PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan adanya pengaturan tentang Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Air Minum yang baru sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 5 Tahun 1984 dan Nomor : 28/KPTS/1984, tanggal 23 Januari 1984, maka dipandang perlu untuk mengadakan peninjauan kembali atas Peraturan Daerah Tingkat II Badung Nomor : 5/Perda/1976 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut huruf a diatas maka perlu ditetapkan Peraturan Daerah Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037);
2 2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah - daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah - Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655). 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387); 4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969 tentang Pernyataan tidak berlakunya berbagai Undang-Undang ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 37 ); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan, Pertanggung Jawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah; 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1975 Tanggal 7 Maret 1975 tentang Kerjasama antar Daerah; 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1984 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Daerah dilingkungan Pemerintah Daerah; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 690-1572 Tanggal 8 Nopember 1985 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Badan Pengawas Direksi dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum; 9. Peraturan Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1990 tentang Tatacara Kerjasama Antara Perusahaan Daerah dengan Pihak Ketiga; 10. Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 1984 dan Nomor 28/KPTS/1984, tentang Pedoman-pedoman Organisasi, Sistem Akutansi, Teknik Operasi, dan Pemeliharaan, Teknik Perawatan, Struktur dan Perhitungan Biaya untuk menentukan Tarip Air Minum, Pelayanan Air Minum kepada Langganan, Pengelolaan air bersih Ibu Kota
3 Kecamatan dan Pengelolaan Kran Umum Air Bersih Bagi Perusahaan Daerah Air Minum dan Badan Pengelola Air Minum. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. c. Kepala Daerah adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung; d. Dewan Perwakilan Rakyat adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. e. Direksi adalah Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.
4 f. Perusahaan adalah Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. g. Badan Pengawas adalah Badan Pengawas Perusahan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. BAB II NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, TUJUAN DAN USAHA Pasal 2 Perusahaan berkedudukan dan berkantor pusat di Denpasar. Pasal 3 Dengan tidak mengurangi ketentuan Peraturan Daerah ini maka terhadap Perusahaan berlaku segala Hukum Indonesia yang tidak bertentangan dengan azaz Demokrasi Ekonomi yang merupakan diri dari Sistem Ekonomi yang berdasarkan Pancasila. Pasal 4 (1) Turut serta melaksanakan Pembangunan Daerah. (2) Sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan sebagai sarana pengembangan perekonomian dalam rangka pembangunan Daerah khususnya dan pembangunan Nasional umumnya. (3) Untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam upaya memenuhi kebutuhan air bersih yang sehat dan memenuhi persyaratan yang berlaku.
5 (4) Menyelenggarakan pengaturan penggunaan air secara merata dan efisien serta mencegah pengambilan air secara liar, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 5 (1) Perusahaan mengusahakan penyediaan air minum yang cukup sehat dan memenuhi syarat bagi masyarakat dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. (2) Penyediaan air minum sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dapat juga dilakukan pada daerah tingkat II lainnya dengan kesepakatan Pemerintah Daerah yang bersangkutan. BAB III M O D A L Pasal 6 (1) Neraca permulaan perusahaan terdiri atas semua aktiva dan pasiva Milik Perusahaan. (2) Modal dasar Perusahaan terdiri dari kekayaan Daerah yang dipisahkan. (3) Modal perusahaan tersebut pada ayat (1) dan (2) pasal ini, dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat ditambah dari penyisihan sebagian anggaran keuangan Daerah dan Pinjaman. (4) Semua alat liquida disimpan dalam Bank Pembangunan Daerah dan atau Bank Pemerintah lainnya yang ditunjuk oleh Bupati Kepala Daerah.
