BAB I PENDAHULUAN Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Definisi gadai sendiri. terdapat dalam Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAKSI. Kata Kunci : Akuntansi Pendapatan, Pegadaian Konvensional, Pegadaian Syariah

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan kegiatan ekonomi saat ini, kebutuhan akan pendanaan pun

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dan suatu sistem yang dibutuhkan dalam suatu negara modern, tak luput

BAB I PENDAHULUAN. Pelembagaan Bisnis gadai pertama kali di Indonesia sejak Gubernur

PERBANDINGAN PEGADAIAN KONVENSIONAL DENGAN PEGADAIAN SYARIAH DALAM PEMBERIAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK NASABAH DI YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai syariah dalam operasional kegiatan usahanya. Hal ini terutama didorong

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. peneliti menemukan beberapa hal penting yang bisa dicermati dan dijadikan acuan penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah pembiayaan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syari ah baik

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pinjam meminjam menjadi salah satu cara terbaik untuk

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan jaminan, hal ini demi keamanan pemberian kredit tersebut dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu bagian dari aktivitas ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang sempurna dengan Al-Qur an sebagai sumber

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Dengan menganut sistem yang berbeda dari bank konvensional, bank

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dunia modern, peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki.

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB V PENUTUP. kepada Kospin Jasa Syariah sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

Kata kunci : audit operasional, pemberian pembiayaan, gadai syariah.

BAB IV PEMBAHASAN DATA STRATEGI PEMASARAN PRODUK GADAI (AR- RAHN) DALAM MENINGKATKAN MINAT NASABAH DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

PELAKSANAAN GADAI SYARIAH PADA PERUM PEGADAIAN SYARIAH (Studi Kasus: Pegadaian Syariah Cabang Ujung Gurun Padang) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 2002), 8. 1 Zainul Arifin, Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet,

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Pegadaian

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan untuk menambah fungsi dari bank selain fungsi bank yaitu

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian, seperti perkembangan dalam sistim perbankan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, masalah kekurangan modal. globalisasi saat ini masyarakat mudah memperoleh modal untuk memulai

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat, baik dalam aspek politik, ekonomi, sosial,

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan masyarakat dan

A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai. emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan atau lembaga keuangan lainnya. Bagi nasabah yang memiliki

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berinteraksi antara satu dengan yang lain. Masing- masing

BAB IV PENUTUP. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Substansi dari jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk

BAB IV ANALISIS PENERAPAN MULTI AKAD DALAM PEMBIAYAAN ARRUM (USAHA MIKRO KECIL) PEGADAIAN SYARIAH (STUDI KASUS DI PEGADAIAN SYARIAH PONOLAWEN KOTA

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

Bank Syariah PIEw14 1

BAB II KAJIAN TEORITIS. kegiatannya tidak lepas dari proses pencatatan akuntansi yang pada akhir

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

EVALUASI PENERAPAN AKUNTANSI GADAI SYARIAH (RAHN) PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENENTUAN TARIF POTONGAN IJARAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PEMBIAYAAN IJARAH OLEH PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG MALANG.

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH DI PEKALONGAN. A. Gambaran Umum Objek Penelitian (Pegadaian Syari ah Di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. skripsi ini. Berdasarkan penegasan ini diharapkan tidak akan terjadi

BAB III GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan pinjam-meminjam. Kegiatan pinjam-meminjam terdapat produk yang dapat

memanfaatkan barang yang telah digadaikan. Hanya akad sewa menunjukkan bahwa lembaga syariah ini mempunyai produk jasa layanan penyimpanan

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Akad pada produk Gadai Emas di bank Syariah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dan bagi manusia pada umumnya tanpa harus meninggalkan. prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.

