PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 40 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 39 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 35 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 45 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PENDAPATAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 36 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 38 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 46 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN PENGOLAHAN DATA ELEKTRONIK PROVINSI RIAU

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 42 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERKEBUNAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 23 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI RIAU GUBERNUR RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 37 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH PROVINSI RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 32 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS SOSIAL PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 31 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 429 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 12 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS INSPEKTORAT PROVINSI RIAU DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH,

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 26 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PROVINSI RIAU GUBERNUR RIAU

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 17 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 29 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 13 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI RIAU

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR SUMATERA BARAT

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 14 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI RIAU

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 21 TAHUN

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TIMUR. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 1

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-P TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERTANIAN WALIKOTA SURAKARTA,

PEMERINTAH PROPINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROPINSI RIAU NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA DINAS PETERNAKAN

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 127 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 60 TAHUN 2016

.000 WALIKOTA BANJARBARU

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 86 TAHUN 2008 TENTANG

(1), Kepala Dinas mempunyai fungsi sebagai berikut: a. penyusunan rencana strategis dinas, berdasarkan rencana strategis pemerintah daerah; b. perumus

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2008

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 27 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENGHUBUNG PROVINSI RIAU DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 106 TAHUN 2008

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 18 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANAMAN MODAL DAN PROMOSI DAERAH PROVINSI RIAU

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 8 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 8

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 59 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 89 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 90 TAHUN 2008

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 87 TAHUN 2008

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 22 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PROVINSI RIAU

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 100 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 21 TAHUN 1999 SERI D NO. 11

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Transkripsi:

1 PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 40 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU Menimbang Mengingat : : a. Bahwa sebagai tindak lanjut pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Pemerintah Provinsi Riau dipandang perlu untuk membuat tugas pokok, fungsi dan rincian tugas disesuaikan kembali; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a diatas, dipandang perlu menetapkan Peratuan Gubernur tentang uraian tugas Dinas rincian tugas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau. 1. Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

2 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. 8. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Provinsi Riau (Lembaran Daerah Nomor 2 Tahun 2008) 9. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Riau (Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun 2008). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR RIAU TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI RIAU BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Riau; 2. Gubernur adalah Gubernur Riau; 3. Dinas rincian tugas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah Dinas rincian tugas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau. BAB II SUSUNAN ORGANISASI Pasal 2 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan terdiri dari : a. Kepala Dinas b. Sekretaris c. Bidang Penyebaran Ternak d. Bidang Budidaya Ternak e. Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner f. Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan.

3 BAB III TUGAS POKOK DAN FUNGSI Bagian Kesatu KEPALA DINAS Pasal 3 (1) Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan mempunyai tugas menyelenggarakan otonomi daerah, desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidang peternakan dan Kesehatan Hewan. (2) Kepala Dinas berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur. Pasal 4 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 3, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura menyelenggarakan fungsi a. merumuskan kebijakan Pemerintah Daerah di bidang peternakan dan kesehatan hewan; b. mengkordinasikan, memadukan, menyelaraskan dan menyerasikan, kebijakan dan kegiatan pengembangan peternakan dan kesehatan hewan; c. menyusun rencana kerja dan program pembangunan bidang peternakan dan kesehatan hewan; d. melaksanakan rencana kerja dan program pembangunan yang menyangkut bidang tugasnya sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan; e. penyelenggaraan pendidikan latihan teknis fungsional sumber day amanusia peternakan dan kesehatan hewan; f. Penyediaan dukungan pengedalian dan eradikasi penyakit tenka menular; g. melakukan pemantaua dan evaluasi terhadap pelaksanaan pekerjaan; h. membuat laporan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan; i. pengaturan penggunaan bibit unggul peternakan; j. penetapan kawasan peternakan terpadu berdasarkan kesepakatan dengan Kab/Kota; k. pengaturan dan pelaksanaan penyebaran dan pengembangan ternak; l. penyediaan dukungan pengembangan perekayasaan teknologi peternakan ; m. penetapan standar pelayanan minimal dalam bidang peternakan dan kesehatan hewan yang wajib dilaksanakan oleh Kab/Kota; n. pemantauan, peramalan dan pengendalian serta penangulangan eksploitasi organismen pengganggu ternak dan penyakit ternak; o. pengaturan dan pelaksanaan penangggulangan wabah dan penyekit hewan menular; p. pengendalian terhadap pelaksanaan pemberantasan penyakit ternak; q. penyediaan dukungan kerja sama antar Kab/Kota dalam bidang peternakan dan kesehatan hewan; r. penetapan standar teknis minimal rumah potong hewan, rumah sakit hewan dan satuan pelayanan peternakan terpadu;

