BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes agypti yang

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. ,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit, menurut

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009

Proses Penularan Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. jumlah tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi populasi larva Aedes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi, Anatomi dan Morfologi Nyamuk

JENIS-JENIS LARVA NYAMUK DI KELURAHAN TANJUNG REJO, KECAMATAN MEDAN SUNGGAL, MEDAN. KARYA TULIS ILMIAH OLEH: WOO XIN ZHE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PERANCANGAN VIDEO INFOGRAFIS MENGENAI PENYEBARAN DAN SIKLUS HIDUP NYAMUK

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. memburuk setelah dua hari pertama (Hendrawanto dkk., 2009). Penyebab demam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nyamuk sebagai vektor

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Pengamatan Tempat Perindukan Aedes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

IDENTIFIKASI JENIS KONTAINER DAN MORFOLOGI NYAMUK Aedes sp DI LINGKUNGAN SD AISYIAH KECAMATAN METRO SELATAN KOTA METRO

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

UJI EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI BUNGA KENANGA (Canangium odoratum Baill) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK Culex quinquefasciatus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSAKA. Mahoni merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

SebaranJentik Nyamuk Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Serangga selain mengganggu manusia dan binatang. melalui gigitannya, juga dapat berperan sebagai vektor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya. Oleh karena itu penyakit akibat vector (vector born diseases) seperti

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN MENGENAI AEDES AEGYPTI

BAB I PENDAHULUAN. volatile. Definisi minyak atsiri adalah senyawa yang pada umumnya berwujud

BAB I LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk Aedes sp. adalah serangga pembawa vektor penyakit Deman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

Transkripsi:

5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan nyamuk Nyamuk tergolong dalam ordo Diptera, famili Culicidae yang mempunyai jumlah spesies yang sebanyak 3546 (Ralph 2008). Famili nyamuk diklasifikasi kepada tiga subfamilies: Toxorhynchitinae, Anophelinae (anophelines) dan Culicinae (Culicines) (Mike 2003). Distribusi nyamuk terdapat pada seluruh dunia, tapi lebih sering dijumpai pada daerah tropikal dibandingkan dengan daerah dingin. Tempat yang tanpa nyamuk hanya ada pada Antartika. Nyamuk bisa ditemui sampai pada ketinggian 5500 meter di atas permukaan laut dan sampai 1250 meter di bawah permukaan laut (Mike 2003). Nyamuk yang sering diperhatikan adalah dari genera Anopheles, Culex, dan Aedes. Nyamuk dari genera tersebut merupakan vektor bagi penyakit malaria, filariasis, deman kuning, dengue, virus encephalitis dan banyak jenis arboviruses (Mike 2003). Beberapa factor yang mempegaruh distribusi larva nyamuk, yaitu pergerakan air, kondisi air seperti air bersih atau air kotor, suhu air, ph air, sumber air, pengaruh binatang dan lainnya. Tempat untuk nyamuk bertelur juga dapat dibagi kepada beberapa katagori, container habitats (axil tanaman, lubang kayu, daun yang jatuh, bamboo natural), artificial container (roda ban, botol, cawan), dan ground water habitats (sungai, danau, rawa) (Rattanarithikul dan Harrison, 2005) Nyamuk betina mempunyai jarak terbang yang berbeda dan sepsifik untuk spesiesnya. Ada spesies yang akan terbang pada jarak yang pendek dari habitat larvanya, (biasanya Aedes sp). Ada yang terbang beberapa kilometer dari habitat larvanya untuk mencari sumber darah seperti Anopheles sp dan Culex sp (Rattanarithikul dan Harrison, 2005). Kebanyakan spesies menunjukkan dua