6 BAB IV PERUSAHAAN DAN CARA MENGURUS Pasal 7 (1) Perusahaan dipimpin oleh suatu Direksi yang terdiri dari : a. Direktur Utama. b. Direktur Bidang Teknik. c. Direktur Bidang Umum. (2) Anggota Direksi adalah Warga Negara Indonesia yang diangkat dan diberhentikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (3) Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur bertanggung jawab kepada Direktur Utama. (4) Direksi bertanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah melalui Badan Pengawas. Pasal 8 Bupati Kepala Daerah menetapkan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan. Pasal 9 (1) Direksi memerlukan persetujuan atau pemberian kuasa dari Bupati Kepala Daerah untuk melakukan hal-hal : a. Mengadakan perjanjian-perjanjian atas nama perusahaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7 b. Mengadakan pinjaman dan obligasi. c. Memperoleh, memindah tangankan atas membebani benda tak bergerak. d. Mengadakan Investasi baru. e. Mewakili Perusahaan didalam maupun diluar Pengadilan. f. Mengadakan tindakan-tindakan lain yang dipandang perlu bagi Perusahaan sesuai dengan peraturan yang berlaku. (2) Ketentuan dimaksud pada ayat (1) a. Huruf b Pasal ini, harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari DPRD. b. Huruf a dan c Pasal ini harus terlebih dahulu mendapat pertimbangan DPRD. (3) Persetujuan dan atau pemberian kuasa sebagai dimaksud ayat (1) huruf d,e dan f diberikan oleh Kepala Daerah setelah mendapatkan pertimbangan Badan Pengawas. Pasal 10 Dalam hal menetapkan kebijaksanaan tarif dan penghapusan harta Kekayaan perusahaan yang tidak bermanfaat lagi atau idle assets, dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, setelah mendapat pertimbangan DPRD.
8 BAB V KETENTUAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN DIREKSI Pasal 11 (1) Untuk dapat diangkat menjadi Anggota Direksi harus memenuhi syarat-syarat umum dan khusus serta syarat-syarat lain yang diperlukan untuk menunjang kemajuan perusahaan. (2) Direksi diangkat oleh Bupati Kepala Daerah atas usul Badan Pengawas untuk masa jabatan 4 (empat) tahun dan setelah selesai masa jabatannya dapat diangkat kembali dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. (3) Anggota Direksi Perusahaan Daerah tidak dibenarkan untuk memangku jabatan rangkap seperti tersebut dibawah ini : a. Anggota Direksi Perusahaan lainnya atau perusahaan swasta atau jabatan lain yang berhubungan dengan pengelolaan perusahaan. b. Jabatan Struktural dan fungsional lainnya dalam Instansi/Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah. (4) Antara sesama Anggota Direksi tidak diperkenankan ada hubungan sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus, garis kesamping termasuk menantu dari ipar. (5) Jika setelah pengangkatan, mereka masuk dalam hubungan keluarga sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) pasal ini, maka untuk melanjutkan jabatannya diperlukan ijin tertulis dari Bupati Kepala Daerah setelah mendengar pertimbangan Pejabat yang berwenang. (6) Anggota Direksi berhenti karena meninggal dunia dan atau masa jabatannya berakhir. (7) Anggota Direksi dapat diberhentikan oleh Bupati Kepala Daerah Daerah sebelum masa jabatannya berakhir karena :
9 a. Permintaan sendiri. b. Melakukan tindakan yang merugikan Perusahaan. c. Melakukan tindakan atau sikap yang bertentangan dengan kepentingan Pemerintah Daerah maupun kepentingan Negara. d. Sesuatu hal yang mengakibatkan tidak dapat melaksanakan tugasnya secara wajar. BAB VI BADAN PENGAWASAN Pasal 12 (1) Untuk melakukan pengawasan terhadap Perusahaan dibentuk Badan Pengawasan yang bertanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah. (2) Badan Pengawas dibentuk dan diketahui oleh Bupati Kepala Daerah yang susunannya terdiri dari unsur-unsur Pejabat Pemerintah Daerah atau Instansi lain yang kegiatannya berhubungan dengan Perusahaan Daerah dan memenuhi persyaratan menjadi badan Pengawas sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. (3) Badan pengawas bertugas untuk melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan Perusahaan termasuk pelaksanaan Bencana Kerja dan Anggaran Perusahaan. (4) Badan Pengurus menetapkan kebijaksanaan Perusahaan secara terarah sesuai dengan kebijakan umum Pemerintah Daerah. (5) Badan Pengawas melakukan Pengawasan terhadap Direksi dan Direksi wajib memberikan keterangan yang diperlukan oleh Badan Pengawas. (6) Masa Jabatan Anggota Badan Pengawas selama lamanya 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali setelah masa jabatannya berakhir.
