BAB II TINJAUAN PUSTAKA. insulin secara relative maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali

dokumen-dokumen yang mirip
DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode cross sectional dengan cara mengambil data rekam medis di

ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI JUNI 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. seluruhnya berjumlah 270 dengan 9 penderita diantaranya memiliki penyakit

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

TUGAS KELOMPOK PRAKTEK KLINIK KMB IV

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

PIODERMA. Dr. Sri Linuwih S Menaldi, Sp.KK(K) Dr. Wieke Triestianawati, Sp.KK(K) Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI / RSCM Jakarta

Definisi Diabetes Melitus

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang khas dengan gejala-gejala kadar gula darah tinggi, glukosuria dan setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yaitu poliuria, polidipsi dan polifagi (Suyono, 2009). Menurut Riskesdas (riset kesehatan dasar) prevalensi diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

CLINICAL SCIENCE SESSION DIABETES MELITUS

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang telah menjadi masalah global dengan jumlah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. American Heart Association, 2014; Stroke forum, 2015). Secara global, 15 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai olehkadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relative maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komplikasimetabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopatimaupun makroangiopati (Perkumpulan EndokrinologiIndonesia, 2006). Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah (hiperglikemia) dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut dan apabila dibiarkan tidak terkontrol akan mengakibatkan komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangkapanjang yaitu mikroangiopati dan makroangiopati (Hadisaputro, 2007). Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Sudoyo A, 2009). 6

7 2. Epidemiologi Indonesia kini telah menduduki rangking keempat jumlah penyandang diabetes terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penyadang diabetes pada tahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada 2030 akan ada 20,1 juta penyandang diabetes dengan tingkat prevalensi 14,7 persen untuk daerah urban dan 7,2 persen di rural.sejak Mei 2009 hingga Februari 2011 menunjukkan terdapat 590 anak dan remaja berusia di bawah 20 tahun yang merupakan penyandang diabetes tipe 1 di seluruh Indonesia berdasar Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2009). Diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Kemenkes, 2009). 3. Klasifikasi Diabetes Melitus Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh PERKENI adalah yang sesuai dengan anjuran klasifikasi DM American Diabetes Association (ADA, 2007). Klasifikasi etiologi Diabetes melitus, menurut ADA 2007 sebagai berikut,

8 a. Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut): 1) Autoimun. 2) Idiopatik. b. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin). c. Diabetes tipe lain. 1) Defek genetik fungsi sel beta : a) Maturity-Onset Diabetes of the Young (MODY) 1, 2, 3. b) DNA mitokondria. 2) Defek genetik kerja insulin. 3) Penyakit eksokrin pankreas. a) Pankreatitis. b) Tumor/ pankreatektomi. c) Pankreatopati fibrokalkulus. 4) Endokrinopati. a) Akromegali. b) Sindroma Cushing. c) Feokromositoma. d) Hipertiroidisme. 5) Karena obat/ zat kimia.

9 a) Pentamidin, asam nikotinat. b) Glukokortikoid, hormon tiroid. c) Tiazid, dilantin, interferon alfa dan lain-lain. 6) Infeksi: rubella kongenital, sitomegalovirus. 7) Sebab imunologi yang jarang: antibodi insulin. 8) Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM: Sindrom Down,Sindrom Klinefelter, Sindrom Turner dan lain-lain. 4. Diagnosis Diabetes Melitus 1) Gejala klasik DM dengan glukosa darah sewaktu 200 mg/ dl (11.1 mmol/l). Glukosa darah sewaktu adalah pemeriksaan glukosa darah tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.gejala klasik adalah: poliuria, polidipsia dan berat badan turun tanpa sebab. 2) Kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl (7.0 mmol/l). Puasa adalah pasien tak mendapat kalori sedikitnya 8 jam. 3) Kadar glukosa darah 2 jam PP 200 mg/dl (11,1 mmol/l) tes toleransi glukosa oal (TTGO) dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) tergantung dari hasil yang dipeoleh :

10 TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dl (7,8-11,0 mmol/l) GDPT : glukosa darah puasa antara 100 125 mg/dl(5,6-6,9 mmol/l) (Sumber: ADA 2007). 5. Patogenesis Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu: a. Rusaknya sel-sel β pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia tertentu, dll). b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas. c. Desensitas/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer (Manaf, 2006). Apabila di dalam tubuh terjadi kekurangan insulin, maka dapat mengakibatkan: a. Menurunnya transport glukosa melalui membram sel, keadaan ini mengakibatkan sel-sel kekurangan makanan sehingga meningkatkan metabolisme lemak dalam tubuh. Manifestasi yang muncul adalah penderita Diabetes melitus selalu merasa lapar atau nafsu makan meningkat poliphagia. b. Menurunnya glikogenesis, dimana pembentukan glikogen dalam hati dan otot terganggu.

