BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA

PROVINSI JAWA TENGAH

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 385.TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

WALIKOTA TEGAL KEPUTUSAN WALIKOTA TEGAL NOMOR / 164 / 2011 TENTANG PENETAPAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL TAHUN 2012

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 3 SERI E

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang. Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Jember

PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DAN RETRIBUSI PARKIR OLEH PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR N PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB II TINJAUAN TENTANG PEMERINTAH DAERAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

PEMERINTAH KOTA PASURUAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

PERATURAN DAERAH KOTA KOTAMOBAGU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA KOTAMOBAGU TAHUN ANGGARAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PEMUTAKHIRAN DATA PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DIREKTORAT PENDAPATAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan dengan otonomi daerah yang mulai direalisasikan

PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Cirebon adalah salah satu daerah di Propinsi Jawa Barat yang terletak di bagian ujung timur Laut Jawa. Secara geografis Cirebon merupakan daerah pantai, daerah dataran rendah, daerah perbukitan dan daerah pegunungan. Cirebon terletak diantara perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sehingga lokasi yang strategis dalam simpul pergerakan transportasi. Letaknya yang berada di wilayah pantai menjadikan Kota Cirebon memiliki dataran yang luas dibandingkan dengan wilayah perbukitannya. Luas Kota Cirebon adalah 3.735 hektar dengan dominasi penggunaan lahan untuk perumahan (32%) dan tanah pertanian (38%). Sedangkan luas untuk daerah Kabupaten adalah 99.036 hektar. Berdasarkan pembagian wilayah pemerintahan, Cirebon dibagi menjadi dua yaitu Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon. Pemerintah Kota Cirebon memiliki 5 kecamatan dan 22 kelurahan. Pemerintah Kabupaten Cirebon memiliki 40 kecamatan, yang dibagi lagi atas 412 desa dan 12 kelurahan. Berdasarkan letak geografisnya Kota Cirebon sebelah utara berbatasan dengan Sungai Kedung Pane, sebelah barat berbatasan dengan Sungai Banjir Kanal atau Kabupaten Cirebon dan sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa. Sedangkan Kabupaten Cirebon sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Indramayu, sebelah barat laut berbatasan dengan wilayah Kabupaten Majalengka, sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kabupaten Kuningan, dan sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah (Pusdalisbang.jabarprov.go.id). Cirebon yang terletak di wilayah Pantai Utara memiliki signifikansi yang sangat tinggi dan menjadi urat nadi utama transportasi darat, karena setiap harinya dilalui banyak kendaraan. Letaknya yang berada di daerah Pantura ini menjadikan Cirebon sebagai pusat kegiatan pemerintah daerah, sosial politik, pendidikan, dan kebudayaan, selain itu juga merupakan pusat kegiatan perekonomian yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan 1

daerah ini sebagai daerah tujuan wisata, perdagangan, pelabuhan dan industri. Banyak unit usaha yang berdiri di Wilayah Kabupaten Cirebon. Unit usaha yang berkembang di Kabupaten Cirebon hingga tahun 2013 mencapai 10.526 unit usaha (disperindag.jabarprov.go.id). Banyaknya unit usaha yang berada di Kabupaten Cirebon akan berdampak pada meningkatnya kegiatan perekonomian Cirebon. Dengan meningkatnya perekomonian di Wilayah Cirebon maka akan meningkatkan pula pendapatan daerah sehingga pembangunan di Wilayah Cirebon semakin membaik. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih (UU No 33 Tahun 2004). Pada Wilayah Cirebon, pendapatan daerah yang terbesar adalah pendapatan daerah pada Kabupaten Cirebon. Jumlahnya hampir dua kali lipat dari pendapatan daerah Kota Cirebon. Hal ini ditunjukkan dengan perbandingan jumlah pendapatan daerah untuk Kota dan Kabupaten dalam tabel berikut: Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Pendapatan Daerah Kota dan Kabupaten Cirebon dan Bandung Tahun 2010-2014 Cirebon Bandung Tahun Kota Kabupaten Kota Kabupaten 2010 677.729.110.510 1.487.606.295.000 2.440.168.435.000 2.042.977.658.000 2011 838.617.783.420 1.777.008.932.000 3.115.296.524.000 2.453.416.214.000 2012 857.411.872.340 1.994.518.571.000 3.390.453.856.000 2.445.106.797.000 2013 752.318.580.691 2.316.011.665.105 3.059.457.862.928 2.404.901.749.864 2014 924.205.000.000 2.733.498.086.674 3.265.885.000.000 2.776.870.000.000 Sumber : djpk.depkeu.go.id (data diolah) Pada umumnya jumlah pendapatan daerah kota lebih besar daripada jumlah pendapatan pada wilayah kabupaten. Rata-rata produk domestik regional bruto di kabupaten lebih rendah daripada produk domestik regional bruto kota. Hal ini tercermin pada pendapatan daerah Pemerintah Kota dan Kabupaten Bandung, 2