10 (7) Badan Pengawasan dapat diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir. (8) Ketua Sekretaris dan para Anggota Badan Pengawas diberikan uang jasa yang diatur dalam Keputusan Bupati Kepala Daerah yang dibebankan kepada Anggaran Perusahaan. BAB VIII P E M E R I K S A A N Pasal 13 (1) Dengan tidak mengurangi hak instansi atasan badan lain yang menurut Peraturan yang berlaku, berwenang untuk mengadakan penyelidikan dan pemeriksaan tentang segala sesuatu mengenai pekerjaan mengurus rumah tangga daerah oleh Bupati Kepala Daerah dapat menunjuk Kepala Inspektorat wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung untuk melakukan pemeriksaan atas pengurusan dan pembinaan Perusahaan serta pertanggungjawaban hasil pemeriksaan disampaikan Kepala Bupati Kepala Daerah. (2) Akuntan Negara berwenang mengadakan pemeriksaan atas pengurusan Perusahaan serta pertanggungjawabannya. BAB VIII K E P E G A W A I A N Pasal 14 (1) Kedudukan hukum pegawai, Gaji, Pensiun dari Direksi dan Pegawai/Pekerja Perusahaan, diatur dengan ketentuan yang berlaku setelah mendapatkan pengesahan instansi atasan dengan memperhatikan ketentuan Pokok Kepegawaian dan Peraturan Gaji
11 Daerah yang berlaku dan tunjangan lain diatur oleh Direksi dengan persetujuan Badan Pengawas. (2) Direksi mengangkat dan memberhentikan Pegawai/Pekerjaan Perusahaan menurut peraturan kepegawaian dengan persetujuan Badan Pengawas berdasarkan peraturan pokok Kepegawaian Perusahaan dimaksud pada ayat (1) pasal ini. (3) Apabila dipandang perlu untuk kepentingan Perusahaan Direksi dapat mengangkat Tenaga Ahli sesuai ketentuan yang berlaku atau persetujuan Bupati Kepala Daerah. BAB IX TANGGUNG JAWAB DAN TUNTUTAN GANTI RUGI PEGAWAI Pasal 15 (1) Semua Pegawai Perusahaan termasuk anggota Direksi dalam kedudukan selaku Pegawai, yang tidak diberikan tugas penyimpanan uang, surat-surat berharga dan barang-barang persediaan yang karena tindakannya melawan Hukum atau karena melalaikan kewajiban dan tugas yang dibebankan kepada mereka dengan langsung atau tidak langsung telah menimbulkan kerugian bagi Perusahaan diwajibkan mengganti kerugian tersebut. (2) Semua Pegawai Perusahaan yang dibebani tugas penyimpanan pembayaran atau penyerahan uang, surat-surat berharga milik Perusahaan dan barang-barang persediaan milik Perusahaan yang disimpan dalam gudang atau tempat penyimpanan yang khusus dan semata-mata digunakan untuk keperluan itu diwajibkan tugasnya kepada Badan yang ditunjuk oleh Bupati Kepala Dearah. (3) Pegawai termasuk pada ayat (3) pasal ini, tidak perlu mengirimkan pertanggungan jawab mengenai cara mengurusnya kepada Badan dimaksud pada ayat (3) pasal ini. Tuntutan terhadap Pegawai tersebut dilakukan menurut ketentuan yang ditetapkan bagi Pegawai Bendaharawan Daerah.
