BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4].

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI

BAB II DASAR TEORI. 7 Universitas Indonesia

BAB II DASAR TEORI. Desorp/melepaskan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

TINJAUAN PUSTAKA. Kapasitas penyerapan CO2..., Arnas, FT UI, 2008

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan,

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

MODIFIKASI MESIN PENDINGIN ADSORPSI PADA KOMPONEN KONDENSOR, RESERVOIR, KATUP EKSPANSI DAN EVAPORATOR

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK SIMULASI SATU UNIT MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA DENGAN LUAS KOLEKTOR 1,5 m 2

Analisis Mikro Struktur Absortivitas Silika Gel Pada Kondisi Temperatur dan Relative Humidity (RH) Dinamis

BAB IV ANALISA KOMPONEN MESIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perhatikan siklus dasar refrigerasi adsorpsi di bawah ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

2.1 TEORI SISTEM REFRIGERASI ADSORPSI

Suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap/ adsorben).

BAB III PERBAIKAN ALAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

DESAIN SISTEM ADSORPSI DENGAN DUA ADSORBER SKRIPSI BOBI WAHYU SAPUTRA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM TEKNIK MESIN DEPOK DESEMBER 2008

BAB II DASAR TEORI 2012

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor merupakan konsumsi terbesar pemakaian

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB 3 METODE PENGUJIAN DAN PENGAMBILAN DATA

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III DESAIN SISTEM REFRIGERASI ADSORPSI

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUJIAN ALAT PENDINGIN ADSORPSI DUA ADSORBER DENGAN MENGGUNAKAN METHANOL 250 ml SEBAGAI REFRIGERAN TUGAS AKHIR ANDI TAUFAN FAKULTAS TEKNIK

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kapasitas..., Prolessara Prasodjo, FT UI, 2010.

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

BAB II DASAR TEORI. Pengujian sistem refrigerasi..., Dedeng Rahmat, FT UI, Universitas 2008 Indonesia

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

Qs Kalor sensibel zat [J] Q L Kalor laten Zat [J] ΔT Beda temperatur [ C] Δ Pads-evap. laju peningkatan rata-rata temperatur.

BAB 4 UAP JENUH DAN UAP PANAS LANJUT

BAB II LANDASAN TEORI

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

II. TEORI. A. Motor Bakar. I. Motor Bensin 4-Langkah

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

BAB V BEDAH TEKNOLOGI

PENDINGINAN KOMPRESI UAP

Salah satu jenis pengering udara adalah regenerative desiccant air dryer. Gambar 2.2 merupakan salah satu contoh dari alat pengering udara jenis

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

BAB II DASAR TEORI. Energy balance 1 = Energy balance 2 EP 1 + EK 1 + U 1 + EF 1 + ΔQ = EP 2 + EK 2 + U 2 + EF 2 + ΔWnet ( 2.1)

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

UJI KINERJA KOLOM ADSORPSI UNTUK PEMURNIAN ETANOL SEBAGAI ADITIF BENSIN BERDASARKAN LAJU ALIR UMPAN DAN KONSENTRASI PRODUK

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

= Perubahan temperatur yang terjadi [K]

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

Energetika dalam sistem kimia

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PEMBUAT ES BALOK KAPASITAS 2 TON PERHARI UNTUK MENGAWETKAN IKAN NELAYAN DI PANTAI MEULABOH ACEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul molekul tadi mengembun pada permukaan padata tersebut. Jika interaksi antara padatan dan molekul yang megembun tadi relative lemah, maka proses ini disebut adsorbs fisik. Walaupun adsorpsi biasanya dikaitkan dengan perpindahan dari suatu gas atau cairan ke suatu permukaan padatan, perpindahan dari suatu gas ke suatu permukaan cairan juga terjadi. Substansi yang terkonsentrasi pada permukaan didefinisikan sebagai adsorbat dan material pada mana adsorbat terakumulasi didefinisikan sebagai adsorben [3]. Untuk mengetahui karakteristik yang terjadi dalam proses adsorpsi dapat diilustrasikan dengan gambar 2.1, padatan berpori yang menghisap (adsorp) dan melepaskan (desorp) suatu fluida disebut adsorben. Molekul fluida yang dihisap tetapi tidak terakumulasi/melekat kepermukaan adsorben disebut adsorptive, sedangkan yang terakumulasi/melekat disebut adsorbat [4]. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4].