dalam setiap tahunnya jumlah pendapatan daerah Kota Bandung mendominasi dari wilayah kabupaten. Namun, berbeda halnya dengan Pemerintah Daerah Kota Cirebon, jumlah pendapatan daerah Kota Cirebon sebesar setengah dari total pendapatan daerah Kabupaten Cirebon. Untuk itu, penelitian ini dilakukan terhadap Pemerintah Kabupaten Cirebon untuk periode anggaran tahun 2010 hingga tahun 2014. 1.2 Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Cirebon merupakan salah satu daerah yang telah menerapkan Otonomi daerah yang berlandaskan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Otonomi Daerah menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan Otonomi Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumbersumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada Undangundang yang mengatur Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yaitu Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah dan Daerah. Semua sumber keuangan pada urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah. Sumber keuangan daerah bersumber dari Pendapatan Daerah dan Pembiayaan Daerah. Sumber keuangan daerah yang bersumber dari Pendapatan Daerah diantaranya yaitu Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan. Sedangkan untuk Pembiayaan Daerah berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran 3

daerah, penerimaan pinjaman daerah, dana cadangan daerah dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan (Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004). Salah satu sumber keuangan daerah yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Pendapatan Asli Daerah ini mencerminkan tingkat kemandirian suatu daerah. Semakin tinggi PAD nya maka semakin tinggi tingkat kemandirian dalam suatu daerah. Untuk itu, Pemerintah Daerah harus mengoptimalkan pengelolaan sumber pendapatan daerah yang berasal dari PAD. Dijelaskan pada Radarcirebon.com 31 Agustus 2013 bahwa APBD Kabupaten Cirebon defisit Rp 77 Milyar. Total anggaran yang diproyeksikan sebesar Rp 2,5 Triliun itu berasal dari PAD sebesar Rp 321 Milyar yang meliputi Pajak Daerah sebesar Rp 117 Milyar, Retribusi Daerah Rp 53 Milyar dan lain-lain PAD yang sah sebesar Rp 142 Milyar. Namun, untuk belanja daerahnya mencapai Rp 2,6 Milyar. Sehingga defisit sebesar Rp 77 Milyar. Hal tersebut menandakan adanya penggunaan anggaran belanja yang berlebihan yang terjadi pada Kabupaten Cirebon dimana belanja yang paling besar terdapat pada bagian belanja tidak langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja hibah, belanja bantuan sosial dan belanja tidak terduga. Untuk itu, dalam mengurangi penggunaan belanja yang berlebihan, daerah perlu memaksimalkan sumber pendapatan yang berasal dari daerahnya agar tidak terjadinya defisit anggaran. Berdasarkan Realisasi Penerimaan Daerah Kabupaten Cirebon untuk tahun anggaran 2010 hingga 2014, sumber pendapatan daerah masih didominasi oleh Dana Perimbangan yaitu sebesar 71% untuk tahun 2010, disusul oleh Lain-lain pendapatan yang sah sebesar 20% dan Pendapatan Asli Daerah hanya sebesar 9%. Sama halnya dengan tahun 2011 hingga 2014 masih didominasi oleh Dana Perimbangan. Hal ini ditunjukkan dengan Persentase sumber pendapatan daerah dari tahun 2010 hingga tahun 2014. 4

Tabel 1.2 Realisasi Penerimaan Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2010-2014 Tahun Pendapatan Asli Lain-lain % Dana Perimbangan % Daerah Pendapatan % 2010 139.100.095.150 9 1.045.997.902.137 71 297.950.828.932 20 2011 193.843.221.050 11 1.099.402.437.492 62 487.997.430.170 27 2012 229.992.688.130 12 1.327.558.618.721 67 436.714.005.857 22 2013 250.848.893.157 11 1.488.073.473.884 64 577.089.298.064 25 2014 452.788.598.479 17 1.585.728.329.531 58 694.981.158.664 25 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Cirebon (data diolah) Berdasarkan tabel diatas, tidak hanya untuk tahun 2010 saja yang didominasi oleh Dana Perimbangan. Namun, dari setiap tahun kontribusi yang mendominasi sumber penerimaan daerah adalah Dana Perimbangan. Hal ini menandakan kontribusi PAD masih belum optimal dalam pengelolaannya dan tingkat kemandirian daerah Kabupaten Cirebon ini masih bergantung oleh Dana Perimbangan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat. Kurang optimalnya PAD dalam kontribusi pada sumber pendapatan daerah, menandakan kurangnya juga dalam pengelolaan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Pengoptimalan PAD dilakukan dengan cara lebih ditekankan lagi dalam penggalian potensi-potensi sumber daya lokal daerah Kabupaten Cirebon. Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan Lain-lain PAD yang sah merupakan sumber PAD dalam membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Namun, sumber pendapatan yang paling potensial adalah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang merupakan sumber pendapatan yang sepenuhnya dapat direncanakan dan direalisasi oleh pemerintah daerah, dimana penerimaan daerah dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah lain karena potensi yang berbeda. Selain itu Pajak Daerah dan Retribusi 5