12 (4) Semua surat bukti dan surat lainnya bagaimanapun sifatnya yang termasuk bilangan tata buku dan Administrasi Perusahaan disimpan ditempat lain yang ditunjuk oleh Bupati Kepala Daerah kecuali jika untuk sementara dipindahkan ke Badan dimaksudkan pada ayat (3) dalam hal dianggapnya perlu untuk kepentingan sesuatu pemeriksaan. (5) Untuk keperluan pemeriksaan yang bertalian dengan penetapan pajak, maka pemeriksaan Akuntan pada umumnya, surat bukti dan surat lainnya dimaksud pada ayat (5) pasal ini, untuk sementara dapat dipindahkan kepada Akuntan Negara. BAB X TAHUN BUKU Pasal 16 Tahun Buku Perusahaan adalah Tahun Takwim. BAB XI ANGGARAN PERUSAHAAN Pasal 17 (1) Selambat-lambatnya tiga bulan sebelum tahun buku mulai berlaku maka oleh Direksi wajib mengirim Rencana Anggaran Perusahaan untuk dimintakan persetujuan dari Badan Pengawas. (2) Rencana Anggaran Perusahaan tersebut pada ayat (1) pasal ini, berlaku sepenuhnya apabila Badan Pengawas tidak mengajukan keberatan sampai saat berlaku tahun buku berikutnya. (3) Anggaran tambahan atau perubahan anggaran terjadi dalam tahun buku yang bersangkutan harus mendapat persetujuan lebih dahulu dari Badan Pengawas.
13 BAB XII LAPORAN PERHITUNGAN HASIL USAHA BERKALA DAN KEGIATAN PERUSAHAAN Pasal 18 Laporan perhitungan hasil usaha berkala dan kegiatan Perusahaan dikirim oleh Direksi kepada Badan Pengawas selambat-lambatnya tiap 3 (tiga) bulan sekali dan jika perlu untuk jangka waktu yang tertentu. BAB XIII LAPORAN PERHITUNGAN TAHUNAN Pasal 19 (1) Setiap tahun buku, Direksi wajib mengirim perhitungan tahunan laba rugi kepada Badan Pengawas selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah tahun buku. (2) Cara penilaian Pos dalam perhitungan tahunan harus disebutkan. (3) Jika dalam waktu 1 (satu) bulan setelah waktu tersebut pada ayat (1) pasal ini, oleh Badan Pengawasan tidak diajukan keberatan tertulis, maka perhitungan tahunan itu dianggap telah disahkan. (4) Perhitungan tahunan dimaksud pada ayat (1) pasal ini, disahkan oleh Badan Pengawas dan pengesahan dimaksud memberikan kebebasan kepada Direksi terhadap segala sesuatu yang termuat dalam perhitungan tahunan tersebut. (5) Bupati Kepala Daerah berkewajiban memberikan keterangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengenai perhitungan tahunan yang telah disetujuinya.
14 BAB XIV PENETAPAN DAN PENGGUNAAN LABA SERTA PEMBERIAN JASA PRODUKSI Pasal 20 (1) Cadangan diam atau rahasia tidak boleh diadakan. (2) Penggunaan laba bersih, setelah terlebih dahulu dikurangi dengan penyusutan cadangan tujuan dan pengurangan lain yang wajar dalam perusahaan, ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk dana Pembangunan Daerah 30% (Tiga puluh perseratus). b. Untuk Anggaran Belanja Daerah 25% (Dua puluh lima perseratus). c. Untuk Cadangan Umum 15% (Lima belas perseratus). d. Sosial dan Pendidikan 10% (Sepuluh perseratus). e. Jasa Produksi 10% (Sepuluh perseratus). f. Sumbangan Dana Pensiun dan sebagainya 10% (Sepuluh perseratus). (3) Penggunaan laba untuk cadangan umum bila mana telah tercapai tujuannya dapat dialihkan kepada penggunaan lain dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah. (4) Cara mengurus dan penggunaan dana cadangan umum pada ayat (2) pasal ini, ditentukan oleh Badan Pengawas.