6 aktivitas mengigit yang tinggi dalam 24 jam (jam 0800 dan jam 1700) (Clements 2013). 2.2 Siklus Hidup Nyamuk Nyamuk mengalami empat tahap perkembangan yang terpisah dan berbeda dari siklus hidupnya : Telur, Larva, Pupa, dan Dewasa. Empat tahap tersebut mempunyai penampilan yang khusus (AMCA 2015). 2.2.1 Telur Nyamuk betina akan bertelur setelah menghisap darah dan melakukan persetubuhan dengan nyamuk jantan. Kebanyakan nyamuk akan meletakkan telurnya di dalam air pada malam hari, kecuali pada beberapa spesies Aedes yang akan bertelur pada tempat yang kering dimana air akan terkumpul kemudian. Terdapat beberapa patrun telur akan diletakkan tergantung pada jenis spesies nyamuknya. Telur Culex adalah seperti rakit, dimana spesies Aedes dan Anopheles akan bertelur satu-bersatu pada permukaan air. Telur nyamuk akan menetas di dalam air sahaja, dan masa untuk perkembangan telur tergantung pada dua faktor, yaitu suhu dan jenis spesies. Kebanyakan telur akan berkembang dalam 3 hari jika berada pada suhu perkembangan yang optimum(mike, 2003). Tergantung kepada spesiesnya, 30 hingga 300 telur dapat dihasilkan sekali nyamuk betina bertelur (WHO, 1997). 2.2.2 Larva Larva nyamuk akan berkembang dengan melewati 4 tahapan (insta) yang berbeda setelah menetas. Pada instar pertama larva berukuran panjang sekitar 1,5 mm, sedangkan instar yang keempat berukuran sekitar 10 mm. Larva memiliki kepala dan tunuh yang dilapisi dengan ranbut tetapi tidak memiliki kaki. Pergerakaan ada seperti menyapu oleh tubuhnya. Sifon dapat ditemui pada ujung abdomen sebagai organ pernafasan kepada larva nyamuk. Ketika larva berada pada situasi yang bahaya atau sedang mencari makanan, mereka akan menyelam untuk masa yang singkat. Larva Mansonia dapat memasukkan sifon ke dalam

7 tumbuhan dan mendaoatkan oksigen tanpa keluar ke permukaan air. Larva Anopheles bernafas dan makan secara horizontal dengan permukaan air (WHO 1997). Makanan larva di dalam air merupakan jamur, bakteri, dan organisme akuatik kecil (20-100 µm). Anopheline larva dan culicine larva mendapatkan makanan di bawah permukaan air dengan menyapu partikel dengan sikat mulut mereka (Agoes, 2009) 2.2.3 Pupa Larva biasanya akan berlangsung sebanyak 4-7 hari jika pada iklim yang hangat dan sampai ke 6 bulan jika pada kondisi yang tidak ideal. Ketika kekurangan makanan, larva memerlukan masa yang lebih panjang untuk menjadi pupa. Larva instar 4 akan menjadi megalosephalik kurfa pupa yang seperti huruf koma. Pupa akan dihancurkan oleh kekeringan dan pembekuan. Tahap pupa yang tidak memerlukan makanan dapat berlangsung sebanyak 2-5 hari dan dapat diperpanjangkan ke 10 hari dengan suhu yang rendah. Tidak akan ada perkembangan pada pupa jika suhu berada di bawah 10 o C (Agoes, 2009). 2.2.4 Dewasa Dalam proses pupa menetas, kulit pupal akan mengalami rupture yang disebabkan daripada vesikel udara supaya nyamuk dewasa dapat melepaskan diri (David, 1958). Nyamuk yang baru keluar akan mengeringkan tubuhnya dengan berhenti di atas permukaan air supaya sayapnya dapat dikembangkan (Sembel, 2009).

