PENGGUNAAN ENERGI BAHAN BAKAR UNTUK PENGERINGAN IKAN ASIN/KEUMAMAH

dokumen-dokumen yang mirip
PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus

SISTEM PENYALEAN PISANG BERTINGKAT DENGAN MENGUNAKAN ENERGI BAHAN BIO-MASSA

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM PENGERING IKAN MEMANFAATKAN SUMBER ENERGI PANAS BUMI IE-SUUM KABUPATEN ACEH BESAR

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

Rancang Bangun Alat Pengering Pakan Ikan Dengan Sistem Pemanas Konveksi Paksa

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER

AGROTECHNO Volume 1, Nomor 1, April 2016, hal

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan komoditas pertanian yang penting karena banyak

PERANCANGAN DAN ANALISA ALAT PENGERING IKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI BRIKET BATUBARA

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Efisiensi Pada Sistem Pengeringan Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) Menggunakan Alat Pengering Tipe Lemari

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengeringan Untuk Pengawetan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

UJI KINERJA ALAT PENGERING HYBRID TIPE RAK PADA PENGERINGAN CHIP PISANG KEPOK [PERFORMANCE TEST OF HYBRID DRYER SHELVES TYPE FOR DRYING BANANA CHIPS]

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

PENENTUAN LAJU PENURUNAN KADAR AIR OPAK SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN RUANG PENGERING BERENERGI BIOMASSA LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT

PENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

BAB II LANDASAN TEORI

PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI ALAT PENGASAP TIPE RAK UNTUK PISANG SALE DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR. Evaluation of Tray Smoke House for Banana by Different Biomass Fuels

TEMPERATUR UDARA PENGERING DAN MASSA BIJI JAGUNG PADA ALAT PENGERING TERFLUIDISASI

PEMBUATAN ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP PRISMA SEGITIGA

UJI PERFOMANSI ALAT PENGERING RUMPUT LAUT TIPE KOMBINASI TENAGA SURYA DAN TUNGKU BERBAHAN BAKAR BRIKET

PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MINYAK CENGKEH PADA SISTEM PENYULINGAN KONVENSIONAL

PERANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PENGERING TIPE RAK

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

Peningkatan Kecepatan Pengeringan Gabah Dengan Metode Mixed Adsorption Drying Menggunakan Zeolite Pada Ungguan Terfluidisasi

BAB I PENDAHULUAN. atau Arecaceae dan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini

UJI VARIASI SUHU TERHADAP MUTU KELAPA PARUT KERING PADA ALAT PENGERING KELAPA PARUT (Desiccated Coconut)

Juandi M (*), Panca O. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau mail.com ABSTRACT ABSTRAK

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TERI MENGGUNAKAN HEATER TENAGA SURYA LAPORAN TUGAS AKHIR

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : Uji Kinerja Pengering Surya dengan Kincir Angin Savonius untuk Pengeringan Ubi Kayu (Manihot esculenta)

STUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER.

TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII)

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

Pengaruh Cuaca Berawan terhadap Pengeringan Kelapa Kukur sebagai Bahan Kelapa Gongseng dengan Sistem Solar Drying

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN. ISSN : ; e-issn

Performansi thermal sistem pengering pakaian aliran paksa dan aliran alami memanfaatkan energi pembakaran LPG

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

ANALISA PENGARUH VARIASI LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP EFEKTIVITAS HEAT EXCHANGER MEMANFAATKAN ENERGI PANAS LPG

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN GABAH PADA ROTARY DRYER

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi udara oleh exhaust dan blower serta sistem pengadukan yang benar

PENGERINGAN REMPAH-REMPAH MENGGUNAKAN ALAT ROTARY DRYER

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya ikan laut Indonesia pada tahun 2006 sebesar 4,8 juta ton dan

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan oleh petani dan petani hutan. Umbi porang banyak tumbuh liar di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari,

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN KACANG HIJAU PADA ROTARY DRYER

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sebagai santan pada masakan sehari-hari, ataupun sebagai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SISTEM PENGERING OPAK SINGKONG TIPE RUANG KABINET DENGAN MENGGUNAKAN BIOMASSA LIMBAH PELEPAH PINANG DAN PELEPAH KELAPA

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN TERI KAPASITAS 12 KG/JAM

Program Studi Teknik Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Syiah Kuala, Nangroe Aceh Darussalam

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman sukun tumbuh tersebar merata di seluruh daerah di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang dilalui garis khatulistiwa, negara kita Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel.