Dewi Fitrianti,

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian masyarakat berdampak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi yang di selenggarakan sesuai dengan syariah.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dalam memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya. Oleh sebab

PELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan emas semakin lama disimpan harganya semakin tinggi. Perlahan tapi

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan

AIRIN AKTE SAVIRA EKONOMI/ AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

PELAKSANAAN AKAD RAHN DALAM LAYANAN GADAI DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG KALIGARANG-SEMARANG (TINJAUAN MANAJEMEN DAKWAH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pegadaian Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai alhabsu.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Implementasi gadai di PT. Bank BNI Syariah Cabang Dharmawangsa Surabaya

BAB III. Pola Tajdi>d al- aqd (akad baru) Rahn Di Pegadaian Syariah Kebomas Gresik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Setiap manusia memiliki kebutuhan yang beragam dalam kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat yang berkekurangan dana disebut bank. Tahun 1999

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai di istilahkan dengan rahn dan juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB IV TINJAUAN FATWA NO /DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. oleh perkembangan pemberian fasilitas kredit yang selalu memerlukan. jaminan. Pelaksanaan jaminan ini merupakan bentuk pemberian

PENENTUAN BIAYA PEMELIHARAAN BARANG GADAI MENURUT FATWA DSN MUI NO 26 TAHUN 2002 ( STUDI KASUS PEGADAIAN SYARIAH CABANG KOTA LANGSA) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah masalah perekonomian. Dengan sempitnya lapangan

BAB I PENDAHULUAN. global yang terjadi di kawasan Amerika dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir,

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen keuangan masyarakat. Kecepatan, kemudahan, dan keamanan

BAB III PENERAPAN PERHITUNGAN BIAYA IJARAH DI PERUM PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Gadai terdapat pada Buku Kedua Bab XX Pasal 1150 sampai Pasal 1160 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Definisi gadai sendiri terdapat dalam Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Gadai atau Rahn juga diatur dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) pada buku kedua bab 13 dalam Pasal 329-369, kemdian menurut lembaga pegadaian dengan dikeluarkannya sebuah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 51 Tahun 2011 tentang pergantian atau perubahan bentuk badan hukum Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO), definisi gadai secara spesifik tidak dijelaskan didalamnya. Menurut Sigit Triandaru dalam bukunya menyatakan bahwa pegadaian merupakan satu-satunya badan usaha di negara Indonesia yang secara resmi memiliki izin dalam melaksanakan aktivitas lembaga keuangan yang berupa pembayaran dalam bentuk penyaluran dana kepada masyarakat berdasarkan hukum gadai. 1 Dari dua pengaturan tersebut telah menjadi landasan berdirinya suatu lembaga keuangan non bank yaitu pegadaian yang memberikan pelayanan gadai konvensional maupun gadai syariah dan masing-masing memiliki perlindungan hukum yang berbeda untuk nasabahnya dari segala aspek yang ada khususnya pada barang gadai yang 1 Sigit Triandaru, 2006, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta, Salemba Empat, hlm. 179. 1

2 digadaikan dikembalikan dalam keadaan cacat atau rusak terhadap nasabahnya. Namun demikian masyarakat pengguna jasa pegadaian masih belum mengerti tentang perlindungan hukum yang diberikan oleh pegadaian konvensional maupun pegadaian syariah dan beranggapan keduanya sama saja dalam memberikan perlindungan hukum bagi nasabahnya khususnya dalam hal barang gadai yang digadaikan dikembalikan dalam keadaan cacat atau rusak, Secara universal definisi gadai atau rahn ialah aktivitas menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang, kemudian barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah/rahin dengan pegadaian/murtahin. 2 Salah satu lembaga keuangan yang dapat memberikan pinjaman pada masyarakat adalah PT Pegadaian (PERSERO), apabila masyarakat menginginkan mendapat uang (pinjaman) dengan demikian masyarakat wajib memberikan jaminan barang miliknya kepada PT pegadaian. Merujuk perkembangan ekonomi Islam maka PT pegadaian pun mengeluarkan produk berbasis syariah yang disebut dengan pegadaian syariah. Pada dasarnya, produk-produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atas 2 Kashmir, 2008, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta, Rajawali Press, hlm. 262.