8 Gambar 2.1 Karakteristik untuk membedakan nyamuk (WHO, 1997) 2.3 Nyamuk dan Penyakit Beberapa jenis penyakit seperti malaria, demam berdarah, filarasis dan demam kuning dapat ditular oleh nyamuk kepada manusia. Penyakit-penyakit tersubut dapat disebar dengan cepat dengan mempunyai lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan nyamuk. Berikut adalah beberapa jenis penyakit yang sering ditularkan oleh nyamuk kepada manusia. 2.3.1 Malaria Parasit malaria dapat disebarkan hanya dengan nyamuk. Malaria sering ditular oleh nyamuk spesies Anopheles. Laju perkembangan plasmodium adalah sepadan dengan suhu dan kelembaban udara. Di bawah 15 o C sporozoit tidak akan

9 dihasilkan. Manusia akan terinfeksi dengan malaria jika sporozoit diinjeksi daripada gigitan nyamuk (CDC, 2012(a)). Infeksi malaria biasa ditandai dengan 3 tahap. Tahap yang merasakan kedinginan, tahap yang merasakan kepanasan dan tahap yang mengeluarkan keringant. Infeksi makaria yang parah akan menyebabkan kegagalan organ dan kelainan dalam darah dan metabolisme penderita (CDC, 2010). 2.3.2 Deman Darah Dengue Demam darah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini biasanya ditular oleh nyamuk Aedes aegypti, tetapi juga bias ditular oleh A. albopoctus, A. pseudoscutelaris, A. scutellaris, A. hebrideus, A. taeniorhyncus, dan Armigeres obturbans. Virus dengue memerlukan masa sebanyak 8-10 hari sebelum nyamuk tersebut menjadi infektif (CDC, 2014). Beberapa gejala dapat dijumpai pada penderita demam darah dengue. Penderita akan mengalami sakit pada kepala, mata(belakang mata), nyeri sendi, nyeri pada otot, ruam pada badan, perdarahan ringan (hidung, gusi), dan juga rendah jumlah sel darah putih (CDC, 2012(b)). 2.3.3 Filariasis Filariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Wuchereria bancrofti dan Wuchereria malayi. Dijumpai 25 spesies dari Anopheles, 9 dari Aedes, 8 dari Culex, dan 6 dari Mansonia yang menunjukkan perkembangan W. bancrofti yang sempurna (Agoes, 2009). Filariasis ini dapat menyebabkan lymphedema dan kaki gajah. Pembengkakann pada daerah kaki sering dijumpai kerana kegagalan fungsi sistem limpatik (CDC 2013).

10 2.3.4 Demam Kuning Demam Kuning merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus demam kuning. Virus tersebut mempunyai ukuran 17 hinga 25 μm pada diameternya. Penyakit ini mempunyai periode incubasi yang asimptomatik selama 3 hingga 6 hari. Setelah itu penderita akan mengalami malaise parah, nyeri kepala yang parah, nyeri otot, dan peningkatan suhu badan sehingga 39-40 o C. Albumine dalam urin dapat dijumpai pada hari yang kedua dan perdarahan gusi juga mungkin ditemui. Pada hari yang ke-2 hingga ke-4, suhu tubuh akan turun dan gejalah-gejalah tersebut akan berkurang tetapi demam tersebut akan kembali kemudian dan disertai dengan gejala jaundice, hemorrhage dan albumin dalam urin. Pulsasi juga akan turun hingga 40 per menit dan ekstensif hematemesis akan berlaku (Agoes, 2009). 2.3.5 Chikungunya Chikungunya yang disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV) dapat ditransmisikan melalui gigitan nyamuk. CHIKV merupakan anggota dari family Togaviridae, genus Alphavirus.Vektor untuk penyakit ini adalah nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus (CDC 2015). 2.4 Identifikasi Larva Nyamuk 2.4.1 Survei Larva Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2012), survei larva dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Memeriksa tempat penampungan air dan kontainer yang dapat menjadi habitat perkembangbiakan nyamuk di dalam dan di luar rumah untuk mengetahui ada tidaknya larva. 2. jika pada penglihatan pertama tidak menemukan larva, tunggu kira-kira ½ - 1 menit untuk memastikan bahwa benar-benar tidak ada larva. 3. Gunakan senter untuk memeriksa larva di tempat gelap atau air keruh. Metode survei jentik: 1. Metode Single larva Cara ini dilakukan dengan mengambil satu larva di setiap tempat genangan air yang ditemukan larva untuk diidentifikasi lebih lanjut.