Daerah merupakan bentuk peran serta masyarakat secara nyata dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Menurut Budi Waluyo (2009) pada dasarnya penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mempunyai ketertarikan yang erat dengan jasa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat sehingga pertumbuhan dan peningkatan perekonomian ikut mendorong penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah yang merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu Daerah yang dibayar oleh masyarakat yang bersifat memaksa dengan berdasarkan Undang-undang yang digunakan untuk keperluan daerahnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyatnya serta perwujudan peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah. Sedangkan untuk Retribusi Daerah yaitu bisa dipungut berkali-kali sepanjang masyarakat tersebut memanfaatkan jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dan memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan keperluan daerahnya. Jenis-jenis Pajak Daerah yang dipungut oleh Kabupaten Cirebon diantaranya Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan, dan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan. Sedangkan Untuk Retribusi Daerah dibagi menjadi tiga jenis yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu. Untuk Retribusi Jasa Umum diantaranya terdapat pelayanan kesehatan, pelayanan kebersihan, penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk atau akta catatan sipil, parker di tepi umum, pelayanan pasar, pengujian kendaraan bermotor, pemeriksaan alat pemadam kebakaran. Untuk Reribusi Jasa Usaha terdapat pemakaian kekayaan daerah, pasar grosir atau pertokoan, pelelangan, terminal, tempat parkir khusus, tempat penginapan, penyedia kakus, rumah potong hewan, rekreasi dan olahraga, penjualan produksi usaha daerah. Untuk Retribusi Perizinan tertentu terdapat izin mendirikan bangunan, izin gangguan, izin trayek, izin usaha perikanan, izin pengarahan lokasi, surat izin jasa konstruksi, izin lokasi, dokumen lelang, izin terbang, izin bongkar muat barang, peredaran kayu, pemilikan bergaji, dispensasi penggunaan jalan dan menara telekomunikasi. 6

Diutarakan lagi dalam media online radarcirebon.com pada tanggal 29 Juni 2012 menyatakan bahwa Dewan mempertanyakan pertanggungjawaban bupati tentang pelaksanaan APBD 2011. Pertanyaan tersebut disampaikan oleh anggota dewan usai Wakil Bupati Cirebon, H Ason Sukasa SmHk mewakili Bupati Cirebon, Drs H Dedi Supardi MM menyampaikan pengantar nota keuangan, tentang pertanggungjawaban tersebut saat rapat paripurna. Beberapa poin yang dipertanyakan antara lain pencapaian pajak dan retribusi yang tidak sesuai harapan. Menurut Wakil Ketua DPRD, Junaedi ST, dalam pemaparan pajak daerah yang disebutkan oleh Wakil Bupati disebutkan secara keseluruhan pajak daerah yang telah dianggarkan sebesar Rp 48 Milyar, sementara telah direalisasikan sebesar Rp 50 Milyar lebih atau mencapai 104,84 persen. Dimana disebutkan keseluruhan penerimaan pajak karena melebihi target, kecuali jenis pajak penerangan jalan yang realisasinya hanya mencapai 97,86 persen. Namun, menurut Junaedi, pemasukan dari Pajak Bumi dan Bangunan masih belum mencapai 100 persen diperoleh dari data yang ada pada pembayaran PBB. Sedangkan untuk Retribusi daerah juga disebutkan target retribusi dari berbagai jenis tersebut hanya mencapai sekitar 71 persen dari target Rp 49 Milyar lebih. Alasannya ada beberapa jenis retribusi yang diperoleh masih berada dibawah 100 persen. Berdasarkan hal tersebut, pemaparan mengenai pajak daerah dan retribusi daerah yang sebenarnya masih belum memenuhi target. Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dari berbagai jenis, ada beberapa yang masih belum optimal. Guna meningkatkan tingkat kemandirian suatu daerah maka perlu meningkatkan potensi-potensi sumber daya yang berasal dari daerahnya agar meningkatkan sumber pendapatan daerah. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Made Krisna dan Ni Gusti Putu (2013) menyebutkan bahwa Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh signifikan terhadap peningkatan PAD, Pajak Daerah yang dominan dalam peningkatan PAD. Dini Anggraeni (2012) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa persentase kontribusi pajak di daerah Sleman cukup signifikan terhadap PAD, hal ini membuktikan peranan pajak di Sleman cukup besar. Sedangkan hasil penelitian Yeni Priatnasari (2012) menyatakan bahwa 7