15 BAB XV PEMBUBARAN Pasal 21 (1) Pembubaran Perusahaan dan Penunjukan Panitia Liquidasi ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (2) Semua kekayaan Perusahaan setelah diadakan Liquidasi dibagi menurut perimbangan nilai nominal saham. (3) Pertanggung jawaban Liquidatur dilakukan kepada Pemerintah Daerah dan atau pemegang saham yang memberikan pembebasan tanggung jawab tentang pekerjaan yang telah diselesaikannya. (4) Dalam Liquidasi Daerah dan atau pemegang saham bertanggung jawab atas kerugian yang di derita oleh pihak ketiga apabila kerugian itu disebabkan oleh neraca dan perhitungan laba rugi yang telah disahkan ternyata tidak menggambarkan keadaan Perusahaan yang sebenarnya. BAB XVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 5/PERDA/1976 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Badung dan Peraturan daerah Nomor 5 Tahun 1978 tentang Perubahan untuk pertama kali Peraturan Daerah Tingkat II Badung Nomor 5/PERDA/1976 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Badung dinyatakan tidak berlaku lagi.
16 Pasal 23 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang menyangkut pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah. Pasal 24 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. Denpasar, 21 Januari 1994 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG KETUA, TTD BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG TTD I KETUT GARGA I G.B. ALIT PUTRA Disahkan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Dengan Keputusan Tanggal : 28-6-1994 Nomor : 269 Tahun 1994 Diundangkan Dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. Nomor : 41 Tanggal : 5 Agustus 1994 Seri : D Nomor : 41 Sekretaris Wilayah/Daerah Tingkat II Badung T.T.D Drs. Ida Bagus Yudara Pidada Pembina Tk. I Nip. 010045843
17 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG I. PENJELASAN UMUM. Bertitik tolak dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah dalam menuju otonomi yang nyata dan bertanggung jawab, sudah sewajarnyalah tahap demi tahap Pemerintah Daerah harus mengambil langkah untuk melaksanakan tugas-tugas yang menjadi wewenangnya sesuai dengan kemampuan Daerah. Pengadaan, pengelolaan serta pembinaan sarana-sarana yang menunjang pelaksanaan tugas-tugas Pemerintah Daerah dalam melayani setiap kebutuhan masyarakat Daerah dalam melayani setiap kebutuhan masyarakat Daerah antara lain penyediaan air minum mutlak perlu mendapatkan pengaturan-pengaturan sebagaimana mestinya dengan membentuk suatu Perusahaan Daerah Air Minum. Sehubungan dengan hal tersebut diatas dan sesuai pula dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 5 Tahun 1984 dan Nomor : 28/KPTS/1984, tanggal 23 Januari 1984 tentang Pedoman- Pedoman Organisasi, Sistem Akutansi, teknik Operasi, dan Pemeliharaan, Teknik Perawatan, Struktur dan Perhitungan Biaya untuk menentukan tarif air minum, pelayanan air minum kepada langganan, Pengelolaan Air Minum bagi Perusahaan Daerah Air Minum dan Badan Pengelolaan Air Minum. Demikian pula memperoleh air minum bersih yang terjamin kesehatannya sudah akan menjadi salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat mendesak serta pengaturan yang dapat menjamin kelancaran dan efektifitas penyediaannya sehingga dapat dinikmati secara Kontinu dan karenanya perlu diatur dengan Peraturan Daerah.
18 II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 ayat (1) ayat (2) : Yang dimaksud dengan kekayaan Daerah yang dipisahkan ialah sejumlah modal dasar yang diberikan kepada Perusahaan Daerah sebagai Badan Hukum yang harus mempunyai kekayaan sendiri terpisah dari kekayaan Umum Pemerintah Daerah yang dipertanggung jawabkan tersendiri sesuai dengan ketentuan-ketentuan Hukum yang berlaku. Ayat (3) : yang dimaksud dari penyisihan sebagian Anggaran Keuangan Daerah adalah penyisihan yang diberikan kepada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. Ayat (4). Pasal 7. Pasal 8. Pasal 9. Pasal 10. 11 dan 12. Ayat (1). Ayat (2) Syarat-syarat Anggota Badan Pengawas : 1. Anggota Badan Pengawas adalah Warga Negara Indonesia.
