BAB III METODOLOGI 3.1. Umum Pada perencanaan suatu struktur gedung, khususnya pada perencanaan pondasi tiang mencangkup beberapa tahapan pekerjaan, sebagai tahapan awal adalah interprestasi data tanah. Pekerjaan tahap ini sangat penting karena penyelidikan kondisi bawah tanah di tempat merupakan pra syarat bagi perencanaan elemen bangunan bawah (sub structure). Selain itu, informasi yang memadai diperlukan untuk pengkajian kemungkinan (Feasibility) dan ekonomi dari proyek yang diusulkan. Dan selain itu data-data beban yang bekerja pada struktur bangunan tersebut yang kemudian diterima oleh pondasi melalui elemenelemen struktur yang ada. Tahap selanjutnya yaitu perhitungan daya dukung pondasi berdasarkan hasil interprestasi data tanah dan data-data beban yang ada. Pada perencanaan struktur atas, umumnya elemen struktur merupakan suatu bagian yang dapat dispesifikasikan. Ukuran dan kekuatan elemen struktur dapat diputuskan oleh perencana dan diwujudkan dalam pelaksanaan pembangunan, untuk menjamin kesesuaian dengan rancangan dapat dilakukan suatu program quality control yang dapat di verifikasi dan di evaluasi. Disamping itu, pada pelaksanaan, perubahan-perubahan desain umumnya dapat di akomodasikan. Sedangkan pada perencanaan pondasi, dibutuhkan sifat teknis yang harus diukur dan diuji di laboratorium, dan tidak dapat ditentukan suatu spesifikasi tertentu. Oleh karenanya strategi penyelidikan tanah amat ditentukan oleh tujuan III-1
dan falsafah perancangan secara keseluruhan dan bagaimana konstruksi hendak di laksanakan. Dalam penyusunan tugas akhir ini dengan studi kasus membahas metode Enlarged Base Bored Pile, data tanah yang digunakan berasal dari proyek pembangunan The Bellezza Heights yang terletak di daerah Jakarta Selatan. 3.2. Data-Data Penyelidikan Tanah Di Lapangan Dan Interpretasinya Penyelidikan data tanah pada proyek pembangunan The Bellezza Heights dilakukan dengan alat Bantu sondir dan selain itu juga penyelidikan data tanah dilakukan dengan alat bantu bor. Pada proyek pembangunan The Bellezza Heights, struktur atas dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu zone 1, zone 2, zone 3, zone 4 dan diatas struktur tersebut terdiri dari 4 (empat) tower, diantaranya yaitu 3 (tiga) tower dipergunakan untuk apartement dan 1 (satu) tower dipergunakan untuk perkantoran. Pada pelaksanaan penyelidikan tanah, titik-titik yang diambil pada pelaksanaan sondir dan bor dilakukan pada daerah-daerah yang akan berdirinya tower, dan 4 (empat) tower ini terletak pada zone A, zone B, zone C dan zone D. Pembagian zone-zone ini dimaksudkan untuk membagi bagian struktur yang berukuran yang cukup luas dan selain itu untuk membedakan desain pondasi yang berada untuk menopang struktur besarta tower dan pondasi yang hanya menopang struktur saja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar dibawah ini : III-2
C 3 A 1 B 4 D 2 Gambar 3.1. Denah Pembagian Zone S.1 BH.1 S.2 S.3 S.6 S.14 BH.3 S.5 BH.7A S.4 BH.6 S.12 S.9 S.10 S.7 S.8 Gambar 3.2. Denah lokasi Penyelidikan Tanah Untuk mengetahui keadaan lapisan tanah dapat diketahui dengan memanfaatkan data bor log dan juga data sondir. Selanjutnya hasil dari keduanya data ini dapat dibandingkan untuk diambil sebagai kesimpulan. Untuk mengetahui lapisan tanah dari data sondir dapat dilakukan dengan menggunakan program CPT, sedangkan untuk mengetahui keadaan lapisan tanah secara langsung dapat diketahui dengan data bor log. III-3