3 jasa dan atau bagi hasil. Pegadaian syariah atau dikenal dengan istilah rahn, dalam pengoperasiannya menggunakan metode Fee Based Income (FBI) atau Mudharobah (bagi hasil). Karena nasabah dalam mempergunakan marhun bih (pinjamannya) mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya, untuk konsumsi, membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja, namun penggunaan metode mudharobah belum tepat pemakaiannya. Oleh karenanya pegadaian menggunakan metode Fee Based Income (FBI). Berkembangnya pruduk yang berasaskan prinsip syariah dalam bidang suatu Badan keuangan semakin banyak dan beragam di era sekarang, tak luput juga dengan pegadaian. PT pegadaian pun menelurkan produk dengan basis syariah, dimana kerap diistilahkan dengan Ar-Rahn (pegadaian syariah). pegadaian syariah mempunyai perbedaan sifat dibanding pegadaian konvensional umum, sifat itu sesuai dengan apa yang termuat didalam prinsip syariah tentang suatu badan keuangan, yakni tak terdapatnya suatu praktek yang haram menurut ketentuan syariah salah satunya adalah riba. Untuk terhindar dari suatu praktek yang haram menurut ketentuan syariah, dengan demikian didalam operasional aktivitas pegadaian syariah mempergunakan tidak hanya satu perjanjian (akad) melainkan dua, yakni Akad Rahn. Rahn disini maksudnya ialah melakukan penahanan terhadap harta rahin (nasabah,peminjam) untuk dijadikan suatu jaminan dari uang atau marhun bih yang didapatkannya, pihak yang melakukan penahanan

4 atau murtahin mendapat jaminan untuk memperoleh lagi sebagian ataupun seluruh uangnya yang diberikan kepada rahin. Adanya akad rahn murtahin atau pegadaian syariah melakukan penahanan pada harta atau barang gadai rahin untuk dijaminkan berdasar hutang rahin dan yang kedua adalah Akad Ijaroh, yakni memindahkan hak kegunaan berdasarkan barang maupun jasa dengan membayarkan jasa pemeliharaan, dengan tidak disertai beralihnya hak milik dari barangnya sendiri. Dengan adanya akad ijaroh maka murtahin atau Pegadaian syariah dapat memungut biaya dari pemeliharaan barang gadai rahin atau nasabah yang sudah berakad. Maka dipergunakannya dua akad diatas yaitu akad rahn dan akad ijaroh aktivitas usaha yang dijalankan pegadaian syariah telah dirasa bisa terhindar dari praktek-praktek haram seperti riba, Hakikatnya konsepsi sistem kerja pegadaian syariah berlandas kepada sistem yang disebut Sistem Administrasi Modern yakni asas efektivitas, asas rationalitas serta asas efisiensi dengan mengharmoniskan pada kaidah syariat islam. Semua itu digalakkan oleh seluruh Kantor Cabang Pegadaian Syariah ( Unit Layanan Gadai Syariah/ULGS ) menjadi sebuah kesatuan organisasi di dalam unit dibawah pembinaan Divisi Usaha Lain PT Pegadaian (PERSERO). Unit Layanan Gadai Syariah adalah sebuah bagian usaha independen berbeda dan terpisah dengan usaha pegadaian konvensional secara struktural serta segi lainnya. 3 3 Dewan Syariah Nasional, 2005, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah, Jakarta, Renaisan. Hlm. 17-21.

5 Sebagian besar masyarakat pada akhirnya masih bingung menentukan pilihan antara pegadaian konvensional dengan pegadaian syariah untuk menunjang perekonomiannya, ditinjau dari segi perlindungan hukum dari kedua jenis pegadaian diatas, perlindungan hukum yang bagaimana yang diberikan pegadaian konvensional dan pegadaian syariah untuk nasabah dalam segala aspek yang ada khususnya barang gadai yang digadaikan dikembalikan dalam keadaan cacat atau rusak, adakah perbedaan diantara keduanya dalam memberikan suatu perlindungan hukum, itulah yang harusnya perlu dijawab dan bisa diketahui oleh masyarakat secara luas. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya ialah: Bagaimana perlindungan hukum yang diberikan oleh pegadaian konvensional dan pegadaian syariah kepada nasabah terhadap barang gadai yang digadaikan dikembalikan dalam keadaan cacat atau rusak? 1. Tujuan Objektif Untuk mengetahui perlindungan hukum yang diberikan oleh pegadaian konvensional dan pegadaian syariah kepada nasabah terhadap barang gadai yang digadaikan dikembalikan dalam keadaan cacat atau rusak.

6 2. Tujuan Subjektif Tujuan Subjektif dari penulisan hukum ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.