11 c. Meningkatnya pembentukan glikolisis dan glukoneogenesis, karena proses ini disertai nafsu makan meningkat atau poliphagia sehingga dapat mengakibatkan terjadinya hiperglikemi. Kadar gula darah tinggi mengakibatkan ginjal tidak mampu lagi mengabsorpsi dan glukosa keluar bersama urin, keadaan ini yang disebut glukosuria.manifestasi yang muncul yaitu penderita sering berkemih atau poliuria dan selalu merasa haus atau polidipsia (Soegondo, 1998; Manaf, 2006). B. Pioderma Berdasarkan analisis data dari The Netherlands Dutch National Survey of General Practice menunjukkan bahwa mereka yang memiliki penyakit diabetes melitus memiliki risiko lebih tinggi berbagai penyakit infeksi.dalam hal ini termasuk infeksi saluran pernafasan bawah, infeksi saluran kencing, infeksi kulit, infeksi mukosa dan infeksi jamur (Muller, 2005). Kemudahan infeksi pada penderita diabetes melitus disebabkan kondisi hiperglikemia atau asidosis yang menyebabkan menurunnya fungsi sel T kutaneus dan berakibat melambatnya gerakan kemotaksis, fagositosis, dan menurunnya kemampuan bakterisidal sel leukosit. Jenis bakterial dan fungal yang sering terlibat meliputi: Streptokokus grup A, Streptokokus grup B, Stafilokokus dan Kandida. Organisme yang paling umum yang menginvasi kulit adalahstreptococci, Staphylococcus aureus, dan methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA).Infeksi kulit memiliki dampak negatif pada kualitas hidup pasien.pasien

12 dengan diabetes dan immunodefisiensi lebih rentan terhadap infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri gram negatif.infeksi kulit meningkat menjadi kondisi yang paling umum di antara anak-anak di rumah sakit pada tahun 2009.Jumlah pasien yang dirawat inap disebabkan infeksi secara keseluruhan telah meningkat 29% dari tahun 2000 sampai 2004(Napierkowski.D, 2013). Kulit adalah organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.kulit juga sangat kompleks dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras dan juga sangat bergantung pada lokasi tubuh (Djuanda, 2013).Kulit merupakan salah satu bagian tubuh manusia yang cukup sensitif terhadap berbagai macam penyakit.bakteri, bersama-sama dengan jamur dan virus, dapat menyebabkan penyakit kulit.penyakit kulit dapat terjadi pada semua kalangan dan sering dijumpai pada anak-anak, bahkan dikatakan merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang (Hazarika, 2012). Pioderma merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman staphylococcus, streptococcus, atau oleh keduanya.pioderma sering dialami anakanak, karena daya tahan kulit terhadap invasi kuman pathogen belum sesempurna orang dewasa.angka morbiditas pioderma pada pasien anak masih cukup terjadi terutama di negara berkembang dengan iklim tropis.anak-anak menyajikan angka prevalensi lebih tinggi dari orang dewasa untuk pioderma terutama mereka yang di bawah 5 tahun (WHO, 2005).

13 Data dari Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) yang dikumpulkan dari 8 Rumah Sakit di Indonesia tahun 2011, pioderma pada anak menempati urutan pertama. Pada studi tersebut didapatkan 13,86% dari 8.919 kunjungan baru pasien kulit anak adalah pioderma (Pangow, 2015). Didapatkan bahwa jenis diagnosis pioderma terbanyak berturut-turut adalah impetigo dengan 31 pasien (58,5%), furunkel dengan 11 pasien (20,8%) folikulitis dengan 7 pasien (13,2%), karbunkel dengan 2 pasien (3,8%), untuk ektima dan selulitis masingmasing 1 pasien (1,9%) tapi erisipelas tidak terdapat kasus (Pangow, 2015). Faktor predisposisi yang mempengaruhi infeksi kulit yaitu: 1. Higiene yang kurang 2. Menurunnya daya tahan. Misalnya: kekurangan gizi, anemia, penyakitkronik, neoplasma ganas dan diabetes melitus 3. Telah ada penyakit lain di kulit, karena terjadi kerusakan di epidermis,maka fungsi kulit sebagai pelindung akan terganggu sehinggamemudahkan terjadinya infeksi (Djunda,2007). Jenis-jenis Penyakit infeksi bakteri pada kulit: 1. Impetigo Impetigo adalah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis).terdapat dua bentuk impetigo, yaitu impetigo krustosa dan impetigo bulosa. 2. Folikulitis