4 s. pelaksanaan penyidikan penyakit hewan menular; t. memberikan pelayanan umum dan pelayanan teknis dibidang peternakan dan kesehatan hewan; u. promosi potensi dan komuditas peternakan; v. penetapan standar pembibitan/perbenihan peternakan; w. pembinaan dan pelaksanaan tugs bidang peternakan dan pelaksanaan lain yang diberikan Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bagian Kedua Sekretaris Pasal 5 (1) Sekretaris mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan administrasi umum, kepegawaian, perlengkapan, keuangan, bina program, hubungan masyarakat, hukum, organisasi, tatalaksana dan keamanan; (2) Sekretaris berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pasal 6 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 5, Sekretaris mempunyai fungsi: a. melaksanakan pengelolaan administrasi umum dan kepegawaian; b. melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan dan perlengkapan; c. melaksanakan pengelolaan urusan rumah tangga dan humas dan protokol ; d. melaksanakan koordinasi penyusunan program, anggaran dan perundang-undangan; e. melaksanakan pengelolaan kearsipan dan perpustakaan Dinas ; f. melaksanakan monitoring dan evaluasi organisasi dan tatalaksana ; g. melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan hukum, kelembagaa dan ketataksanaan di lingkup Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan mengkoordinasikannya dengan Biro Hukum, Organisasi dan Tatalaksana; h. melaksanakan tugas - tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Pasal 7 (1) Sekretaris, terdiri atas: a. Sub Bagian Bina Program; b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; c. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan. (2) Masing-masing Sub Bagian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

5 Pasal 8 (1) Kepala Sub Bagian Bina Program mempunyai tugas: a. menghimpun data dan menyiapkan bahan koordinasi penyusunan program anggaran; b. melaksanakan pengelolaan dan publikasi data; c. melaksanakan identifikasi dan inventarisasi masalah dibidang pelaksanaan program/kegiatan; d. mepersiapkan bahan dalam rangka pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan di bidang peternakan dan kesehatan hewan; e. melaksanakan koordinasi hubungan kerja dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugasnya dengan unit organisasi lain yang terkait; f. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Sekretaris; g. melaksanakan penyusunan laporan-laporan. (2) Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas: a. melaksanakan penerimaan, pendistribusian dan pengiriman suratsurat, penggandaan naskah-naskah dinas, kearsipan dan perpustakaan Dinas; b. menyelenggarakan urusan rumah tangga dan keprotokolan ; c. menyiapkan bahan pendataan kelembagaan, ketatalaksanaan dna perundang-undangan; d. melaksanakan tugas di bidang hubungan masyarakat ; e. mempersiapkan seluruh rencana kebutuhan kepegawaian mulai penempatan formasi, pengusulan dalam jabatan, usulan pensiun, peninjauan masa kerja, pemberian penghargaan, kenaikan pangkat, DP-3, DUK, Sumpah / Janji Pegawai, Gaji Berkala, kesejahteraan, mutasi dan pemberhentian pegawai, diklat, ujian dinas, izin belajar, pembinaan kepegawaian dan disiplin pegawai f. menyusun standar kompetensi pegawai, tenaga teknis, tenaga fungsional, analisis jabatan, analisis beban kerja, budaya kerja, hukum, organisasi, ketatalaksanaan, keamanan dan tugas umum dan tata usaha kepegawaian lainnya; g. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris. (3) Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan: a. melaksanakan pengelolaan keuangan termasuk pembayaran gaji pegawai ; b. melaksanakan pengadministrasian dan pembukuan keuangan ; c. menyusun laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan pengelolaan keuangan; d. melakukan penyusun kebutuhan perlengkapan, pengadaan dan perawatan peralatan kantor, pengamanan, usulan penghapusan asset dan menyusun laporan pertanggungjawaban atas barangbarang inventaris ; e. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris.

