HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK TUNGKAI DAN KELENTUKAN TOGOK KE DEPAN DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PADA SISWA SMP NEGERI 3 PALANGGA KABUPATEN GOWA OLEH: ICHSANI )* ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke jauh pada siswa SMP Negeri 3 Palangga Kabupaten Gowa. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 3 Palangga Kabupaten Gowa dengan jumlah sampel penelitian orang siswa putra yang dipilih secara random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi dan regresi dengan menggunakan sistem SPSS Versi 15.00 pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Bertolak dari hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Ada hubungan yang signifikan daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke depan dengan kemampuan lompat jauh pada siswa SMP Negeri 3 Palangga Kabupaten Gowa, terbukti r 0 = 0,8 (P < α 0,05 ), (2) Ada hubungan yang signifikan daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke depan dengan kemampuan lompat jauh pada siswa SMP Negeri 3 Palangga Kabupaten Gowa, terbukti r 0 = 0,735 (P < α 0,05 ), dan (3) Ada hubungan yang signifikan antara daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke depan dengan kemampuan lompat jauh pada siswa SMP Negeri 3 Palangga Kabupaten Gowa, terbukti R 0 = 0,868 (P < α 0,05 ). Kata Kunci: Daya Ledak Tungkai, Kelentukan Togok Ke Depan, Lompat Jauh ABSTRACT This study aims to determine the relationship between limb explosive power and flexibility togok ahead with the long jump ability of the students of SMP Negeri 3 Palangga Gowa regency. This study includes a descriptive type of research. The study population was all students of SMP Negeri 3 Palangga Gowa with a sample of students study a chosen son of random sampling. Data analysis techniques used were correlation and regression analysis techniques using SPSS system version 15:00 on 95% or a significant level of 0.05. Starting from the results of data analysis, the study concluded that: (1) There is a significant relationship limb explosive power and flexibility togok ahead with the long jump 74
ability in students of SMP Negeri 3 Palangga Gowa, proved r0 = 0.8 (P <α0, 05 ), (2) There is a significant relationship limb explosive power and flexibility togok ahead with the long jump ability in students of SMP Negeri 3 Palangga Gowa, proved to be r0 = 0.735 (P <α0, 05), and (3) There is a significant relationship between limb explosive power and flexibility togok ahead with the long jump ability in students of SMP Negeri 3 Palangga Gowa, proven R0 = 0.868 (P <α0, 05). Key Words: Leg Explosive Power, Flexibility Togok Go Home, Long Jump PENDAHULUAN Siswa sekolah lanjutan adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang. Sebagai mahluk sosial mempunyai sifat ketergantungan dengan orang lain, begitupula dengan lingkungan tempat tinggalnya. Tingkat kesegaran jasmani dan perkembangan fisik seseorang berbedabedda, begitupula tingkat kemampuan tubuhnya walaupun berada pada tingkat usia yang sama. Peningkatan kemampaun berolahraga sebenarnya adalah suatu hal yang telah lama menjadi permasalahan, justru terkadang timbul dalam pikiran bahwa sampai sejauh manakah batas prestasi manusia di dalam suatu cabang olahraga, seperti cabang olahraga atletik khususnya pada nomor lompat jauh. Dari kenyataan yang ada olahraga ini mudah dilakukan, namun dilihat dari prestasi atletatlet sangat minim, terbukti dari pengalaman dan pengamatan yang dijumpai dari tahun ke tahun memperlihatkan bahwa olahraga atletik khususnya nomor lompat jauh pada khususnya, kurang memperlihatkan prestasi yang menggembirakan jika dibanding dengan prestasi cabang olahraga lainnya yang telah menampakkan prestasi yang maksimal. Namun jika dilihat dari kondisi fisik (postur tubuh), status sosial dan fasilitas yang dimiliki sangat mendukung untuk mencapai prestasi seperti apa yang diharapkan, sehingga diperkirakan ada faktor mendasar yang merupakan penghambat di dalam pencapaian prestasi yang lebih tinggi. Salah satu unsur dasar yang dimaksud adalah unsur fisik terutama daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke depan. Daya ledak merupakan perpaduan antara kekuatan dan kecepatan yang memang sangat dibutuhkan nomor lompat jauh, dimana pada saat mengambil awalan