 2 Lebih lanjut dijelaskan dalam UU No. 21 tahun 2008 bahwa Bank Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. 3 2 Muhammad, Bank Syariah, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2005), 78. 3 Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Banking, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), 12.

4 Perbedaan yang sangat menonjol antara Bank Konvensional dan Bank Syariah yang pertama adalah dari segi akad, Semua transaksi yang dilakukan di bank syariah harus berdasarkan akad yang dibenarkan oleh Syariah Islam, yaitu berdasarkan Al-Qur an dan Hadist serta telah difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), seperti akad Mud}a>rabah (bagi hasil), Musyaraka>h (perkongsian), Musa>qa>h (kerja sama tani), Ija>rah (sewamenyewa), Waka>lah (perwakilan), dan lain sebagainya. Sementara khusus untuk bank konvensional surat penjanjian dibuat berdasarkan hukum positif yang berlaku di Indonesia. Perbedaan kedua adalah dari segi keuntungan. Bank syariah mengunakan pendekatan bagi hasil atau marjin (bonus) untuk mendapatkan keuntungan, sementara bank konvensional justru mengunakan konsep biaya untuk menghitung keuntungan. Sehingga muncullah istilah bunga. Berdasarkan kerangka falsafah Bank Islam, hal mendasar yang membedakan antara Bank Islam dan Bank non Islam adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Sehingga terdapat istilah bunga dan bagi hasil. 4 Perbedaan ketiga terletak pada aspek pengelolaan dana. Dalam pengelolaan dananya, Bank Syariah wajib mengetaui secara mendetail motif nasabah melakukan pembiayaan, digunakan untuk kebutuhan konsumtif ataukah produktif (modal kerja), sehingga terdapat perbedaan akad dari sisi 4 Ibid., 56.

5 pembiayaan, meliputi akad Mud}a>rabah dan Musyaraka>h (untuk pembiayaan modal kerja), Mura>bahah (untuk pembiayaan barang-barang konsumtif), dan lain-lain. Selai itu, Bank Syariah juga wajib mengetahui secara mendetail usaha dari nasabah pembiayaan tersebut, apakah pembiayaan yang dilakukannya digunakan untuk menjalankan usaha yang halal atau yang haram (seperti bisnis Khamr atau barang-barang lainnya yang diharamkan berdasarkan agama Islam, bisnis yang penuh dengan spekulatif dan perjudian atau Maisir, dan lain-lain). Hal ini berbeda dengan Bank Konvensional yang menyalurkan kredit tanpa harus mengetahui dari mana atau kemana uang tersebut disalurkan. Perbedaan keempat meliputi kewajiban mengelola zakat untuk Bank Syariah. Zakat yang dikelola oleh Bank Syariah ini nantinya akan disalurkan pada masyarakat yang tidak mampu, sehingga disini benar-benar terdapat peran peningkatan taraf hidup masyarakat yang dilakukan oleh Bank Syariah melalui penyaluran dana zakat dari nasabah yang notabene memiliki kelebihan dana terhadap masyarakat yang kekurangan dana, lebih-lebih masyarakat yang tidak mampu. Perbedaan kelima antara lain struktur organisasi. Di dalam struktur organisasi Bank Syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi segala transaksi yang dilakukan oleh Bank Syariah tersebut. Dewan Pengawas Syariah (DPS) ini ditunjuk langsung oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), berbeda dengan

6 Bank Konvensional yang tidak memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam struktur organisasinya. Perbedaan terakhir antara Bank Konvensional dan Bank Syariah menurut penulis adalah dari segi hubungan antara Bank dengan nasabah. Bank Syariah cenderung memperlakukan nasabah sebagai mitra bisnis, sebab terdapat akad-akad atau produk pembiayaan di dalam Bank Syariah yang berupa perkongsian atau kerjasama usaha seperti Mud}a>rabah dan Musyaraka>h. Berbeda dengan Bank Konvensional yang hubungannya dengan nasabah cenderung sebatas debitur dan kreditur saja. Adapun perbedaan antara Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat baik dari jenis Bank Konvensional maupun Bank Syariah adalah dari wilayah operasionalnya. Bank Umum memiliki wilayah yang lebih luas yakni mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberi perhatian yang lebih besar kepada hal tertentu dari pada Bank Perkreditan Rakyat (baik Bank Konvensional maupun Bank Syariah), namun secara umum terutama dari sisi pelayanan dan kinerja antara Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sama. Operasional Perbankan (termasuk Perbankan Syariah) adalah segala hal atau aktivitas yang dilakukan oleh perbankan dalam menjalankan bisnisnya, sehingga operasional perbankan tidak hanya menyentuh aspek produk, permodalan, dan struktur organisasi, namun juga aspek layanan. Dalam hal ini terdapat perbedaan mendasar tentang kerangka operasional Bank Syariah dan Bank konvensional. Menurut Muhammad : 2000, setiap