6 Bagian Ketiga Bidang Penyebaran Ternak Pasal 9 (1) Kepala Bidang Penyebaran Ternak melaksanakan tugas menyelenggarakan urusan, pekerjaan dan kegiatan da pembinaan yang berhubungan dengan penyebaran dan pengembangan ternak. (2) Kepala Bidang Penyebaran Ternak berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pasal 10 Untuk melaksanakan tugas dimaksud pada pasal 9, Kepala Bidang Kesehatan Hewan mempunyai tugas melaksanakan program dan kegiatan : a. penyusunan program dan perencanaan teknis dibidang kesehatan hewan; b. pemberian petunjuk penumbuhan, pembinaan dan pengembangan kesehatan hewan; c. pengawasan dan pengaturan kesehatan hewan; d. penyediaan dukungan pengembangan kesehatan hewan lintas Kabupaten / Kota; e. monitoring, evaluasi dan pelaporan; f. melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas. Pasal 11 (1) Bidang Penyebaran Ternak terdiri : a. Seksi Identifikasi; b. Seksi Penyiapan; c. Seksi Penataan. (2) Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang. Pasal 12 (1) Kepala Seksi Identifikasi melaksanakan tugas : a. membuat rencana pemetaan lokasi-lokasi penyebaran dan calon lokasi penyebaran; b. melakukan identifikasi lokasi baik teknis maupun non teknis; c. melakukan seleksi lokasi sesuai prosedur tetap (protap) yang telah ditentukan; d. pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan identifikasi; e. membuat laporan pelaksanaan kegiatan; f. melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. (2) Kepala Seksi Penyiapan melaksanakan tugas : a. melaksanakan penyiapan lokasi penyebaran berupa; b. melakukan kegiatan penyiapan pengganduh/penerima ternak sesuai dengan ketentua yang berlaku; c. menyelenggaraan pelatihan kepada calon penerima ternak;

7 d. melakukan persiapan pengadaan ternak; e. melakukan penyiapan sarana penyebaran ternak baik di kandang karantina maupun penampungan sementara di lokasi; f. membuat laboran tahunan pelaksanaan kegiatan sesuai; g. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan penyiapan; h. melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. (3) Kepala Seksi Penataan mempunyai fungsi melaksanakan tugas : a. melakukan persiapan persyaratan administrasi dan teknis; b. melakukan pengawasan pada saat pelaksanaan penyebaran ternak; c. membuat inventarisasi ternak setoran dan kegiatan perguliran ternak; d. melakukan inventarisasi ternak setoran dan kegiatan perguliran ternak; e. melaksanakan pendataan bagian penggaduh yang telah melunasi kewajibannya; f. melakukan proses penghapusan ternak sesuai aturan yang berlaku; g. melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan penataan; h. membuat laporan pelaksnaan kegiatan; i melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. Bagian Keempat Bidang Budidaya Ternak Pasal 13 (1) Kepala Bidang Budidaya Ternak mempunyai tugas menyelenggarakan urusan, pekerjaan, kegiatan dan pembinaan yang berhubungan dengan budidaya ternak, sarana dan prasarana produksi ternak. (2) Kepala Bidang Budidaya berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pasal 14 Untuk melaksanakan tugas dimaksud pada pasal 13, Kepala Bidang Budidaya Ternak mempunyai fungsi : a. Penyusunan perencanaan terknis di bidang budidaya ternak; b. melaksanakan kebijakan teknis operasional di bidang budidaya ternak; c. menetapkan standard bibit ternak dan mutu pakan; d. melaksanakan pola pengembangbiakan ternak; e. pelaksanaan pengembangan budidaya ternak; f. pembinaan dan bimbingan teknis; g. pengembangan teknologi tepat guna; h. monitoring, evaluasi dan pelaporan; i. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