Kajian Sistem Penyimpan Ikan Sementara pada Tempat Pendaratan Ikan (TPI)

Transkripsi:

178 PENGGUNAAN ENERGI BAHAN BAKAR UNTUK PENGERINGAN IKAN ASIN/KEUMAMAH Muhammad Ilham Maulana 1 1 Staf Pengajar - Jurusan Teknik Mesin - Unsyiah Keywords : Drying machine Fuel Drying speed Akan kayu Abstract : This research carried out to develop drying technology across Nangroe Aceh Darussalam, and find the alternative energy source for the drying machine. In NAD province, fishery products were the manly commodity that could accommodate 58.309 of family labor or fund of 291.545 people. The problem of Aceh fisherman and most other developing countries worldwide is due largely to the inability to preserve fish surpluses, and fluctuation of fish s price. Drying and heating processes were employed for temporary preservation of fishery product, so that it can be stored for future use, hence increases economics and support national export. Drying Machine using in this study was a cabinet dryer, consist of burner room, hot air dealer duct, flow changer, velocity rectifier and early flow director. This machine was tested using three fuel source which is kerosene, gas and wood with drying capacity 60 kg. The experiment results show that needed of drying time by fresh fish product to become ikan kayu by using this three fuel types is same, about 8 hours. The lowest water rate of ikan kayu by using gas fuel were 1,45 %, and by using wood fuel which is12,75%. The highest drying speed was achieved for drying process by using wood fuel (1,80 %) and the lower speed by using gas fuel (1,62 %). Production capacity of ikan kayu produce by using these three kind of fuel were same about 2,5 kg/hours. Drying temperature was around 90 o C for all kinds of fuel. PENDAHULUAN Perikanan merupakan salah satu pilar ekonomi lokal di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam, yang memiliki panjang garis pantai 1.660 km, dengan luas wilayah perairan laut seluas 295.370 km² terdiri dari laut wilayah (perairan teritorial dan perairan kepulauan) 56.563 km² dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 238.807 km². Berdasar data dari dinas perikanan Prop. NAD, potensi perairan teritorial dan perairan kepulauan sebesar 220.090 ton dan ZEE sebesar 203.320 ton atau total sebesar ± 423.410 ton. Data tahun 2007 menunjukkan, realisasi potensi produksi perikanan laut mencapai 127.837 ton/tahun sementara perikanan budidaya mencapai 34.610 ton/tahun. Produksi perikanan tersebut merata, baik di Samudera Hindia maupun Selat Malaka (BPS, 2004 dan Bapeda NAD, 2005). Permasalahan yang selalu dihadapi para nelayan tradisional di Aceh pada umumnya adalah fluktuasi jumlah tangkapan ikan yang sulit diprediksi, sehingga terjadi kemungkinan anjloknya harga jual dan pembusukan produk di tingkat nelayan. Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan upaya mempertahankan mutu dengan cara penanganan yang tepat agar ikan dapat disimpat lebih lama atau dirubah menjadi produk olahan. Salah satu penyebab cepat membusuknya ikan adalah kegiatan enzim dan bakteri bakteri pembusuk yang terdapat di dalam badan ikan maupun mikrobia yang tersebar luas di alam apabila dibiarkan di udara terbuka. Proses pembusukan ini sangat tergantung pada kadar air, sementara kandungan air di dalam tubuh ikan mencapai 75 %. Sehingga, salah satu upaya untuk menghambat pembusukan ini adalah dengan cara mengurangi kadar air di dalam tubuh ikan. Sehingga dapat menghambat aktivitas pembusukan yang disebabkan oleh enzim dan mikrobia. Ikan dengan kadar air rendah dapat disimpan dalam waktu yang lama. Proses pengeringan merupakan salah satu cara pengawetan bahan pangan yang paling tua di dunia. Pengeringan pada dasarnya adalah proses pemindahan/pengeluaran kandungan air bahan hingga mencapai kandungan air tertentu agar kecepatan kerusakan bahan dapat diperlambat. Keumamah adalah salah satu produk pengeringan ikan yang sangat populer di Aceh, yang produknya sudah tersebar sampai ke negara jiran Malaysia. Pada umumnya, teknik pengeringan yang dilakukan untuk memproduksi keumamah masih sangat sederhana dan tradisional, yaitu penjemuran langsung di tempat terbuka dengan menggunakan energi matahari. Penggunaan energi matahari sebagai sumber panas pengeringan memberikan keuntungan karena energi panas yang digunakan murah dan berlimpah. Kelemahan dari sistem penjemuran ini selain E-mail : il_maulana@yahoo.com