7 lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhoan Allah untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, setiap kegiatan lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama, harus dihindari oleh Bank Syariah atau lembaga Syariah. 5 Oleh karenanya Selain menjaga stabilitas moneter, Bank Indonesia selaku Bank sentral tentu memiliki peran vital untuk menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, salah satunya adalah menjaga kualitas kinerja layanan di setiap lembaga perbankan. Kualitas produk dan layanan adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan untuk menarik minat nasabah bertransaksi di Bank Syariah (secara khusus Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) serta untuk mencapai kepuasan nasabah. Sehingga produk dan layanan adalah dua hal yang harus diperhatikan oleh Bank Syariah dalam opersionalnya. Menurut Kotler dalam analisis perilaku konsumen yang menurut penulis bisa dipersamakan dengan nasabah dalam Perbankan (termasuk Bank Syariah), keputusan konsumen dalam memilih suatu produk tertentu serta kepuasan konsumen dicapai dengan beberapa tingkatan proses. Perilaku konsumen dalam menentukan keputusan (minat) di konstruk oleh beberapa faktor, yaitu faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologi. 6 Sedangkan kepuasan (Satisfaction) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan 167. 5 Ibid., 53. 6 Philip Kotler, Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, (Jakarta : Erlangga, 2009),

8 produk (atau hasil) terhadap ekspektasi mereka. 7 Kualitas kinerja layanan ini nantinya akan mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap keputusan dan kepuasan nasabah dalam bertransaksi. Dari keputusan dan kepuasan, mari membahas mengenai kinerja layanan yang tentunya berpengaruh terhadap keputusan dan kepuasan nasabah. Teori yang digunakan dalam standar layanan Perbankan untuk membentuk minat dan mencapai kepuasan nasabah secara umum adalah metode SERVQUAL, metode ini dikembangkan oleh Parasuraman yang menetapkan standar layanan untuk perusahaan jasa termasuk Bank dengan lima dimensi, antara lain tangible (kenyataan), reliability (keandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan), dan empathy (empati). Perbankan Syariah yang memiliki karakteristik khusus berupa menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dirasa kurang efektif jika hanya mengandalkan lima dimensi SERVQUAL sebagai standar layanan. Sehingga perlu adanya modifikasi dalam standar layanan yang diterapkan dalam lembaga syariah seperti perbankan syariah. Hal ini telah terjawab oleh suatu model layanan yang dicetuskan oleh Othman dan Owen (2001), yaitu sebuah model layanan yang lebih ideal diterapkan dalam lembaga-lembaga syariah seperti perbankan syariah yang disebut dengan model CARTER. Model CARTER merupakan suatu pengukuran kualitas layanan perbankan syariah dengan 6 dimensi, antara lain : Complience, Assurance, Reliability, Tangible, Empathy, dan Responsiveness. Di dalam model 7 Ibid., 138.

9 CARTER terdapat dimensi Complience yang merupakan standar pengukuran pada aspek kepatuhan syariah yang seharusnya menjadi dimensi unggulan yang pada akhirnya akan membedakan perbankan syariah dan perbankan konvensional. Othman dan Owen (2001) dalam penelitiannya mengadopsi model CARTER dalam menganalisis kualitas layanan jasa pada Bank Syariah yang ada di Kuwait. Penelitian tersebut dilakukan dengan menyebarkan kuisioner pada 360 nasabah Bank Syariah di Kuwait. Dalam penelitiannya ditemukan 6 dimensi yang membentuk kepuasan nasabah pada Bank Syariah, yaitu : complience, assurance, reliability, tangible, empathy, dan responsiveness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perbankan Syariah saat ini harus memperbaiki service financial karena kuatnya kompetisi diantara perbankan yang ada di Kuwait dan cepatnya perubahan teknologi yang semakin maju. Bank Syariah harus memberikan perhatian yang lebih untuk perubahan tersebut dan memulai untuk menetapkan strategi agar dapat memberikan suatu produk yang berkualitas dan pelayanan yang maksimal untuk kepuasan nasabah. 8 Bank Syariah disini mencakup Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) untuk skala Indonesia. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang notabene memiliki kewenangan lebih kecil dari pada Bank Umum Syariah (BUS) dalam pengelolaan keuangan negara (aspek moneter) tidak dipungkiri juga 8 Othman, A., Owen, L, Adapting and Measuring Customer Service Quality (SQ) in Islamic Banks : A Case Study in Kuwait Finance House, International Journal of Islamic Finance Service,Vol 3, 2001, 4.