8 Pasal 15 (1) Bidang Budidaya Ternak terdiri : a. Seksi Budidaya Ternak Rumansia; b. Seksi Budidaya Ternak Non Rumansia; c. Seksi Sarana dan Prasarana Produksi Peternakan. (2) Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang. Pasal 16 (1) Kepala Seksi Budidaya Ternak Rumansia melaksanakan tugas : a. menyelenggarakan kegiatan Inseminasi Buatan dan Intensifikasi Kawin Alam pada ternak Ruminansia; b. pembinaan Inseminator, Pemeriksa Kebuntingan (PKB), Asisten Teknis Reproduksi (ATR) dan Rekorder; c. menyiapkan rancangan stándar bibit ternak dan pakan ternak; d. melaksanakan evaluasi dan monitoring perkembangan sarana dan prasarana produksi; e. menyusun laboran kegiatan saranan dan prasarana produksi peternakan; f. melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. (2) Kepala Seksi Budidaya Ternak Non Rumansia melaksanakan tugas: a. mempersiapkan pedoman teknis budidaya ternak non ruminansia dan aneka ternak; b. pembinaan da pengawasan mutu bibit ternak non ruminansia dan aneka ternak; c. pembinaan dan pengawasan mutu pakan ternak non ruminasia dan aneka; d. melaksanakan bimbingan teknis; e. melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiaan budidaya ternak non ruminansia dan aneka ternak; f. menyusun laboran kegiatan budidaya ternak non ruminansia dan aneka ternak; g. melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. (3) Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Produksi Peternakan melaksanakan tugas : a. merencanakan kebutuhan sarana prasarana produksi budidaya ternak; b. menyiapakan rancangan standarisasi peralatan dan mesin peternakan; c. pembinaan dan pengawasan pemanfatan peralatan dan mesin peternakan; d. penyediaan dan pengelolaan sarana dan prasarana produksi budidaya peternakan; e. pembinaan dan pengawasan mutu bibit dan pakan ternak; f. pengaturan dan pngawasan penggunaan bibit/benih unggul; g. menyiapkan rancangan estándar bibit ternak dan pakan ternak; h. melaksanakan evaluasi dan monitoring perkembangan saranan dan prasarana produksi; i. menyusun laporan kegiatan saranan dan prasarana produksi peteranakan; j. melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.

9 Bagian Kelima Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Pasal 17 (1) Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pekerjaan, kegiatan dan pembinaan yang berhubungan dengan Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner serta sarana dan prasarana. (2) Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Msayarakat Veteriner berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pasal 18 Untuk melaksanakan tugas dimaksud pada pasal 17, Kepala Bidang Pengembangan Ternak mempunyai fungsi: a. penyusunan rancangan kebijakan dna rencana teknis di bidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat Veteriner; b. pembinaan dan peningkatan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat Veteriner; c. pengawasan dan pengaturan standard teknis sarana dan prasarana kesehatan hewan dan masyarakat veteriner; d. penyediaan dukungan pengembangan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner; e. pengawasan, pembinaan serta penerapan Kesejahteraan Hewan; f. monitoring, evaluasi dan pelaporan; g. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Pasal 19 (1) Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner terdiri dari: a. Seksi Kesehatan Hewan; b. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner; c. Seksi Sarana dan Prasarana Kesehatan Masyarakat Veteriner. (2) Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang. Pasal 20 (1)Kepala Seksi Kesehatan Hewan mempunyai tugas : a. menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan pengamatan, pencegahan, penanggulangan, pengendalain dan pemberantasan penyakit hewan serta pengawasan obat hewan; b. menyebarluaskan hasil pengamatan, pencegahan, penanggulangan, pengendalian dan pemberantasan epidemik penyakit dan vektor penyakit hewan; c. melaksanakan penyiapan standar minimal pengamatan, pencegahan, penanggulangan, pengedalian dan pemberantasan penyakit hewan serta pengawasan obat hewan;

10 d. pelayanan umum dan teknis di bidang pengamatan, pencegahan, penananggulangan, pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan serta pengawasan obta hewan; e. melaksanakan pengawasan lalu lintas ternak dan hewan; f. melakukan pemetaan dan peramalan penyakit hewan menular; g. melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan; h. melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. (3) Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner melaksanakan tugas : a. menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan hygiene dan anitasi lingkungan usaha peteranakan, pengawasan peredaran produk pangan dan non pangan asal hewan, zoonosis, food borne disease dan kesejahteraan hewan; b. menyelenggarakan urusan pekerjaan dan kegiatan membimbing pengawasaan hygiene dan sanitasi lingkungan usaha peternakan, pengawasan peredaran produk pangan dan non pangan asal hewan, zoonoss, food borne disease dan kesejahteraan hewan; c. menyiapkan rancangan standar hygiene dan sanitasi lingkungan usaha peternakan, pengawasan peredaran produk pangan dan non pangan asal hewan, zoonosis, food borne disease dan kesejahteraan hewan. d. menyiapkan rancangan standar teknis Rumah Potong Hewan (RPH) dan Rumah Potong Unggas (RPU), Rumah Sakit Hewan dan produk pangan dan non pangan asal hewan dan akreditasi RPH/RPU. e. pengawasan dan peredaran produk pangan dan non pangan asal hewan, pengawasan pemotongan ternak, pengedalian penyakit zoonosis dan food borne disease serta pembinaan dan pengawasan terhadap kesejahteraan hewan. f. melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan; g. melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. (4) Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Kesehatan Masyarakat Veteriner melaksanakan tugas : a. menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan penyediaan, standarisasi, peredaran, pemanfaatan obat hewan/vaksin, bahan diagnostika dan peralatan kesehatan hewan; b. menyiapkan rancangan standarisasi peralatan RPH/RPU, RSH dan produk pangan dan non pangan asal hewan, alat-alat laboratorium veteriner dan sarana kesejahteraan hewan; c. penyediaan sarana dan prasarana mendukung terselenggaranya kegiatan pelayanan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner; d. melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan; e. melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. Bagian Keenam Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Pasal 21 (1) Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan melaksanakan tugas menyelenggarakan pekerjaan dan kegiatan pembinaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan serta fasilitasi pengembangan usaha.