179 kebersihan bahan yang dijemur sukar diawasi juga prosesnya sangat tergantung kepada cuaca, sehingga penggunaan sumber energi hasil pembakaran bahan bakar merupakan suatu pilihan alternatif. Pada penelitian ini akan diuji penggunaan tiga jenis bahan bakar, yaitu gas, minyak tanah dan kayu terhadap karakteristik dan mutu ikan kayu pada alat pengering alat pengering tipe rak (tunner) yang dikembangkan di Laboratorium Perpindahan Panas dan Thermodinamika, program studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Unsiversitas Syiah Kuala. Parameter yang dianalisis adalah analisis kadar air, laju pengeringan, persentase rendemen dan kapasitas kerja. Dengan mengetahui karakteristik penggunaan ketiga jenis bahan bakar (gas, minyak tanah dan kayu) terhadap mutu produk dan mekanika pengeringan, maka dimungkinkan untuk penyempurnaan metode pengeringan dan merancang suatu alat pengering yang efektif dan efisien. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering mekanis (artificial drying) yang dirancang diberikan pada Gambar 1 berikut dengan bagian utamanya terdiri 3 (tiga) bagian utama yaitu (1) dapur, (2) ruang pengering yang dilengkapi dengan saluran udara pemanas dan (3) cerobong untuk mengeluarkan uap air. Saluran penyalur udara panas berfungsi sebagai pembawa udara panas dari ruang pembakaran menuju ruang pengering dan setelah melewati susunan rak rak berisi ikan, akhirnya ke luar melewati tingkap yang terdapat pada atap (cerobong). Bagian ini terdiri dari : (a) pengubah aliran yang berfungsi untuk membuat aliran udara panas dari ruang pembakaran menjadi aliran turbulen, (b) penyeragam kecepatan aliran, terbuat dari triplek dengan dimensi 3 x 50 x 400 (ukuran dalam mm) yang disusun secara sejajar namun tegak lurus terhadap pengubah aliran, dan (c) pengarah awal yang berfungsi untuk mengarahkan aliran fluida panas supaya diperoleh proses konveksi yang lebih sempurna. Tujuan utama dari proses pengeringan ini adalah untuk mendapatkan ikan keumamah kering dengan kadar air yang telah ditentukan Standar Nasional Indonesia yakni sebesar 10,27%. Sebelum pengeringan ikan tongkol yang telah direbus terlebih dahulu dilakukan analisis kadar air awal di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Unsyiah. Produk ikan ditimbang beratnya timbangan analitik. Kapasitas produk pada setiap pengujian dengan alat pengering ini adalah 60 kg. Ikan tersebut diatur di dalam ruang pengering dengan posisi yang memungkinkan semua ikan tidak ada yang saling bertumpukan. Setelah bahan pengujian siap, maka dilakukan proses pengeringan dengan menggunakan bahan bakar gas, minyak dan kayu sebagai sumber panas pada ruang pembakaran. Produk pengeringan (keumamah) yang dihasilkan dianalisis, meliputi kadar air, laju pengeringan, persentase rendemen, penurunan massa bahan dan analisis finansial. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Perubahan Kadar Air Pengeringan Perhitungan kadar air pada penelitian ini menggunakan sistem berat kering, karena penurunan berat kering dapat berubah secara kontinyu (bertahap) menuju kadar air yang diinginkan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa nilai kadar air setelah pengeringan berbeda beda untuk setiap perlakuan dengan waktu pengeringan yang berbeda pula, hal ini disebabkan oleh kemampuan udara pengering dalam menguapkan kadar air dari dalam bahan yang dipengaruhi oleh bahan bakar. Hasil pembakaran dengaan bahan bakar kayu ditunjukkan pada Gambar 2 a berikut. Dari gambar terlihat bahwa penurunan kadar air tertinggi diperoleh pada rak 4 sedangkan yang terendah diperoleh pada rak 1. Temperatur turun secara perlahan dengan trend yang hampir sama pada keempat rak. Pada awal proses pengeringan, penurunan kadar air belum berpengaruh nyata, kadar air yang diuapkan merupakan kadar air yang berada di permukaan bahan, namun seiring dengan bertambahnya waktu maka suhu di dalam ruang pengering akan semakin meningkat, sehingga uap air yang lepas dari dalam bahan ke udara meningkat pula. Rata rata ikan akan kering setelah 8 jam proses pengeringan, dengan kondisi yang hampir seragam untuk keempat rak. Kecenderungan ini berlaku untuk ketiga bahan bakar yang digunakan dengan penurunan kadar air tertinggi di dapat pada rak 4 seperti terlihat pada Gambar 2 b. Gambar 1. Kontruksi alat pengering