10 mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat. Sehingga diasumsikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) telah mampu menarik minat dan memberikan kepuasan terhadap nasabah atau masyarakat serta menghadapi persaingan bisnis perbankan. Perkembangan Bank Pembiayaan Syariah (BPRS) di kabupaten sumenep cukup signifikan pada akhir dekade ini. Hal ini dibuktikan dengan pesatnya pertumbuhan PT. BPRS Bhakti Sumekar Sumenep yang ditunjukkan dengan semakin meluasnya kantor cabang dan kantor kas di beberapa daerah bahkan di luar kabupaten sumenep, serta prestasi PT. BPRS Bhakti Sumekar Sumenep sebagai BPRS terbaik dan terbesar kedua di Indonesia pada tahun 2014 lalu. Selain itu, berkembangnya perbankan-perbankan syariah seperti Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah dan BNI Syariah cukup membuktikan bahwa perbankan syariah cukup menarik perhatian masyarakat di kabupaten Sumenep. Dari beberapa faktor diatas penulis mencoba meneliti apakah standar kinerja layanan dengan model CARTER, yang meliputi enam dimensi antara lain : Complience, Assurance, Reliability, Tangible, Empathy, dan Responsivness, yang lebih ideal diterapkan dalam perbankan syariah telah diterima oleh masyarakat sebagai bagian dari bahan pertimbangan untuk memutuskan bertransaksi di Perbankan Syariah, khususnya di PT. BPRS Bhakti Sumekar Sumenep dan apakah standar kinerja layanan di PT. BPRS Bhakti Sumekar Sumenep tersebut telah memenuhi harapan nasabah dan

11 mampu menciptakan kepuasan bagi nasabah sehingga akselerasi pertumbuhan perbankan syariah di kabupaten Sumenep tidak sekedar bagian dari tuntutan persaingan bisnis namun juga mampu menjadi tolak ukur perkembangan transaksi ekonomi syariah sesuai harapan dan anjuran agama. B. Rumusan Masalah Dari beberapa latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh langsung kinerja layanan model CARTER secara parsial maupun simultan terhadap keputusan nasabah bertransaksi di PT. BPRS Bhakti Sumekar Sumenep? 2. Bagaimana pengaruh langsung kinerja layanan model CARTER secara parsial maupun simultan terhadap kepuasan nasabah bertransaksi di PT. BPRS Bhakti Sumekar Sumenep? 3. Bagaimana pengaruh tidak langsung kinerja layanan model CARTER secara parsial maupun simultan terhadap kepuasan nasabah bertransaksi di PT. BPRS Bhakti Sumekar Sumenep? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini antara lain :

12 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung kinerja layanan model CARTER secara parsial maupun simultan terhadap keputusan nasabah bertransaksi di PT. BPRS Bhakti Sumekar Sumenep. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung kinerja layanan model CARTER secara parsial maupun simultan terhadap kepuasan nasabah bertransaksi di PT. BPRS Bhakti Sumekar Sumenep. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tidak langsung kinerja layanan model CARTER secara parsial maupun simultan terhadap kepuasan nasabah bertransaksi di PT. BPRS Bhakti Sumekar Sumenep. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini baik secara teori maupun praktik antara lain diuraikan sebagai berikut : 1. Secara Teoritis : 1) Penelitian ini dapat menjadi sumber bacaan sebagai sumbangsih ilmu pengetahuan untuk memperluas wawasan dalam dunia Perbankan Syariah baik untuk akademisi maupun praktisi. 2) Penelitian ini dapat menjadi acuan penentuan standar layanan Perbankan Syariah. 3) Penelitian ini dapat memperkuat efektivitas standar kinerja layanan model CARTER di Perbankan Syariah.

13 4) Penelitian ini dapat dijadikan acuan evaluasi strategi pemasaran lembaga-lembaga bisnis yang memutuskan untuk menjalankan operasionalnya sesuai prinsip Islam. 2. Secara Praktis : 1) Hasil penelitian ini memberikan gambaran riil kondisi kepuasan nasabah terhadap PT. BPRS Bhakti Sumekar Sumenep. 2) Hasil penelitian ini menggambarkan seberapa besar model CARTER sebagai standar kinerja layanan untuk Perbankan Syariah diterima oleh nasabah secara luas. E. Sistematika Pembahasan Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi kedalam enam bab yang sistematis. Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab kedua berisi landasan teori sebagai pengantar pembahasan, terdiri atas teori kinerja layanan berikut model-model yang diterapkan dalam jasa layanan perbankan, serta konsep pembangunan keputusan bertransaksi dan kepuasan nasabah. Selain itu terdapat juga penelitian terdahulu yang relevan dengan judul skripsi ini, kerangka konseptual skripsi dan hipotesis. Bab ketiga menjelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini. Penjelasan pada bab ini meliputi jenis

14 penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, uji validitas dan reliabilitas, data dan sumber data, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data. Bab keempat merupakan bagian hasil penelitian yang memaparkan tentang deskripsi umum objek penelitian dan hasil dari analisa data. Bab kelima adalah inti dari pembahasan skripsi yang berisi uraian pendapat penulis dari hasil penelitian ini. Bab keenam yang merupakan bab penutup dari skripsi ini berisi tentang kesimpulan dan saran.