Program CPT mengklasifikasikan tanah berdasarkan metode Schmertman selain output berupa klasifikasi tanah, program ini juga menampilkan parameter tanah dan daya dukung ultimit untuk jenis pondasi dalam. Dan parameter tanah yang dihasilkan dari program CPT digunakan pada pekerjaan perhitungan desain pondasi ini. Untuk mengetahui keadaan lapisan tanah dengan bantuan program CPT dilakukan dengan memasukan data tahanan ujung (qc) dan data friction (fr) dari hasil uji sondir. Kedua data tersebut dimasukan setiap interval tertentu. Pada kasus ini dimasukan data qc dan fr setiap kedalaman 20 cm. Hasil dari output program CPT pada setiap titik sondir dapat dilihat pada lampiran. Hasil program CPT dalam mengklasifikasikan jenis tanah selanjutnya disajikan dalam bentuk gambar potongan tanah sesuai gambar 3.2. Penyajian dalam bentuk potongan tanah ini dimaksudkan untuk menyederhanakan dan mempermudah didalam mengetahui keadaan lapisan tanah pada setiap kedalaman. Secara umum lapisan tanah dari data 12 (dua belas) titik sondir dan 3 titik bor log dapat dilihat pada gambar 3.3 sampai gambar 3.6 sebagai berikut : III-4
eter 7.eter Sondir 14 BH.3 Sondir 4 Sondir 12 50 20 30 40 50 60 50 150 0 10 100 150 0 100 100 50 150 Organic clays and mixed soils Organic clays and mixed soils Dense or cemented sands Dense or cemented sands Fine sand, brownish black, somewhat gravel, light cemented, very dense Silty sand, somewhat gravel, very dense Sandstone, clayed sand, blueish yellow, very dense Sandstone, blueish black, fine to coarse grain, very dense Sandstone, black, fine grain, very dense 2 2 2 Claystone, blueish grey, hard 2 Sandstone, grey with white mottled, fine to coarse, grain, very dense INTERPRETASI TANAH A Gambar 3.3. Potongan Tanah Pada Sondir 14, 4, 12 dan BH.3 III-5
eter 2eter Sondir 5 BH.6 Sondir 10 Sondir 9 50 10 20 30 50 60 50 100 150 150 0 40 100 150 0 100 50 Dense or cemented sands Claystone, dark grey, somewhat fine sans, hard Sandstone, grey, fine to coarse sand, very dense Sandstone, dark grey, somewhat claystone, very dense Claystone, dark grey, hard 2 2 2 2 Sandstone, dark grey, fine to coarse sand, very dense INTERPRETASI TANAH B Gambar 3.4. Potongan Tanah Pada Sondir 5, 10, 9 dan BH.6 III-6
17.eter eter Sondir 1 BH.1 Sondir 2 Sondir 3 50 20 30 40 50 60 50 100 150 150 0 10 100 150 0 100 50 Organic clay & mixed soils Organic clay & mixed soils Dense or cemented sands Dense or cemented sands Claystone, grey with yellow and brown mottled, hard Sandstone, black, fine grain, very dense. 2 Sandstone, black, fine grain, very dense. 2 2 2 Sandstone, black to coarse sand, very dense. INTERPRETASI TANAH C Gambar 3.5. Potongan Tanah Pada Sondir 1, 2, 3 & BH.1 III-7
13.eter 8.eter BH.7.A Sondir 6 Sondir 8 Sondir 7 50 100 150 0 10 20 30 40 50 60 50 100 150 0 50 100 150 Clay very dense, grey, claystone Claystone, sandy, grey, hard 2 Sandstone, grey, hard 2 2 2 Clay, grey, hard INTERPRETASI TANAH D Gambar 3.6. Potongan Tanah Pada Sondir 6, 8, 7 dan BH.7 III-8
3.2.1. Kesimpulan Dari Data Tanah a. Dari data sondir yang telah diplot (gambar 3.3 sampai dengan gambar 3.6), secara umum lapisan tanah pada lokasi proyek terdiri atas tiga lapisan : - Lapisan atas : Lempung padat - Lapisan tengah : Lempung kepasiran dan lanau - Lapisan bawah : Pasir padat b. Dari data bor log, didapat klasifikasi tiga jenis tanah secara umum yaitu : - Lapisan atas : Lempung dengan nilai plastisitas yang beragam - Lapisan tengah : Lempung berbatuan bercampur pasir - Lapisan bawah : Pasir padat berbatuan Dari ke-2 hasil identifikasi tanah ternyata memberikan hasil yang tidak jauh berbeda, adanya perbedaan pada identifikasi tanah dikarenakan program CPT mengklasifikasikan tanah berdasarkan pada metode Schmertmann. Pada metode ini jenis tanah lanau tidak berdiri sendiri tetapi bergabung antara pasir dengan lempung. Pada kurva Schmertmann tersebut ditampilkan jenis tanah 1. Silt-Sand Mixtured 2. Clayey-Sand and Silt 3. Sandy and Silty Clay III-9