11 (2) Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pasal 22 Untuk melaksanakan tugas dimaksud pada pasal 21 diatas, Kepala Bidang dan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan (PPHP) mempunyai fungsi : a. penyusunan rencana teknis Pengolahan dan Pemasaraan Hasil Peternakan (P2HP); b. pembinaan pasca panen dan pengolahan dan pemasaran hasil peternakan; c. pembinaan pengembangan usaha; d. pembinaan dan pengembangan promosi dan pemasaran; e. monitoring, evaluasi dan pelaporan; f. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas. Pasal 23 (1) Bidang dan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan (PPHP) terdiri dari : a. Seksi Pengolahan Hasil Peternakan; b. Seksi Promosi dan Pemasaran; c. Seksi Pengembangan Usaha. (2) Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang. Pasal 24 (1) Kepala Seksi Pengolahan Hasil Peternakan mempunyai tugas : a. menyusun rencana teknis dan bimbingan teknologi pasca panen produk hasil peteranakan; b. melaksanakan pembinaan saranan pasca panen dan pengolahan hasil peteranakan; c. melaksanakan bimbingan teknolgi pengolahan hasil peternakan dan ikutannya; d. melaksanakan pembinaan saranan pengolahan hasil peternakan; e. melaksanakan fasilitasi pengujian mutu hasil peternakan; f. monitoring, evaluasi dan pelaporan; g. melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. (2) Kepala Seksi Promosi dan Pemasaran melaksanakan tugas : a. menyusun rencana teknis analisis dan penyebarluasan informasi pasar; b. melaksanakan promosi dan pengembangan pemasaran ternak dan hasil ternak; c. melaksanakan pemantauan dan pengawasan harga pasr ternak dan hasil ternak; d. melaksanakan pembinaan sarana dan prasarna dan kelembagaan pasar ternak; e. melaksanakan dan memfasilitasi kerjasama pemasarana ternak dan hasil ternak; f. melaksanakan publikasi usa peternakan; g. monitoring, evaluasi dan pelaporan; h. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.

12 (3) Kepala Seksi Pengembangan Usaha mempunyai tugas : a. menyusun rencana teknis dan pembinaan investasi usaha pengolaan hasil peternakan dan pemasaran; b. melaksanakan fasilitasi dan pembinaan permodalan dan kredit usaha peternakan; c. melaksanakan fasilitasi dan pembinaan kemitraan usaha peternakan dan pengolahan hasil peternakan; d. melaksanakan inventarisasi usaha peternakan dan pengolahan hasil peternakan; e. melaksanakan rekomendasi perizinan usaha peternakan; f. monitoring, evaluasi dan pelaporan; g. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Bidang. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 (1) Dengan berlakunya Peraturan Gubernur ini, maka : Keputusan Gubernur Riau Nomor 19 Tahun 2002 tentang Uraian Tugas Sub Bagian dan Seksi pada Dinas Peternakan Provinsi Riau; dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. (2) Rincian Tugas, Fungsi dan Tatakerja yang belum diatur dalam Peraturan Gubernur ini, akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Gubernur tersendiri. Pasal 26 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Riau. Ditetapkan di Pekanbaru pada tanggal GUBERNUR RIAU Diundangkan di Pekanbaru pada tanggal Plt. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI RIAU H. M. RUSLI ZAINAL H. WAN SYAMSIR YUS Pembina Utama Madya NIP. 420002925 BERITA DAERAH PROVINSI RIAU TAHUN 2009 NOMOR :