19 2. Anggota Badan Pengawas memiliki keahlian serta mempunyai ahlak dan moral yang baik. 3. Anggota Badan Pengawas bertempat tinggal ditempat kedudukan Perusahaan Daerah. 4. Anggota Badan Pengawas terdiri dari orang-orang yang tidak pernah melakukan kegiatan yang merugikan kepentingan Negara dan atau tindakan-tindakan yang tercela dibidang Perusahaan Daerah. 5. Antara sesama Anggota Badan Pengawas dan antara anggota Badan Pengawas dengan Anggota Direksi tidak boleh ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga, baik menurut garis lurus maupun garis kesamping termasuk menantu dan ipar. Jika sesudah pengangkatan mereka masuk dalam hubungan keluarga yang terlarang itu, maka untuk melanjutkan jabatannya diperlukan ijin tertulis dari Bupati Kepala Daerah setelah mendengar pertimbangan Instansi atasan. Ayat (3). Ayat (4). Ayat (5). Ayat (6). Ayat (7) : 1. Anggota Badan Pengawas diberhentikan atau dapat diberhentikan oleh Bupati Kepala Daerah meskipun masa jabatannya belum berakhir karena : a. Meninggal dunia. b. Permintaan sendiri. c. Melakukan sesuatu atau bersikap merugikan Perusahaan Daerah. d. Sesuatu hal yang mengakibatkan ia tidak dapat melaksanakan tugasnya secara wajar. Pemberhentian tersebut pada huruf c dan d
20 dilakukan dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah. 2. Khusus dalam hal diduga terdapat tuduhan tersebut dalam point (1) huruf c pasal ini, anggota Badan Pengawas yang bersangkutan diberhentikan untuk sementara dari tugasnya oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung. 3. Pemberhentian sementara itu diberitahukan secara tertulis kepada Anggota Badan Pengawas yang bersangkutan, Direksi dan Anggota Badan-badan Pengawas lainnya disertai alasan-alasan yang menyebabkan pemberhentian sementara tersebut. 4. Dalam hal terjadi pemberhentian sementara sebagaimana tersebut pada point (3) pasal ini dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Anggota Badan Pengawas yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri dalam suatu sidang yang khusus diadakan untuk itu dalam waktu 1 (satu) bulan sejak Anggota Badan Pengawas tersebut diberhentikan tentang Pemberhentian sementaranya. Jika Anggota Badan Pengawas yang bersangkutan tidak hadir dalam persidangan tersebut yang bersangkutan dianggap menerima apapun yang telah diputuskan. b. Dalam sidang itu diputuskan apakah Anggota Badan Pengawasan yang bersangkutan tetap diusulkan untuk diberhentikan ataukah pemberhentian sementara itu diberhentikan ataukah pemberhentian sementara itu dibatalkan dan segera menyampaikan keputusan secara tertulis kepada Bupati Kepala Daerah.
21 c. Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak diterimanya keputusan sidang tersebut dalam huruf b ayat ini, Bupati Kepala Daerah mengeluarkan keputusannya dan menyampaikan secara tertulis kepada Anggota Badan Pengawas yang bersangkutan, direksi dan Anggota Badan Pengawas lainnya. Dalam hal menyampaikan Surat Keputusan tidak dilakukan dalam waktu yang ditentukan, maka pemberhentian sementara itu menjadi batal menurut hukum. 5. Jika sidang tersebut pada point (4) pasal ini tidak diadakan dalam waktu 1 (satu) bulan setelah pemberhentian sementara itu diberitahukan menurut ketentuan point (3) pasal ini, maka usul pemberhentian sementara oleh Bupati Kepala Daerah yang bersangkutan menjadi batal menurut hukum. 6. a. Jika Keputusan Bupati Kepala Daerah pada point (4) huruf c pasal ini tidak dapat disetujui oleh anggota Badan Pengawas yang bersangkutan maka yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan banding secara tertulis kepada Instansi atasan dengan disertai alasan-alasan dalam waktu 2 (dua) minggu setelah pemberitahuan tentang keputusan termaksud diterimanya. b. Apabila Instansi atasan tidak mengambil keputusan terhadap permohonan banding tersebut dalam waktu yang ditetapkan dalam huruf a point ini, maka keputusan Bupati Kepala Daerah tersebut berlaku dengan sendirinya sehingga permohonan banding yang bersangkutan dianggap tidak diterima.