11 2. Metode Visual Dilakukan dengan melihat ada tidaknya larva di setiap genangan air tanpa melakukan pengambilan larva. Survei ini bertujuan untuk mengukur kepadatan larva. Kemudian, survei larva dilakukan dengan mengukur indeks maupun skala berikut : 1. Angka Bebas Larva (ABL) 2. House Index (HI) 3. Container Index (CI) 4. Breteau Index (BI) 2.4.2 Morfologi Umum Larva Nyamuk Larva nyamuk mempunyai empat tahap dalam perkembangannya. Waktu perkembangan larva tergantung pada ketersediaan makanan, suhu dan tempat larva itu tersebut. Waktu yang diperlukan oleh telur menetas hingga menjadi nyamuk dewasa adalah kira-kira 7 hari sedangkan pada suhu yang rendah waktu yang dibutuhkan akan diperpanjangkan sehingga beberapa minggu. Larva nyamuk akan mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis) dan larva yang terbentuk berturut-turut disubutkan instar I, II, III dan IV (Depkes RI, 2003) a) Larva instar I Tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri pada dada(thorax) belum begitu jelas dan corong pernapasan (siphon) belum menghitam. b) Larva instar II Tubuhnya bertambah besar, ukuran 2,5-3.9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernapasan sudah berwarna hitam. Larva instar II mendapatkan oksigen dari udara, dengan meletakkan corong udara (siphon) pada permukaan air seolah-olah badan larva berada pada posisi membentuk sudut dengan suhu permukaan air sekitar 30 o C, larva instar II dalam bergerak tidak terlalu aktif. Khusus untuk larva Anopheles sp tidak mempunyai siphon.

12 c) Larva instar III Tubuhnya lebih besar sedikit dari larva instar II dan lebih aktif. d) Larva instar IV Struktur anatominya telah lengkap dan tubuhnya dapat dibagi jelas kepada bagian kepala (chepal), dada (thorax) dan perut (abdomen). Larva ini berukuran paling besar 5 mm. Larva ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negative dan waktu. Temperatur optimal untuk perkembangan larva ini adalah 25 o C 30 o C (Stanley, 2014) Gambar 2.2 Siklus hidup nyamuk (West Umatilla Mosquito Control District 2015)

13 2.4.3 Morfologi Larva Nyamuk Berdasarkan Spesies Larva Anatomi 1 2 3 4 5 6 7 8 Gambar 2.3 Larva Nyamuk (Cutwa and O meara 2015) Gambar 2.4 Kepala Larva Nyamuk (Cutwa and O meara 2015)

14 Gambar 2.5 Abdomen (Cutwa and O meara 2015) Gambar 2.6 Segmen terminal (Cutwa and O meara 2015) ` Gambar 2.7 Siphon (Cutwa and O meara, 2015)

15 Gambar 2.8 Siphon (Cutwa and O meara 2015) Gambar 2.8 Siphon (Cutwa and O meara 2015) Gambar 2.10 Segmen anal (Cutwa and O meara 2015)

16 A. Aedes sp (Cutwa and O meara 2015) Segmen anal yang tidak semua dikelilingi oleh saddle Siphon dengan adanya pecten atu hair tuft di depan pectin Gambar 2.11 Larva Aedes (Cutwa and O meara 2015)

17 B. Anopheles sp (Cutwa and O meara 2015) Dijumpai plamate hairs pada sisi abdomen Tanpa siphon Gambar 2.12 Larva Anopheles (Cutwa and O meara 2015)

18 C. Culex sp (Cutwa and O meara 2015) Lebih dari 1 comb scale Lebih dari satu hair tuft di depan pectin Siphon dengan adanya pecten Gambar 2.13 Larva Culex (Cutwa and O meara 2015)