sudah mulai dimanfaatkan daya ledak lebihlebih pada saat melakukan tolakan. Disamping itu faktor kelentukan togok ke depan juga sangat menentukan, dimana pada saat lepas dari tumpuan dan melayang ke atas mistar, maka pada saat itulah faktor kelentukan togok berperan. Bertitik tolak dari masalah tersebut, penulis terdorong untuk menelaah salah satu dari sekian banyak permasalahan untuk menemukan hubungan daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke depan terhadap kemampuan lompat jauh. Sehingga dengan ditemukannya hubungan kedua unsur fisik tersebut akan bermanfaat bagi perkembangan pembinaan olahraga dalam cabang olahraga atletik khususnya nomor lompat jauh. Berdasarkan pada latar 75
belakang masalah, maka perlu adanya perincian masalah yang dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke jauh? Dalam penelitian terdapat tujuan yang selalu diharapkan, berdasarkan pada masalah yang telah dirumuskan tentunya tujuan dalam penelitian ini, sebagai berikut: Untuk mengetahui hubungan antara daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke depan dengan kemampuan lompat jauh. Daya ledak tungkai Daya ledak sebagai kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Oleh karena itu latihan daya ledak dalam weight training tidak boleh hanya menekankan pada beban, akan tetapi harus pula pada kecepatan mengangkat, mendorong, menarik suatu beban. Untuk itu berat bebannya tidak boleh terlalu berat dan juga tidak boleh terlalu ringan, sehingga memungkinkan melakukan suatu gerakan dengan cepat tanpa mengabaikan kekuatan. Daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengatasi tahanan dan kontraksi yang sangat cepat, jadi kekuatan dan kecepatan haruslah ditingkatkan menjadi apa yang disebut daya ledak. Harsono (1988) mengemukakan bahwa: Power lebih diperlukan dalam semua cabang olahraga, karena di dalam power terdapat kekuatan dan kecepatan. Pengembangan tenaga eksplosive power dilakukan dengan latihan kombinasi kekuatan dan kecepatan. Seorang dapat dikatakan bertenaga penuh (power), menurut Abdul Kadir Ateng (1992:1) apabila memiliki: (1) Tingkat kekuatan otot yang tinggi, (2) Tingkat kecepatan yang tinggi, dan (3) Tingkat kemampuan yang tinggi dalam mengintegrasikan kecepatan dan kekuatan otot. Daya ledak adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi tahanan dengan suatu kontraksi kecepatan tinggi, di mana kontraksi otot yang tinggi diartikan sebagai kemampuan otot yang kuat dan cepat dalam berkontraksi. Untuk meningkatkan power kekuatan merupakan dasar (basis) oleh karena sebelum latihan untuk power, orang harus sudah memiliki suatu tingkat kekuatan otot yang baik. Berdasarkan dengan uraian tentang power, dapat di simpulkan bahwa power atau daya ledak adalah kemampuan otot atau sekelompok otot dalam melakukan kerja secara eksplosif, power dipengaruhi oleh kekuatan dan kecepatan kontraksi otot. Ditinjau dari kegunaannya di mana kekuatan berperan utama dalam gerakannya. Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot pada bagian tungkai sangat menentukan jarak frekuensi langkah khususnya cabang olahraga atletik pada nomor lompat jauh. Kelentukan Togok Ke Depan Harsono, (1988) memberikan definisi sebagai berikut: Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otototot, tendo dan ligamen. Dengan demikian kelentukan merupakan tingkat kemampuan maksimal dalam ruang gerak sendinya. Kemampuan fisik ini dipengaruhi oleh elastisitas jaringan otot, tendo, ligamen, dan struktur kerangka tulang. Selain itu, kelentukan juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, volume penampang 76
otot dan aspek psikologis dalam bekerja (berolahraga). Jadi perlu disadari bahwa tanpa pertimbangan yang memadai terhadap kelentukan, cenderung akan mengurangi kemampuan otot dalam amplitudo gerakan responden otot, sebagaimana yang dikemukakan oleh Paul Uram (1986) bahwa: Latihan dalam program atlet tanpa pertimbangan yang memadai bagi pengembangan kelentukan cenderung untuk mengurangi jangkauan normal dari gerakan dan membatasi responden otot. Begitu juga halnya dalam melakukan kemampuan lompat jauh, kelentukan memiliki peran yang besar dimana pada saat melakukan gerakan tersebut kelentukan otototot pada tungkai harus lentur agar pergerakan yang dilakukan tidak terasa, kaku dan tegang yang akan mengakibatkan