Berdasarkan interkasi molecular antara permukaan adsorben dan adsorbat, adsorpsi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu penyeapan secara fisika (adsorpsi) dan penyerapan secara kimia (absorpsi). [5]. 2.1.1 Adsorpsi Secara Fisika Proses adsorpsi atau penyerapan adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu padatan dan sebagian dari molekul molekul tadi mengembun pada permukaan padatan tersebut. Apabila interaksi antara padatan dan molekul yang mengembun tadi relative lemah, maka proses ini disebut adsorpsi fisik yang terjadi hanya karena gaya Van Der Waals [6]. Proses adsorpsi fisika, adsorpsi terjadi tanpa adanya reaksi antara molekul molekul adsorbat dengan permukaan adsorben. Molekul molekul adsorbat terikat dengan permukaan adsorben secara lemah akibat adanya gaya Van Der Waals, sehingga dapat bergerak dari suatu permukaan adsorben ke permukaan lain. Peristiwa adsorpsi ini mengakibatkan adsorbat mengalami kondensasi. Panas yang dilepaskan dalam proses adsorpsi fisika adalah kalor kondensasinya. Pada proses adsorpsi ini, adsorbat membentuk lapisan lapisan (multilayers) pada permukaan adsorben. Adsorbat yang terikat pada adsorben dapat diputuskan dengan mudah, yaitu dengan proses degassing atau pemanasan pada temperature 150 200 o C selama 2-3 jam. Adapun beberapa karakteristik yang harus dimiliki adsorben untuk adsorbsi fisika adalah: 1. Luas permukaan yang besar sehingga kapasitas adsorpsinya besar 2. Memilki aktivitas terhadap komponen yang diadsorp 3. Memiliki daya tahan yang baik 4. Tidak ada perubahan volume yang berarti selama proses adsorpsi dan desorpsi 2.1.2 Adsorpsi Secara Kimia Dalam hal ini, adsorpsi terjadi karena adanya reaksi kimia antara molekul molekul adsorbat dengan permukaan adsorben. Adsorpsi jenis ini disebut

absorption [7] dan bersifat tidak reversible serta hanya membentuk satu lapisan tunggal (monolayer). Umumnya terjadi pada temperature diatas temperature kritis adsorbat, sehingga kalor adsorpsi yang dibebaskan tinggi. Adorben yang mengadsorpsi secara kimia pada umumnya sulit diregenerasi [8]. 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adsorpsi Daya adsorpsi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : Tekanan (P), Tekanan yang dimaksud adalah tekanan adsorbat. Kenaikan tekanan adsorbat dapat menaikan jumlah yang diadsopsi. Temperatur absolut (T), Temperatur yang dimaksud adalah temperatur adsorbat. Pada saat molekul-molekul gas atau adsorbat melekat pada permukaan adsorben akan terjadi pembebasan sejumlah energi yang dinamakan pristiwa eksotermis. Berkurangnya temperatur akan menambah jumlah adsorbat yang teradsopsi demikian juga untuk pristiwa sebaliknya. Interaksi Potensial (E), interaksi potensial antara adsorbat dengan dinding adsorben sangat bervariasi, tergantung dari sifat adsorbat-adsorben. 2.1.4 Sifat-Sifat Adsorben Yang Mempengaruhi Adsopsi Sifat sifat adsorben yang akan mempengaruhi seberapa baik jalannya adsorpsi adalah : 1. Luas permukaan adsorben. Semakin besar luas permukaan maka semakin besar pula daya adsorpsinya, karena proses adsorpsi terjadi pada permukaan adsorben. 2. Kemurnian adsorben. Adsorben yang memiliki tingkat kemurnian tinggi, daya adsorpsinya lebih baik. 3. Jenis/gugus fungsi atom yang ada pada permukaan adsorben. Sifat sifat atom di permukaan berkaitan dengan interaksi molekuler antara adsorbat dan adorben yang lebih besar pada adsorbat tertentu.

2.1.5 Sifat-Sifat Adsorbat Yang Mempengaruhi Adsopsi Sifat sifat adsorbat yang akan mempengaruhi seberapa baik jalannya adsorpsi adalah : 1. Ukuran molekul adsorbat. Melekul molekul dengan diameter tertentu saja yang dapat masuk ke dalam pori pori adsorben. 2. Kepolaran adsorbat. Molekul adsorbat yang polar cenderung untuk lebih dapat diadsorpsi daripada molekul molekul yang kurang polar atau non polar. 2.1.6 Tempat tempat terjadinya adsorpsi pada adsorben Tempat tempat terjadinya adsorpsi pada permukaan berpori adalah : 1. Di pori pori berdiamter kecil (micropores d < 20 Å) 2. Di pori pori berdiameter sedang (mesopores 20 Å < d < 500 Å) 3. Di pori pori berdiameter besar (macropore 500 Å < d) 4. Di permukaan Gambar 2.2 Ilustrasi tempat tempat terjadinya adsorpsi [9].