diperoleh adanya hubungan positif tetapi tidak signifikan antara Retribusi daerah dan Pendapatan Asli Daerah Kota Tegal. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan Retribusi Daerah akan diikuti oleh peningkatan PAD. Berdasarkan Helvianti (2009) dalam penelitiannya menghasilkan bahwa Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan berpengaruh signifikan terhadap PAD di Kabupaten Rokan Hilir. Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan merupakan bagian dari Pajak Daerah sehingga kedua jenis pajak tersebut mempengaruhi peningkatan PAD. Sedangkan, di daerah Kabupaten Bantul Pajak Reklame tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah, hal tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isti dan Dewi (2014). Namun pada penelitian tersebut yang berpengaruh signifikan terhadap PAD adalah Retribusi Parkir. Mohammad Riduansyah (2003) menjelaskan dalam penelitiannya yaitu kontribusi penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap total perolehan penerimaan tercermin pada APBD-nya dikaitkan dengan kemampuan dengan kemampuan dalam melaksanakan otonomi daerah terlihat cukup baik. Pada penelitian Dian Mayasari (2006) bahwa kontribusi pajak daerah terhadap PAD kabupaten dan kota di Jawa Timur masih tergolong sangat rendah. Hal ini disebabkan masih banyak potensi pajak yang tidak tergali. Budi Waluyo (2012) atas penelitiannya menjelaskan bahwa Pajak Reklame tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD kota Depok, hal ini disebabkan masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan pemungutan pajak reklame. Selain dalam Pajak Daerah berjenis Reklame, Budi Waluyo (2012) juga menyampaikan Retribusi Daerah berjenis Jasa Umum juga tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat dalam melakukan pembayaran Retribusi Jasa Umum. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, untuk itu peneliti berkeinginan melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon tahun anggaran 2010-2014). 8

1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka masalah yang ingin diteliti dalam peneltian ini adalah: 1) Bagaimana Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 hingga 2014. 2) Bagaimana pengaruh secara simultan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 hingga 2014. 3) Bagaimana pengaruh secara parsial: a. Bagaimana pengaruh secara parsial Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah? b. Bagaimana pengaruh secara parsial Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui dan menganalisis Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintah Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 hingga 2014. 2) Untuk mengetahui dan menganalisis secara simultan pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 hingga 2014. 3) Untuk mengetahui dan menganalisis secara parsial: a. Pengaruh secara parsial Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 hingga 2014. b. Pengaruh secara parsial Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 hingga 2014. 9

1.5 Kegunaan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan kegunaan dalam beberapa aspek yaitu: 1) Aspek Teoritis Dari segi aspek teoritis, kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Bagi Penulis Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam penelitian tentang Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Cirebon. b. Bagi Akademis Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan referensi dalam penelitian mengenai Pendapatan Asli Daerah. 2) Aspek Praktis Dari segi aspek praktis, kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Bagi Pemerintah Daerah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan evaluasi terkait penilaian terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Cirebon. b. Bagi Publik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada publik terkait Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Cirebon. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang berisi fenomena, perumusan masalah yang diteliti berdasarkan latar belakang penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian secara teoritis dan praktis serta sitematika penulisan secara umum. 10

BAB II BAB III BAB IV BAB V TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini berisi penjelasan mengenai landasan teori yang terkait dengan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah yang digunakan sebagai dasar acuan penelitian, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai dugaan sementara atas perumusan masalah dan ruang lingkup penelitian yang menjelaskan batasan dan cakupan penelitian. METODE PENELITIAN Bab ini berisi penjelasan mengenai jenis penelitian yang dilakukan, variable operasional yang digunakan, tahapan penelitian, populasi dan sampel, cara pengumpulan data dan teknik yang digunakan untuk menganalisis data. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi penjelasan mengenai karakteristik objek penelitian, deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan. PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran atau rekomendasi yang diberikan penulis terkait dengan penelitian yang dilakukan serta kelengkapan akhir yang terdiri dari daftar pustaka sumber referensi penelitian dan lampiran. 11

Halaman ini sengaja dikosongkan 12