fatal bagi yang melakukannya. Bertolak dari pengertian kelentukan dapat dikatakan bahwa karakteristik dari kemampuan kelentukan ialah luas geraknya persendian serta elastisitas dari otototot dan tendo serta ligamen, bahkan sebagian kecil ditentukan juga oleh kulit. Sesuai dengan batasan kelentukan sebagaimana yang telah dikemukakan, maka kelentukan biasanya dikembangkan melalui latihanlatihan peregangan otot dan latihan memperluas ruang gerak persendian. Metode atau cara latihan senantiasa bertolak dari jenis kelentukan. Untuk itu pergerakan yang dilakukan dalam melakukan lompat jauh pada cabang olahraga atletik sangat membutuhkan kelentukan tubuh ke depan dalam menampilkan pola gerakan yang lebih luas. Kemampuan Lompat Jauh Lompat jauh adalah salah satu nomor yang ada pada cabang olahraga atletik, suatu bentuk gerakan melompat, mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara atau melayang di udara yang dilakukan dengan cepat, dengan tujuan untuk mencapai lompatan yang maksimal atau sejauhjauhnya. Menurut Kosasih (1995) bahwa : Lompat jauh adalah suatu gerakan yang dirasakan dan dilakukan sebagai suatu kesatuan gerakan awalan, tolakan, melayang dan mendarat. Lompat jauh merupakan suatu nomor dalam cabang olahraga atletik, setiap pelompat berusaha melompat ke depan dengan bertolak satu kaki di balok tumpuan dengan sekuatkuatnya untuk mendapatkan jarak lompatan yang jauh. Jarak lompatan yang diharapkan itu didukung oleh gerakangerakan yang terdapat dalam lompat jauh, dengan gerakan tersebut sedapat mungkin terkoordinasi sehingga mendapatkan satu kesatuan gerak lompat jauh yang dapat memberikan dukungan terhadap hasil yang diharapkan. Untuk mendapatkan atau mencapai sasaran tersebut dalam pencapaian hasil yang maksimal, Nadisah (1992) membagi beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam lompat jauh yaitu: Awalan, tolakan/tumpuan, sikap melayang dan sikap mendarat. Untuk lebih jelasnya tentang keempat hal tersebut, akan diuraikan sebagai berikut : 1. Awalan Awalan adalah suatu gerakan permulaan dalam bentuk lari yang bertujuan untuk memperoleh momentum ke arah horisontal. Kecepatan yang diperoleh dari hasil awalan sangat berguna untuk membantu kekuatan pada waktu melakukan tolakan. Untuk menjaga kemungkinan pada 77
waktu melakukan awalan, maka antara awalan dengan tolakan biasanya sipelompat melakukan atau membuat tanda (chek mark). Hal ini untuk menjaga kemungkinan halhal yang tidak diinginkan oleh atlet. Sebab pelompat saat melakukan awalan akan ditujukan pada kecepatan lari yang maksimal. 2. Tolakan/tumpuan Tolakan atau tumpuan adalah akhir dari awalan yang merupakan peralihan antara dari gerakan horisontal ke gerakan vertikal untuk ke tahap selanjutnya. Atau dikatakan bahwa tumpuan adalah perubahan lari menjadi lompatan artinya bahwa tolakan peralihan lari awalan ke depan kepada keadaan melayang. Agar tolakan itu mengimbangi atau melawan gaya gravitasi bumi, maka kekuatan menolak haru sdibantu oleh ayunan tungkai dan lengan ke arah loncatan serta menolak dengan yang besar atau biasa disebut dengan eksplosif power. Hanya dengan paduan gerakan dari awalan yang cepat dan tolakan yang kuat dapat diperoleh sudut lompatan yang baik dan tepat, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk kecepatan dan kekuatan menolak/tumpuan akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap jarak lompatan. 3. Sikap melayang Sikap dan gerakan badan di udara sangat erat kaitannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu lepas landas dari papan tolakan, badan si pelompat dipengaruhi oleh gravitasi bumi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekuatan daya tarik bumi, yaitu dengan jalan sipelompat harus dapat melakukan tolakan yang sekuatkuatnya disertai dengan ayunan kaki dengan kedua tangan ke arah lompatan. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan yang dilakukan oleh pelompat, maka akan semakin lebih lama dapat membawa titik berat badan melayang di udara. Dalam gerakan melayang dapat dibedakan gaya yang dilakukan oleh sipelompat. Adapun gayagaya tersebut dalam lompat jauh yaitu gaya jongkok, gaya menggantung, gaya berjalan di udara. 