2.2 PASANGAN ADSORBEN ADSORBAT Pasangan adsorben-adsorbat untuk adsorpsi fisik adalah silika gel-air, zeolit-air, karbon aktif-amonia, karbon aktif-metanol [10]. Zeolit-air dan silika gel-air merupakan pasangan adsorben-adsorbat untuk cool storage sedangkan karbon aktif-metanol merupakan pasangan adsorben-adsorbat untuk pembuatan es. Adsorben memiliki pasangan masing-masing, pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Non-polar adsorben atau Hydrophilic, meliputi silica gel, zeolit, active alumina. Dengan air sebagai adsorbatnya. 2. Polar adsorben atau Hydrophobic, meliputi karbon aktif dan adsorben polimer. Dengan gas sebagai adsorbatnya. 2.2.1 Adsorben Material penyerap atau adsorben adalah zat atau material yang mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mempertahankan cairan atau gas didalamnya [8]. Macam-macam adsorben yang umum digunakan antara lain : 1. Silika gel Silika gel cenderung mengikat adsorbat dengan energi yang relatif lebih kecil dan membutuhkan temperatur yang rendah untuk proses desorpsinya, dibandingkan jika menggunakan adsorben lain seperti karbon atau zeolit. Kemampuan desorpsi silika gel meningkat dengan meningkatnya temperatur. Silika gel terbuat dari silika dengan ikatan kimia mengandung air kurang lebih 5%. Pada umumnya temperatur kerja silika gel sampai pada 200 C, jika dioperasikan lebih dari batas temperatur kerjanya maka kandungan air dalam silika gel akan hilang dan menyebabkan kemampuan adsorpsinya hilang. Gambar 2.3 Bentuk butiran silika gel.

2. Aktif Karbon Aktif karbon dapat dibuat dari batu bara, kayu, dan tempurung kelapa melalui proses pyrolizing dan carburizing pada temperatur 700 sampai 800 C. Hampir semua adsorbat dapat diserap oleh karbon aktif kecuali air. Aktif karbon dapat ditemukan dalam bentuk bubuk dan granular. Pada umumnya karbon aktif dapat mengadsorpsi metanol atau amonia sampai dengan 30% berat karbon aktif itu sendiri, bahkan karbon aktif super dapat mengadsorpsi sampai dua kalinya. Gambar 2.4 Bentuk butiran karbon aktif. 3. Zeolit Zeolit mengandung kristal zeolit yaitu mineral aluminosilicate yang disebut sebagai penyaring molekul. Mineral aluminosilicate ini terbentuk secara alami. Zeolit buatan dibuat dan dikembangkan untuk tujuan khusus, diantaranya 4A, 5A, 10X, dan 13X yang memiliki volume rongga antara 0.05 sampai 0.30 cm 3 /gram dan dapat dipanaskan sampai 500 C tanpa harus kehilangan mampu adsorpsi dan regenerasinya. Zeolit 4A (NaA) digunakan untuk mengeringkan dan memisahkan campuran hydrocarbon. Zeolit 5A (CaA) digunakan untuk memisahakan paraffins dan beberapa Cyclic hydrocarbon. Zeolit 10X (CaX) dan 13X (NaX) memiliki diameter pori yang lebih besar sehingga dapat mengadsorpsi adsorbat pada umumnya. Gambar 2.5 Bentuk butiran zeolit.

2.2.2 Adsorbat Adsorbat yang biasa digunakan untuk pendinginan adalah air, metanol, dan ammonia. 1. Air Merupakan adsorbat yang ideal karena memiliki kalor laten spesifik terbesar, mudah didapat, murah, dan tidak beracun. Air dapat dijadikan pasangan zeolit, dan silika gel. Tekanan penguapan air yang rendah merupakan keterbatasan air sebagai adsorbat, sehingga menyebabkan: - Temperatur penguapan rendah (100 C), sehingga penggunaan air terbatas hanya untuk air-conditioning dan chilling. - Tekanan sistem selalu dibawah tekanan normal (1 atm). Sistem harus memiliki instalasi yang tidak bocor agar udara tidak masuk. - Rendahnya tekanan penguapan air menyebabkan rendahnya tekanan proses adsorpsi di batasi oleh transfer massa. 2. Metanol Di banyak hal kemampuan atau performa metanol berada diantara air dan ammonia. Metanol memiliki tekanan penguapan yang lebih tinggi dibandingkan dengan air (meskipun pada tekanan 1 atm), sehingga sangat cocok untuk membuat es. Meskipun demikian pada temperatur lebih dari 120 C, tekanan menjadi tidak stabil. Untuk temperatur aplikasi lebih dari 200 C adsorben yang biasa digunakan adalah karbon aktif, silika gel, dan zeolit. 3. Ammonia Besarnya panas laten spesifik ammonia adalah setengah lebih rendah dari panas laten spesifik air, pada temperatur 0 C dan memiliki tekanan penguapan yang tinggi. Ammonia memiliki keuntungan yang ramah lingkungan dan dapat digunakan sebagai refrigeran sampai -40 C, dan dapat dipanaskan sampai 200 C. Kerugian dari ammonia : - Beracun, sehingga penggunaannya dibatasi. - Tidak dapat ditampung pada instalasi yang terbuat dari tembaga atau campurannya.