22 ayat (8) : Diberikan uang jasa yang diatur dalam Keputusan Bupati Kepala Daerah dimaksud untuk memberi keleluasaan kepada Bupati Kepala Daerah dalam menetapkan uang jasa kepada Ketua, Sekretaris dan para Anggota Badan Pengawas yang disesuaikan dengan kemampuan Perusahaan. Pasal 12 Pasal 13 ayat (1) : Dalam Perusahaan Daerah tidak ada istilah buruh dan majikan, semuanya berstatus Pegawai atau Karyawan Perusahaan. Hal tersebut untuk memudahkan pengaturan gaji pensiun dan tunjangan tunjangan lain dengan berpedoman kepada ketentuan yang berlaku. ayat (2) ayat (3) Pasal 14 ayat (1) ayat (2) ayat (3) : Yang dimaksud dalam ayat (3) pasal ini adalah untuk mengadakan ketertiban serta keterampilan Administrasi Perusahaan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing dalam memberikan pertanggung jawab kepada Badan/Petugas yang ditunjuk oleh Bupati Kepala Daerah. ayat (4) : Yang dimaksud dalam ayat (4) pasal ini adalah buktibukti autentik yang merupakan dasar pertanggungan jawab dari semua Pegawai/Karyawan Perusahaan yang sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing kepada Badan/Petugas Pemeriksa yang ditugaskan untuk itu, sedangkan tuntutan ganti rugi bagi Pegawai-pegawai tersebut diperlukan juga tuntutan
23 sebagai ketentuan yang diperlukan bagi Pegawai Bendaharawan Daerah. ayat (5) ayat (6) Pasal 15 Pasal 16 : Maksud dari pasal ini adalah agar pemeriksaan dari Badan Pengawas terhadap Perusahaan baik merupakan pos-pos rumah tangga maupun pos-pos pengembangan Perusahaan secara rasionil (masuk akal) dan terarah sesuai dengan tujuan Perusahaan untuk mendapatkan persetujuan ataupun keberatankeberatan dari Badan Pengawas atas pos-pos yang dimuat dalam Anggaran Perusahaan tersebut. Pasal 17 Pasal 18 : Maksud dari pasal ini adalah untuk dapat nilai aktovotas aktivitas Perusahaan secara keseluruhan sehingga dapat dipakai pedoman/dasar oleh Ketua Badan Pengawasan/Bupati Kepala Daerah dalam memberikan polecy pembinaan kepada Perusahaan maupun sebagai dasar pertanggung jawabannya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pasal 19 ayat (1) : Cadangan diam atau rahasia tidak boleh diadakan karena akan mengakibatkan perhitungan neraca dan perhitungan rugi laba tidak menggambarkan keadaan Perusahaan yang sebenarnya. ayat (2) : Penggunaan laba bersih yang diatur dalam ayat (2) huruf a,b,c,d,e dan f karena bertitik tolak dari adanya Perusahaan Daerah ini sepenuhnya didirikan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Badung dan Modal dasarnya terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan.
24 Apabila dikemuadian hari ada pengikutsertaan modal-modal Swasta dan Pemerintah lainnya maka apa-apa yang tercantum dalam ayat (2) huruf a,b,c,d,e dan f dapat diadakan perubahan. ayat (3) : penggunaan laba untuk cadangan umum dimaksudkan untuk menampung hal-hal dan kejadian-kejadian yang tidak dapat diduga sebelumnya. Cadangan umum tersebut dibentuk dari laba dan pengalihan penggunaan setelah tercapai tujuannya diatur oleh Pemerintah daerah atas usul Direksi. ayat (4) : Cukup jelas Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24