14 Folikulitis merupakan suatu peradangan pada folikel rambut yang biasanya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. 3. Furunkel Furunkel merupakan suatu peradangan pada folikel rambut dan sekitarnya yang biasanya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.jika lebih dari sebuah disebut furunkulosis.biasanyadikeluhkan nyeri oleh penderita.penderita penyakit ini memiliki kelainan berupa noduseritematosa berbentuk kerucut, di tengahnya terdapat pustul kemudianmelunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu memecahmembentuk fistel (Djunda, 2007). 4. Ektima Ektima adalah ulkus superficial dengan krusta di atasnya yang disebabkan oleh Streptococcus. 5. Pionikia Pionikia adalah radang di sekitar kuku oleh piokokus.pionikia disebabkan oleh bakteri Staphylociccus aureus dan/atau Streptococcus B hemoliticus. 6. Erisipelas Erisipelas ialah penyakit infeksi akut biasanyadisebabkan olehstreptococccus Beta hemolyticus.selalunya pasien mengalami demam, malese, edema, vesikel, dan bula (Djunda, 2007).

15 Penegakkan diagnosis pioderma: 1. Impetigo: Vesikula/bula berdinding diatas kulit yang eritem yang cepat memerah, sehingga vesikulanya/bulanya sendiri jarang sekali terlihat, yang terlihat adalah khas berupa krusta tebal berwarna kuning kecoklatan/keemasan/seperti madu. Krusta dilepas Nampak erosi dibawahnya. 2. Folikulitis: Gejala konstitusional yang sedang (panas badan, malaise, mual). Mula-mula nodula kecil yang mengalami keradangan pada folikel rambut kemudian menjadi pustule dan mengalami nekrose dan menyembuh setelah pus keluar dan meninggalkan sikatrik. Dapat satu, atau banyak dan dapat kambuh-kambuhan. 3. Erisipelas: Biasanya didahului gejala prodromal malaise bias disertai reaksi konstitusional yang hebat berupa panas tinggi, sakit kepala, menggigil, muntah, nyeri sendi. Lesi kulit berupa kemerahan atau eritema local berbatas jelas dengan tepi meninggi, teraba panas, teraba nyeri. Di atasnya dapat ada vesikula atau bula yang mengandung cairan seropurulen. Lokasi tersering di wajah dan tungkai bawah, sedangkan di bayi sering di perut. 4. Furunkel: Gejala konstitusional yang sedang (panas badan, malaise, mual). Mula-mula nodula kecil yang mengalami keradangan pada folikel rambut kemudian menjadi pustule dan mengalami nekrose dan menyembuh setelah pus keluar dan meninggalkan sikatrik(murtiastutik,2007).

16 C. Kerangka Teori Kegegelan pankreas mensekresi insulin Resistensi Insulin Diabetes Melitus Diabetes Melitus Tidak Terkontrol Gula darah naik (hiperglikemi) Usia Defek pada fungsi limfosit, neutrofil, dan monosit Usia balita Imunitas belum matang Sistem imun menurun Risiko Infeksi Bakteri Pada Kulit Meningkat Jenis Kelamin Faktor pekerjaan dan hygiene

17 D. Kerangka Konsep Hiperglikemi 2 Jam PP 200mg/dl GDP 126 mg/dl Diabetes Melitus Terkontrol Diabetes Melitus Tak Terkontrol Usia Manifestasi Penyakit Kulit Jenis Kelamin E. Hipotesis H0: Tidak terdapat hubungan antara diabetes melitus, usia dan jenis kelamin dengan infeksi bakteri pada kulit. H1:Terdapat hubungan antara diabetes melitus, usia dan jenis kelamin dengan infeksi bakteri pada kulit.