180 dikontrol, dan tidak menghasilkan jelaga, sehingga ikan keumamah yang dihasilkan bersih dan higienis. (a) Bahan bakar kayu Gambar 3. Grafik laju pengeringan terhadap waktu Sama seperti kadar air, posisi rak juga sangat menentukan kecepatan penurunan laju pengeringan. Rak yang terdekat dengan ruang pembakaran, akan lebih cepat menerima dan menyerap panas yang dikonduksikan dari ruang pembakaran ke lemari pengering, sehingga laju penguapan kadar air ke udara semangkin meningkat. (b) Ketiga bahan bakar Gambar 2. Grafik kadar air terhadap waktu b. Laju Pengeringan Laju pengeringan atau laju penurunan kadar air menunjukan laju turunnya kandungan air dari bahan yang dikeringkan persatuan waktu. Laju pengeringan akan semakin menurun seiring dengan penurunan kadar air yang diuapkan dari bahan. Semakin tinggi tingkat penguapan kadar air dari dalam bahan semakin tinggi pula tingkat penurunan laju pengeringan. Pada Gambar 3 ditunjukkan grafik penurunan laju pengeringan dengan variasi bahan bakar gas, minyak tanah dan kayu. Berdasarkan dapat dilihat bahwa sama seperti penurunan kadar air, bahan bakar juga berpengaruh terhadap panas yang dihasilkan untuk mempercepat proses penurunan laju pengeringan. Penurunan laju pengeringan yang tertinggi diperoleh pada pengeringan ikan keumamah dengan menggunakan bahan bakar gas yaitu sebesar 1,42 % bk/jam, sedangkan yang terendah diperoleh pada pengeringan ikan keumamah menggunakan bahan bakar kayu yaitu sebesar 1,59 % bk/jam. Hal ini disebabkan karena selain bahan bakar gas, menghasilkan pembakaran yang sempurna sehingga energi/panas yang dihasilkan lebih tinggi, bahan bakar ini juga hemat dalam pemakaian, mudah c. Persentase Rendemen Hasil rendemen dengan menggunakan bahan bakar gas, minyak tanah dan kayu berbeda yaitu pada bahan bakar gas diperoleh hasil rendemen sebesar 49% dan pada bahan bakar minyak tanah diperoleh rendemen sebesar 52,5% dan pada bahan bakar kayu diperoleh rendemen sebesar 54,5%. Dari hasil penelitian diperoleh data persentase rendemen yang menggunakan bahan bakar gas lebih kecil daripada yang menggunakan bahan bakar minyak tanah dan kayu. Hal ini disebabkan karena pengeringan lebih stabil dan penurunan kadar airnya relatif cepat, seperti yang terlihat pada Gambar 4. Gambar 4. Grafik hasil rendemen ketiga jenis bahan bakar (P1: bb gas, P2: bb minyak tanah, P3: bb kayu) d. Distribusi Temperatur Hasil pengukuran temperatur di dalam alat pengering (ruang pengering) diambil setiap selang waktu 1 jam. Dari hasil pengukuran temperatur di dalam ruang pengeringan maka mendapatkan grafik