Jadi jika di lapangan ditemukan jenis tanah lanau maka jenis tanah ini ditampilkan pada program CPT pada ke-3 jenis tanah diatas, dengan demikian output dari program CPT dan data bor log cukup bersesuaian. Jika tanah digolongkan dakam dua golongan maka tanah dapat dibedakan antara tanah yang berkohesi dan tanah yang tidak berkohesi (cohesive and cohesionless), jenis tanah ini terdapat pada Clay dan Sand. Karena pada tanah pasir murni tidak memiki nilai kohesi maka parameter tanah yang digunakan diambil nilai sudut geser dalam (φ ), begitu pula pada tanah lempung maka di dalam perhitungan digunakan parameter C u. Pada kenyataannya suatu lapisan tanah tidak terdiri dari pasir murni atau lempung murni tetapi tercampur satu dengan yang lainnya, pada jenis tanah ini biasanya memiliki nilai C u dan φ 3.3. Pemilihan Jenis Pondasi Enlarged Base Bored Pile Pada pelaksanaan proyek The Bellezza Heights Permata Hijau, tanggung jawab perancangan struktur diberikan kepada PT. Duta Rekayasa (Engineering Consultants). Pada perancangan struktur bawah (sub-structure / foundation) dibuat dengan metode bored pile dengan bentuk bawah pondasi sedikit lebih besar. Ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi perancangan pondasi tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. III-10
Pengeboran dengan menggunakan metode Enlarged Base ini baru dilakukan oleh sedikit kontraktor, karena metode ini bisa dikatakan baru dalam dunia pembuatan bored pile. Bentuk dari pondasi tiang bor Enlarged Base ini hampir sama dengan bentuk pondasi bored pile metode Frenky, akan tetapi untuk metode Enlarged Base ini bentuk dasar dari struktur pondasi lebih terstruktur yaitu berbentuk tabung dengan ketinggian eter dengan ukuran diameter lebih besar dibandingkan dengan bentuk pondasi diatasnya. Bentuk pondasi ini dapat dilihat pada gambar 3.7 : d L1 L2 D Gambar 3.7. Profil pondasi Base Enlarged Pada pekerjaan pembuatan pondasi bored pile metode Enlarged Base pada proyek The bellezza ini, ukuran pondasi ini terdiri dari beberapa bentuk dan ukuran, yaitu pondasi bored pile tunggal, group empat dan group banyak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : III-11
BORED PILE TUNGGAL Tipe BP C.O.L Diameter Volume (m 3 ) BP 1-5.8 BP 2-5.8 BP 3-5.8 BP 4-5.9 BP 5-5.9 BP 6-6.1 BP 7-6.1 BP 8-6.5 600 0.283 800 0.502 800 0.502 1000 0.785 800 0.502 1200 1.13 900 0.636 1400 1.539 1000 0.785 1500 1.766 1100 0.950 1800 2.543 1200 1.130 1800 2.543 1200 1.130 2000 3.140 BORED PILE GROUP 4 Tipe BP C.O.L Diameter Volume (m 3 ) BP 8-7.5 1200 1.130 2000 3.140 BORED PILE GROUP Tipe BP C.O.L Diameter Volume (m 3 ) BP 8-10.5 1200 1.130 2000 3.140 Tabel 3.1. Ukuran dan volume Enlarged Pondasi tiang tunggal dan group Sumber : PT.INDOPORA pada Proyek The Bellezza Heights III-12
Untuk pengujian pembebanan pondasi, pondasi yang telah jadi didiamkan selama umur 28 hari, setelah itu dilakukan pengujian beban (loading test) secara konvensional. Pondasi tunggal yang di uji diberi beban 100 % sebesar 825 ton dan beban 200% sebesar 1650 ton. 3.4. Diagram Alir Dalam proses pengerjaan tugas akhir ini, yang membahas tentang Metode Base Enlarged Bored Pile terdiri dari beberapa tahap analisa dan pekerjaan yang akan digambarkan pada diagram alir dibawah ini : III-13
Mulai Pengumpulan Data Data Tanah Data Beban (Loading test) Interpretasi Data Tanah Penghitungan daya Dukung Pondasi Bored Pile Biasa Bored Pile Base Enlarged Tidak ok Periksa Ya Perbandingan hasil Perhitungan Desain Pondasi Selesai Gambar 3.8. Bagan alir analisa III-14
B 3 Bab III Metodologi MULAI PEKERJAAN Pembuatan Tulangan Penentuan Titik Pekerjaan Persiapan Lahan Pekerjaan Pengeboran ( Menggunakan mata bor Bucket auger & Belling bucket ) Pekerjaan Pengecoran ( Mutu beton K-350 ) Pekerjaan Grouthing Pemotongan Pondasi Enlarged base Bored Pile / COL ( Cut Of Level ) Gambar 3.9. Bagan alir pekerjaan pondasi Enlarged Base Bored Pile III-15