4. Sikap mendarat Mendarat merupakan proses terakhir dari suatu lompatan. Dimana batas yang terdekat dengan bidang tumpuan diambil sebagai titik untuk mengukur jarak lompatan. Kesempurnaan mendarat merupakan keberhasilan dalam melakukan lompatan itu sendiri dalam hal untuk dapat melakukan lompatan sejauhjauhnya. Untuk pelaksanaan ini dilakukan ayunan kedua kaki ke depan yang disusul ayunan ke dua lengan ke depan sampai tumit menyentuh pasir. Untuk mendarat dengan baik, pendaratan dilakukan dengan duduk, jongkok di pasir, kedua tangan menyentuh pasir yang ada di depan. Titik berat badan diusahakan di depan dari titik tumpuan pendaratan, sehingga badan terdorong ke depan dan tidak kembali duduk atau menyentuh pasir di belakang tempat pendaratan. METODE PENELITIAN Metode merupakan cara yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat bantu. Metode yang di pergunakan dalam 78
penelitian adalah metode deskriptif. Adapun variabel penelitian yang ingin diteliti dalam penelitian ini terdiri atas: variabel bebas yaitu daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke depan, sedangkan variabel terikat yaitu kemampuan lompat jauh. Desain penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah korelasional. Agar lebih terarah pelaksanaan pengumpulan data penelitian, maka perlu diberi batasan operasional tiap variabel yang terlibat yaitu (1) Daya ledak tungkai dimaksud adalah kemampuan jaringan otot pada anggota gerak tubuh bagian bawah yaitu tungkai untuk menerapkan tenaga maksimal dalam waktu yang sangat singkat. Tes yang digunakan adalah lompat jauh tanpa awalan, (2) Kelentukan togok ke depan yang dimaksud adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakangerakan pada tubuhnya dengan lentur, dengan ruang gerak sendi dan elastisitas dari otototot, tendo dan ligamen. Untuk mengukur kelentukan togok ini menggunakan tes kelentukan togok ke depan, dan (3) Kemampuan lompat jauh yang dimaksud adalah Kemampuan lompat jauh yang dimaksud adalah kemampuan seseorang melakukan lompatan yang diawali dengan awalan, selanjutnya menolak, melayang dan mendarat. Bertujuan untuk mencapai jarak lompatan yang sejauhjauhnya. Hasil yang dicapai dinyatakan dalam centimeter. Populasi merupakan suatu kumpulan atau kelompok individu yang dapat diamati oleh anggota populasi itu sendiri atau bagi orang lain yang memiliki perhatian dengannya. Populasi menurut Sugiyono (2000) mengemukakan bahwa: Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan kuantitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dengan uraian tersebut, maka populasi adalah keseluruhan individu atau obyek yang ingin diteliti. Olehnya itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 3 Palangga Kabupaten Gowa. Suharsimi Arikunto (1996) bahwa: Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Alasan dari penggunaan sampel adalah keterbatasan waktu, tenaga dan banyaknya populasi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka sampel yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini berjumlah orang dari siswa putra SMP Negeri 3 Palangga Kabupaten Gowa. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data empirik sebagai bahan untuk menguji kebenaran hipotesis. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: daya ledak tungkai, kelentukan togok ke depan, dan kemampuan lompat jauh. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif, maupun infrensial untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian. Adapun gambaran yang digunakan dalam peneliitian ini, sebagai berikut : 1. Analisis data secara deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang data yang meliputi ratarata, dan standar deviasi. 2. Analisis secara infrensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji korelasi dan regresi. Jadi keseluruhan analisis data statistik yang digunakan pada umumnya menggunakan analisis komputer pada program SPSS versi 79
