BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses fisiologis, diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baru dilahirkan (Saifuddin, 2010:1). Keberhasilan penyelenggaraan. gerakan keluarga berencana (Manuaba, 2010:10).

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang normal, alami

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2016, Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

BAB 1 PEDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang alami artinya perubahan-perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN. dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan merupakan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kontrasepsi merupakan proses fisiologis dan berksinambungan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses fisiologis dan berksinambungan. Kehamilan dimulai dari konsepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kejadian yang fisiologis/ alamiah, akan tetapi di dalam prosesnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan masyarakat sangat diperlukan. seorang bidan yang berkompeten untuk menangani masalah-masalah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. setiap perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan, persalinan dan nifas

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi yang di kandung (Saifuddin, 2009:284). (Hani, 2011:12). Berdasarkan pengalaman praktek di polindes Kradenan

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan fisik dan emosi dari ibu setra perubahan sosial dalam keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. persalinan, perawatan bayi yang baru lahir dan pemeliharaan ASI

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga mampu untuk menekan AKI dan AKB. Angka Kematian Ibu (AKI)

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan kala nifas serta pemberian ASI dengan selamat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan ingin menghadapi kelahiran dengan aman dan nyaman. Continuity

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi.proses tersebut akan menentukan kualitas sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangbiakan manusia yang alamiah, namun tetap harus diwaspadai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan dan persalinan merupakan proses normal, alamiah dan. sehat. Namun bila tidak dipantau secara intensif dapat terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

BAB 1 PENDAHULUAN. tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu. bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1).

BAB I PENDAHULUAN. anak. Setiap prosesnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2011:11).

BAB I PENDAHULUAN. rentan terjadi, hal ini sering banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Kematian ibu adalah kematian

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan hasil pembuahan sel telur dari perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

BAB I PENDAHULUAN. perinatal (Marmi, 2011 : 21). Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB I PENDAHULUAN. sejak dini dengan memantau kesehatan ibu, dengan digunakan indicator

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Prawirohardjo (2010; h. 55) kehamilan, persalinan, nifas,dan

BAB I PENDAHULUAN. informasi untuk memudahkannya membuat pilihan tentang asuhan yang ia terima.

BAB I PENDAHULUAN. hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, keguguran atau terminasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum

keselamatan ibu dan bayi. Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) perlu didukung upaya untuk mencapai universal coverage pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Dwi Anggun Nugraeni, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan akibat langsung proses reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bidan merupakan mata rantai yang sangat penting karena kedudukannya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, melakukan kunjungan neonatus, ibu pasca salin memilih alat

BAB 1 PENDAHULUAN. 102/ kelahiran hidup (Visi Indonesia Sehat 2015). Penyebab tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penerus keturunan keluarga. Kehamilan menurut Manuaba (2010) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG. nifas, bayi baru lahir, dan kontrasepsi (Manuaba, 2014; h.28).

BAB I PENDAHULUAN. hamil sehingga dapat membahayakan ibu dan janin jika mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan adanya pelayanan kesehatan bagi masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat (Pantikawati dan Saryono,2010:1). Namun, dalam prosesnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam program

BAB 1 PENDAHULUAN. masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara negara tetangga.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan diseluruh dunia setiap hari

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada proses laktasi. Dalam prosesnya kemungkinan keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Melakukan kunjungan antenatal ke petugas kesehatan minimal 4 kali

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan esensial bagi ibu hamil dan keluarganya termasuk rencana

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan menentukan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan kebidanan komperhensif mencangkup empat kegiatan. pemeriksaan berkesinambungan yaitu Asuhan Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. kematian per kelahiran hidup. (Kemenkes RI 2015,h.104). Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB I PENDAHULUAN. proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komperhensif mencakup empat kegiatan pemeriksaan. berkesinambungan diantaranya adalah Asuhan Kebidanan Kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Penilaian status kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan, setiap ibu hamil harus mendapatkan pelayanan antenatal care

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pubertas yang ditandai dengan terjadinya menstruasi. (Hani, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jiwa, Afrika Utara jiwa dan Asia Tenggara jiwa. AKI di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi ibu selama kehamilan, melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi

BAB I PENDAHULUAN. terakhir (Mochtar, 2012;h.35). Persalinan adalah rangkaian proses yang