19 2.5 Pengaruh ph Air Terhadap Perkembangbiakan Larva Nyamuk ph air dapat menganggu perkembangbiakan nyamuk dengan menghambat pertimbuhan telur serta larva menjadi dewasa. Penurunan ph air dapat menyebabkan pembentukan enzim sitokrom oksidase di dalam tubuh larva. Sitokrom oksidase ini bertanggungjawab dalam proses metabolisme. Pada keadaan asam, kadar oksigen yang terlarut di dalam air akan lebih tinggi berbanding dengan keadaan basa. Pembentukan enzim tersebut akan dipengaruh oleh kadar oksigen yang terlarut di air tersebut. Sementara itu, dalam keadaan asam pertumbuhan mikroba akan menjadi makin cepat sehingga oksigen yang terlarut di dalam air berkurang. Keadaan ini diduga dapat menyebabkan pembendukan enzume sitokrom oksidase sehingga pertumbuhan dan perkembangan larva nyamuk terpengaruh (Artha, 2011). Larva nyamuk yang berbeda spesies mempunyai torelansi dan regulatory ph yang berbeda. Ditemui adanya larva nyamuk di dalam air yang mempunyai ph antara 6.27 9.78 (Salit et al, 1996). Gambar 2.14 ph dan salinitas air terhadap keberadaan larva nyamuk (Salit et al, 1996)

20 Gambar 2.15 Sifat kimiawi air di tempat-tempat keberadaan larva nyamuk (Salit et al, 1996)

21 2.6 Pencegahan Larva Nyamuk Kontrol nyamuk memerlukan pengetahuan pada kebiasaan spesies yang tertentu, iklim di tempat tersebut, dan rasial serta status sosial ekonomi populasi di tempat itu. Nyamuk dapat dicegah dengam cara : (1) eliminasi atau pengurangan tempat perkembangbiakan. (2) Memusnahkan larva. (3) Menghancurkan nyamuk dewasa. (4) Melakukan proteksi pada manusia atau binatang daripada serangan nyamuk (Agoes, 2009). 2.6.1 Eliminasi atau Pengurangan Tempat Perkembangbiakan Dapat dilakukan sebagi berikut 1. Menghapuskan genangan air yang disebabkan oleh : a. Pembangunan b. Drainasi c. Rumput liar d. Sampah (kaleng, ban mobil) e. Lubang pohon f. Artificial water containers (Antonelli et al. 2007) 2.6.2 Memusnahkan Larva Dapat dilakukan sebagi berikut 1. Secara biologi Menggunakan ikan yang makan larva seperti Gambusia affinis holbrooki 2. Mengunakan larvasida kimiawi Menggunakan BTI (Bacillus thuringiensis israelensis) Bakteri yang menghasilkan toksin untuk membunuh nyamuk Methoprene registerasi oleh EPA pada 1975 sebagai hormone regulator untuk menghambat pertumbuhan larva nyamuk.

22 Minyak Untuk merusakkan habitat larva dan pupa (CMMCP 2000) 2.6.3 Menghancurkan Nyamuk Dewasa Dapat dilakukan sebagi berikut 1. Mosquito Traps a) Menggunakan listrik untuk membunuh nyamuk dan menarik perhatian nyamuk dengan cahaya b) Menggunakan karbon dioksida, kelembapan dan bahan-bahan seperti octenol untuk menarik perhatian nyamuk dan menggunakan alat vakum untuk menyesap nyamuk masuk ke dalam jaring atau silinder (AMCA 2015). 2. Kontrol luar rumah a) Fogging Bahan yang dianjurkan adalah dengan malathion, biasa dilakukan jika populasi nyamuk mengancam kesehatan publik. Dilakukan pada awal pagi atau awal sore (Brattsten and Hamilton, 2012) 2.6.4 Melakukan Proteksi Pada manusia Daripada Serangan Nyamuk Dapat dilakukan sebagi berikut 1. Menghambat nyamuk masuk ke rumah 2. Menggunakan pengusir nyamuk (repellent)- DEET 35% (N, N-dethyl-3- methylbenzamide), Permethrin (Breish and Thorne 2003)