2.3 PRINSIP SISTEM PENDINGINAN ADSORPSI Prinsip pendinginan adsorpsi adalah sistem pendinginan dengan memanfaatkan daya serap adsorben untuk mengadsorpsi adsorbat yang telah menyerap panas dari sistem yang akan didinginkan. Pendiginan ini berlangsung secara intermittent atau terputus, dimana proses adsorpsi dan desorpsi tidak berlangsung secara kontinyu. Dikarenakan adanya proses pre-cooling dan preheating yang dikenakan kepada adsorben. Untuk lebih jelas akan proses pendinginan ini, diilustrasikan pada gambar 2.6 dibawah ini. Gambar 2.6 Siklus sistim pendingin adsorpsi [4] Gambar 2.6 adalah 2 buah botol labu (vessel). Pada botol labu yang pertama diisikan dengan adsorben dan pada botol labu kedua diisikan adsorbat. Berikut ini adalah urutan proses adsorpsi dan desorpsi pada dua botol labu diatas : a. Adsorben yang telah mengadsorpsi adsorbat dalam keadaan dingin dan system bertekanan rendah b. Adsorben dipanaskan (pre-heating) sehingga tekanan sistem meningkat sehingga adsorbat yang menempel pada adsorben menguap untuk kemudian terlepas dan mengalir ke dalam botol labu yang lain dalam bentuk gas, proses ini disebut desorpsi. Akibat adanya proses kondensasi atau pelepasan panas adsorbat ke lingkungan, adsorbat berubah fasa menjadi cair. c. Adsorben melepaskan panas ke lingkungan (pre-cooling) sehingga temperature adsorben turun dan tekanan system menurun. Pada tekanan rendah panas lingkungan terserap oleh adsorbat, sehingga adsorbat berubah fasa menjadi uap. Adsorbat kemudian terserap oleh adsorben. Proses ini dinamakan adsorpsi. Pada proses inilah, efek pendinginan terjadi dengan panas lingkungan yang diserap oleh adsorbat.

Komponen pendingin adsorpsi hampir sama dengan mesin pendingin kompresi uap yaitu terdiri dari kondenser, katup ekspansi dan evaporator. Namun, yang membedakan diantara keduanya yaitu pada sistem penggerak yang mana fungsi kompresor mekanik yang digunakan pada mesin pendingin kompresi uap diganti dengan adsorben dan energi yang dibutuhkan untuk memompa refrigeran adalah energi [2]. 2.4 SIKLUS IDEAL SISTIM PENDINGIN ADSORPSI Siklus ideal sistem pendinginan adsorpsi berdasarkan pada data tekanan dan temperatur yang terjadi pada adsorben selama proses adsorpsi dan desorpsi. Gambar 2.7. Diagram Clapeyron ideal [4]. Berikut ini dalah penjelasan dari diagaram clapeyron ideal diatas : Garis 1-2 adalah garis tekanan dan temperature kondensasi dan evaporasi dari adsorbat murni. Garis 3-4 adalah proses pre-heating yang dikenakan pada adsorben sehingga temperature adsorben naik.

Garis 4-5 adalah proses desorpsi dan kondensasi dari adsorbat, dimana adsorben terus dipanaskan dengan tekanan tetap yaitu pada tekanan kondensasi adsorbat. Garis 5-6 adalah proses pre-cooling yang dikenakan pada adsorben sehingga temperature adsorben turun. Garis 6-3 adalah proses adsorpsi dan evaporasi dari adsorbat, dimana adsorban terus didinginkan dengan tekanan tetap yaitu pada tekanan evaporasi adsorbat.