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kejadian komplikasi dari proses kehamilan, persalinan, hingga nifas yang mengarah terjadinya angka kematian ibu.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah saat yang paling menggembirakan dan ditunggutunggu setiap pasangan suami istri. Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai terjadinya persalinan (Manuaba, 2010: 127). Asuhan antenatal menjadi sangat penting untuk menjamin proses kehamilan, persalinan sampai dengan masa nifas agar proses tersebut bisa berjalan dengan normal dan sehat. Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan janin minimal dilakukan empat kali selama kehamilan, yaitu pada kehamilan trimester I (UK <14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester II (UK 14-28 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester III (UK 28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan. Asuhan antenatal yang fisiologis bisa menjadi patologis, untuk itu perlu asuhan kebidanan yang berkesinambungan dan komprehensif (Heryani, 2010: 32). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pada masa tersebut ibu memerlukan perawatan yang memadai agar kondisi ibu selalu dalam rentang sehat (Hutahaean, 2013: 12). Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan ibu bersalin merupakan masalah terbesar di negara berkembang. Kematian saat 1

2 melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita. Menurut WHO (2014) Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menduduki urutan ketiga tertinggi di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015 AKI berjumlah 305/100.000. AKI di Indonesia merupakan angka tertinggi di ASEAN. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan (28%), infeksi (11%), komplikasi abortus (5%) dan partus macet (5%). Perdarahan terutama yang terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan menyebabkan lebih dari setengah jumlah kematian ibu. AKI di Indonesia masih tetap tinggi walaupun sudah terjadi penurunan dari 359 per 100.000 KH menjadi 305 per 100.000 KH, dan diharapkan AKI dapat terus menerus menurun pada tahun selanjutnya. Angka kematian ibu di Kota Surabaya tahun 2016 yang tercatat sampai awal bulan November yaitu, 28/100.000 kelahiran hidup sedangkan target Nasional adalah 102/100.000 kelahiran hidup, yang artinya angka kematian ibu di Kota Surabaya jauh dibawahi target Nasional (Dinkes Jatim, 2016) Cakupan K1 di Kabupaten Ponorogo tahun 2016 mencapai (87,96%) dan cakupan K4 mencapai (80,18%). Angka kematian ibu (AKI) di Ponorogo adalah 105,98 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) di Ponorogo adalah 16,84 per 100.000 kelahiran hidup. Ibu hamil yang mengalami keguguran di Kabupaten Ponorogo tahun 2016 adalah 297 (35,68%) dan partus lama sebanyak 373 (28,41%). Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Ponorogo 84,78 dan cakupan persalinan oleh

3 non nakes sebanyak 19 persalinan. Cakupan pelayanan nifas (82,72%) dan ditemukan 22 ibu nifas mengalami perdarahan. Neonatus lahir hidup sebanyak L= 4313 (43,7%) dan P= 4179 (42,3%) sedangkan neonatus lahir mati sebanyak L= 45 (15,6%) dan P= 22 (9,8%). Bayi dengan BBLR sejumlah L= 158 (59%) dan P= 187 (67%). Pengguna KB aktif di Kabupaten Ponorogo sejumlah 128.901 (Dinkes Ponorogo, 2016). Berdasarkan data di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Kauman Ponorogo pada Bulan Juli-Desember Tahun 2016 terdapat sebanyak 20 orang ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC dan semuanya melakukan kunjungan K1. Ibu hamil yang melakukan kunjungan K4 sebanyak 14 (70%) orang, dan terdapat 6 (30%) orang yang tidak melakukan kunjungan K4 dikarenakan 1 orang pindah keluar kota, 2 orang pindah bidan karena pindah desa mengikuti suami dan 3 orang pindah tempat periksa yaitu ke dokter karena kehamilannya beresiko tinggi sehingga bidan melakukan rujukan ke dokter. Dari seluruh ibu hamil terdapat 11 orang yang melahirkan secara spontan/normal di BPM tersebut dan 3 orang dilakukan rujukan ke rumah sakit dengan KPD (Ketuban Pecah Dini). Berdasarkan data diatas, ditemukan masalah yaitu pada proses persalinan ada 3 orang ibu yang dirujuk ke rumah sakit akibat KPD (Ketuban Pecah Dini). Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan atau sebelum inpartu pada pembukaan < 4 cm (Fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktu melahirkan. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua

4 faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks (Joseph, 2010: 33). Dampak atau komplikasi yang mungkin timbul pada kasus ketuban pecah dini antara lain : (1) Komplikasi yang paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS = Respiratory Distress Syndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. (2) Resiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini. (3) Semua ibu hamil dengan ketuban pecah dini prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya chorioamnionitis (radang pada korion dan amnion). (4) Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat dapat terjadi pada ketuban pecah dini. (5) Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban pecah dini preterm. (6) Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban pecah dini preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu (Nugroho, 2010: 55). Berdasarkan persoalan diatas salah satu solusi yang dapat diberikan berupa asuhan kebidanan berbasis continuity of care. Continuity of care adalah asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan dari waktu ke waktu yang membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien dengan tenaga kesehatan dalam rangka untuk meningkatkan kesehatan ibu dan penurunan angka kematian ibu. Asuhan kebidanan continuity of care adalah asuhan kebidanan yang diberikan secara berkesinambungan dan komprehensif mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir sampai dengan keluarga berencana (KB). Berdasarkan kondisi di atas maka penulis

5 ingin memberikan asuhan continuity of care selama masa hamil (TM III), bersalin, neonatus, nifas dan pelayanan keluarga berencana menggunakan pendekatan manajemen kebidanan yang didokumentasikan dengan metode SOAP sebagai Laporan Tugas Akhir. 1.2 Pembatasan Masalah Asuhan kebidanan berbasis continuity of care pada ibu hamil (TM III), bersalin, nifas, neonatus, sampai dengan keluarga berencana (KB). 1.3 Tujuan Penyusunan LTA 1.3.1 Tujuan Umum Melakukan penerapan asuhan kebidanan berbasis continuity of care ibu hamil TM III (UK 34-36 minggu), bersalin, nifas, neonatus, keluarga berencana pada Ny A di BPM Kauman Ponorogo dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Melakukan asuhan kebidanan berbasis continuity of care ibu hamil TM III (UK 34-36 minggu) meliputi pengkajian, mendiagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi tindakan dengan metode SOAP. 2. Melakukan asuhan kebidanan berbasis continuity of care pada ibu bersalin meliputi pengkajian, mendiagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi tindakan dengan metode SOAP.

6 3. Melakukan asuhan kebidanan berbasis continuity of care pada bayi baru lahir meliputi pengkajian, mendiagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi tindakan dengan metode SOAP. 4. Melakukan asuhan kebidanan berbasis continuity of care pada ibu nifas meliputi pengkajian, mendiagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi tindakan dengan metode SOAP. 5. Melakukan asuhan kebidanan berbasis continuity of care pada ibu pengguna kontrasepsi pascasalin meliputi pengkajian, mendiagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi tindakan dengan metode SOAP. 1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Sasaran Sasaran asuhan kebidanan ditujukan kepada ibu hamil trimester III (UK 34-36 minggu) dengan memperhatikan continuity of care mulai masa hamil, bersalin, nifas, neonatus dan keluarga berencana. 1.4.2 Tempat Lokasi asuhan kebidanan secara continuity of care mengambil tempat di Bidan Praktik Mandiri (BPM). 1.4.3 Waktu Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan penyusunan proposal, melakukan asuhan kebidanan Continuity of Care sampai dengan

7 membuat LTA adalah dari bulan September 2016 sampai dengan Juli 2017. 1.5 Manfaat 1.5.1 Manfaat Teoritis Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan asuhan kebidanan dalam batas Continuity of Care, terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, neonatus dan pelayanan kontrasepsi. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk laporan studi kasus selanjutnya. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Penulis Sebagai langkah evaluasi dari hasil proses pembelajaran asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB. 2. Bagi Institusi pendidikan Sebagai bahan kajian dan referensi dalam meningkatkan ilmu pendidikan kesehatan dalam bidang kebidanan bagi peserta didik. 3. Bagi Lahan Praktek Sebagai bahan acuan dalam mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan SPM (Standar Pelayanan Minimal).

8 4. Bagi Pasien Pasien mendapat pelayanan asuhan kebidanan yang dibutuhkan secara komprehensif yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan 5. Bagi Keluarga Asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana diharapkan dapat memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan pada keluarga, apabila ada komplikasi atau kelainan yang timbul bisa segera dideteksi.