15.00 dengan taraf signifikan 95% atau = 0,05. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis deskriptif data penelitian yang terdiri dari nilai tes daya ledak tungkai, kelentukan togok ke depan dan kemampuan lompat jauh dilihat dalam rangkuman hasil analisis deskriptif yang tercantum pada tabel. range data 89,00 antara nilai minimum 235,00 dan 324,00 untuk nilai maksimal. Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan tiaptiap variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis korelasi yang digunakan adalah analisis korelasi tunggal ( r ) dan regresi ( R ) pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Hasilhasil analisis secara lengkap dapat dilihat pada tabel. Statistik Daya Ledak Tungkai Kelentukan Togok Ke depan Lompat Jauh Hipotesis N r/r Rs F t Sig. Korelasi daya ledak tungkai dengan kemampuan lompat jauh 0,8 0,000 N X µ Sd Range Min Max 8189,00 136,4833 10,17556 34,00 123,00 157,00 575,00 9,5833 1,88024 8,00 6,00 14,00 17246,00 287,4333 19,72812 89,00 235,00 324,00 Berdasarkan rangkuman hasil analisis deskriptif data pada tabel di atas, maka dapat diuraikan sebagai berikut: a. Untuk data daya ledak tungkai, dari jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 8189,00 dan ratarata yang diperoleh 136,4833 dengan hasil standar deviasi 10,17556 dari range data 34,00 antara nilai minimum 123,00 dan 157,00 untuk nilai maksimal. b. Untuk data kelentukan togok ke depan, dari jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 575,00 dan ratarata yang diperoleh 9,5833 dengan hasil standar deviasi 1,88024 dari range data 8,00 antara nilai minimum 6,00 dan 14,00 untuk nilai maksimal. c. Untuk data kemampuan lompat jauh, dari jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 17246,00 dan ratarata yang diperoleh 287,4333 dengan hasil standar deviasi 19,72812 dari Korelasi kelentukan togok ke depan dengan kemampuan lompat jauh Korelasi antara daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke depan dengan kemampuan lompat jauh 0,735 0,868 0,753 87,01 3 3,875 Untuk lebih jelasnya tentang hasil pada rangkuman di atas, akan dijelaskan pada pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis pertama Ada hubungan daya ledak tungkai dengan kemampuan lompat jauh siswa SMP Negeri 3 Palangga Kabupaten Gowa. Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data daya ledak tungkai dengan kemampuan lompat jauh. Diperoleh nilai korelasi ( r 0 ) = 0,8 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, maka Ho ditolak dan H 1 diterima atau koefesien korelasi signifikan dengan kemampuan lompat jauh. Dengan demikian dapat disimpulankan bahwa ada hubungan yang signifikan daya ledak tungkai dengan kemampuan lompat jauh. Ini membuktikan bahwa dalam melaksanakan lompat jauh, daya ledak tungkai merupakan faktor yang berperan. Pengertian daya ledak tungkai adalah hasil gabungan antara kekuatan dan kecepatan 0,000 0,000 80
khususnya pada otot tungkai atau kemampuan untuk melakukan suatu kontraksi pada otot tungkai dalam waktu yang sangat singkat. Pada saat melakukan take off, daya ledak tungkai memiliki peran yang sangat besar untuk melakukan perubahan arah dari horisontal atau awalan ke arah vertikal untuk pengambilan gaya serta pencapaian hasil lompatan yang maksimal. Daya ledak sangat penting dalam menunjang aktivitasaktivitas olahraga seperti lompat jauh. Tungkai yang digunakan dalam melakukan lompatan tentunya perlu didukung oleh unsur fisik daya ledak. 2. Hipotesis kedua Ada hubungan kelentukan togok ke jauh siswa SMP Negeri 3 Palangga Kabupaten Gowa. Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data kelentukan togok ke jauh. Diperoleh nilai korelasi ( r 0 ) = 0,735 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, maka Ho ditolak dan H 1 diterima atau koefesien korelasi signifikan dengan kemampuan lompat jauh. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan kelentukan togok ke jauh. Ini membuktikan bahwa dinomor lompat jauh, tungkai adalah penggerak utama. Atlet lompat jauh memerlukan gerakan togok guna membantu pergerakan jangkauan tolakan dan pada saat sikap badan di udara. Jadi dalam melakukan gerakan pada lompat jauh perlu ditunjang oleh kelentukan togok ke depan, agar lebih memudahkan menggerakkan tubuh secara luwes sehingga mampu ditampilkan dengan efesien dengan pergerakanpergerakan yang lebih luas. 3. Hipotesis ketiga Ada hubungan antara daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke jauh siswa SMP Negeri 3 Palangga Kabupaten Gowa Kota Makassar. Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data antara daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke jauh. Diperoleh nilai regresi ( R 0 ) 0,868 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) = 0,753. Hal ini berarti 75,3% kemampuan lompat jauh dijelaskan oleh daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke depan. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 87,013 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kemampuan lompat jauh (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 3,875 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H 1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke depan benarbenar berpengaruh secara signifikan dengan kemampuan lompat jauh. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke depan dengan kemampuan lompat jauh. Ini membuktikan bahwa daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke depan merupakan faktor yang mendukung didalam melakukan 81