181 distribusi temperatur sebagai mana ditampilkan pada Gambar 5. Gambar 7. Grafik penurunan massa bahan untuk penggunaan ketiga bahan bakar Gambar 5. Grafik distribusi temperatur dari ketiga jenis bahan bakar Pada grafik di atas, terlihat distribusi temperatur yang menggunakan bahan bakar gas elpiji lebih stabil dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar kayu dan juga minyak tanah, karena menggunakan bahan bakar gas pengontrolannya lebih mudah sehingga dapat bekerja secara stabil dan optimal. e. Distribusi Kelembaban Relatif Gambar 6. Grafik distribusi kelembaban relatif (RH) ketiga jenis bahan bakar Dari grafik di atas terlihat bahwa kelembaban relatif yang menggunakan bahan bakar kayu lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan bahan bakar gas dan minyak tanah yang mana dengan menggunakan bahan bakar gas dan minyak tanah kelembaban relatifnya (RH) lebih stabil dibandingkan dengan perlakuan bahan bakar kayu, hal ini diduga akibat udara panas dalam ruang pengering belum merata. f. Penurunan massa bahan Penurunan massa bahan semakin lama semakin menurun karena proses terjadinya penguapan air dari bahan. Kondisi ini terjadi secara merata pada keempat rak. Proses penurunan massa bahan yang terjadi pada penggunaan ketiga bahan bakar gas, minyak tanah, dan kayu juga terjadi secara yang merata dan tidak jauh berbeda antara ketiga bahan bakar, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7. KESIMPULAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis bahan bakar terhadap karakteristik dan mutu ikan kayu produk pengeringan pada alat pengering tipe rak. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Proses pengeringan yang dibutuhkan ikan untuk menjadi keumamah di antara ketiga jenis bahan bakar sama yaitu berkisar 8 jam. 2. Kadar air pengeringan ikan kayu terendah diperoleh dengan menggunakan bahan bakar gas yaitu sebesar 11,43%, dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah sebesar 11,84% dan kadar air tertinggi diperoleh dari hasil pengeringan dengan bahan bakar kayu yaitu sebesar 12,75%. 3. Proses penurunan laju pengeringan paling tinggi terdapat pada proses pengeringan dengan menggunakan bahan bakar kayu yaitu sebesar 1,80% dan yang paling rendah terdapat pada proses pengeringan dengan menggunakan bahan bakar gas yaitu sebesar 1,62%. 4. Kapasitas kerja alat pada pengeringan ikan kayu menghasilkan nilai yang sama besarnya dari ketiga jenis bahan bakar yaitu pada gas, minyak tanah dan kayu sebesar 2,5 kg/jam dengan suhu pengeringan berkisar antara 80 o 90 o C. DAFTAR PUSTAKA BPS, 2004, Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Jilid I, Jakarta, Indonesia. Bapeda NAD, 2005, Aceh dalam Angka, Kerjasama BPS dengan Bapeda Nangroe Aceh Darussalam, Banda Aceh. Kreith, F., 1986, Prinsip prinsip Perpindahan Panas, Edisi Ketiga, Terjemahan oleh Prikono, A., Erlangga, Jakarta. Muhammad Ilham Maulana dan Ahmad Syuhada, 2009, Teknologi Pengeringan Ikan Kayu (Keumamah) dengan Menggunakan Variasi Bahan Bakar Sebagai Energi Panas, Proseding

182 Seminar Nasional Riset Kluster Teknik Mesin, Surakarta, 12 13 Oktober. Moeljanto, 1992, Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan, Penebar Swadaya, Jakarta. Reynold, W.C., 1989, Termodinamika Teknik, Terjemahan oleh Filino Harahap, Edisi kedua, Erlangga, Jakarta. Suharto, 1991, Teknologi Pengawetan Pangan, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Taib, G., G. Said, S., Wiratmaja, 1988, Operasi Pengering Pada Pengolahan Hasil Pertanian, Medyatama Sarana Perkasa. Winarno, F.G., 1993, Pengantar Teknologi Bahan, PT. Gramedia, Jakarta.