teknik kemampuan lompat jauh. Penggabungan dengan kedua unsur ini akan lebih efesien sebab daya ledak tungkai merupakan kondisi fisik yang lebih dominan di saat mulai dari awalan sampai pergerakkan melakukan perubahan arah atau take off pada tumpuan sedangkan kelentukan togok ke depan lebih dominan di saat melakukan sikap badan di udara untuk mencapai lompatan yang maksimal, akan. Tungkai sebagai penggerak dan penopang dalam melakukan lompatan harus memiliki pergerakan jangkauan tolakan sehingga sudut gerak yang dibentuk akan mencapai hasil tolakan yang maksimal. Akan tetapi kemampuan untuk membawa berat badan ketitik yang diinginkan akan mampu tercapai dengan efesien bila hasil tolakan baik dengan dukungan unsur daya ledak dan kelentukan. 1. Guru olahraga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penampilan pada siswanya dengan penerapan metode pengajaran yang sesuai dengan teknik dasar yang dikembangkan dan unsur komponen fisik yang dibutuhkan sebagai penunjang pada penampilan kemampuan tersebut. 2. Hendaknya kedua komponen yang terkait dalam penampilan kemampuan lompat jauh seperti daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke depan dapat dijadikan sebagai indikator untuk membantu dalam proses pelatihan. 3. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar pada penelitian yang relevan agar hasil penelitian dapat dikembangkan untuk memperkaya khasanah disiplin ilmu keolahragaan. PENUTUP Sesuai dari hasil analisis pengujian hipotesis dengan berdasar pada masalah yang diajukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan daya ledak tungkai dengan kemampuan lompat jauh. 2. Ada hubungan yang signifikan kelentukan togok ke depan dengan kemampuan lompat jauh. 3. Ada hubungan yang signifikan antara daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke depan dengan kemampuan lompat jauh. Agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan penampilan pada kemampuan lompat jauh bagi siswa, maka saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut: DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Yusuf. 1992. Olahraga pilihan atletik. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur penelitian; suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Bernhard, Gunter. 1986. Atletik. Semarang: Damara Prise, Efhar Offset. Clarke. 1979. Aplication of measurement to health and physical education. New York : Prentice Hall. Depdikbud. 1983. Fisiologi olahraga modul Akta VB. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Edward, Rahantoknam. 1988. Belajar motorik: teori dan aplikasinya dalam pendidikan jasmani dan olahraga. Jakarta: P2LPTK Depdikbud 82
Fox. 1984. The physiological basic of physical education and athletic. Toronto : Sounders College Publishing. Harsono, 1988. Coaching dan aspekaspek psikologi dalam coaching. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti. Herre. D, 1982. Priniciple of Sport Training Inducation to Theory and Metode of Training Sport. Verlag Berham. Razak, Abraham. 1996. Perbandingan pengaruh latihan pliometrik dengan latihan kekuatan dan kecepatan terhadap daya ledak. Surabaya: Thesis Pasca Sarjana UNAIR. Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan kondisi fisik dalam olahraga. Semarang : FPOK IKIP. Sudjana. 1985. Metode statistik. Bandung : Penerbit Tarsito. Sugiyono. 2000. Statistika untuk penelitian. Bandung :Penerbit CV Alfabetha. Surahman, Winarno. 1982. Pengantar penelitian ilmiah dasar; metode dan teknik. Bandung: Tarsito. Syarifuddin Aip. 1992. Atletik. Jakarta: P2TK Ditjen Dikti Depdikbud. William J. Stone. 1991. Sport conditioning and weight training. New York: Wm.C.Brom Publishing. Competitor, Nomor 1 Tahun 4, Pebruari 2012 83