BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan, karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003),menyatakan: Manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati titik sentral pendidikan. Peranan guru yang sangat penting adalah

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam upaya pembentukan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. Kondisi siswa SMA PGRI 2 Marga Tiga, kelas XI IPS, sebelum diadakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan langsung terhadap berbagai bidang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara yang ditempuh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

I. PENDAHULUAN. dilakukan suatu upaya perbaikan sistem pembelajaran inovatif yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan warga negara Indonesia menjadi manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB I PENDAHULUAN. guru dalam suatu proses belajar mengajar. Keluhan-keluhan tentang sulitnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar yang terjadi, guru selalu memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh sehingga anak lebih dewasa. Berbagai upaya telah dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan siswa dalam belajar. Guru harus mampu berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam dunia pendidikan, khususnya di negara kita agar dapat

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Matematika bertujuan untuk membekali siswa agar memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau maju. Suatu Negara dikatakan maju apabila memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dalam pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup mandiri dan mampu menjadi masyarakat yang mampu bersosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sadar dapat mengembangkan aspek potensial dalam dirinya terhadap. sehingga Allah meninggikan kedudukannya beberapa derajat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan pola dan urutan kegiatan guru dan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kegiatan proses pembelajaran. Kegiatan proses pembelajaran akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni budaya adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan melalui kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menjadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal pada kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan pendidikan khususnya pendidikan di sekolah. Pembinaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dirinya dengan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian guru.

BAB I PENDAHULUAN. membangun sebuah peradaban suatu bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan. Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar siswa,

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkarya seni, setiap individu selalu ingin mengkomunikasikan karyanya kepada orang lain dan sekaligus memuaskan orang lain tersebut. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun juga orang lain. Seni yang merupakan hasil karya manusia dapat digunakan untuk menyatakan pengalaman estetisnya pada orang lain. Seni rupa merupakan hasil interpretasi dan tanggapan pengalaman manusia dalam bentuk visual. Seni rupa berperan dalam memenuhi tujuan-tujuan tertentu dalam kehidupan manusia maupun semata-mata memenuhi kebutuhan estetik. Karya seni rupa dapat menimbulkan berbagai kesan (indah, unik, atau kegetiran) serta memiliki kemampuan untuk membangkitkan pikiran dan perasaan. Dengan memahami makna tentang bentuk-bentuk seni rupa, akan diperoleh rasa kepuasan dan kesenangan. Seni rupa dapat dibedakan menjadi seni rupa murni, seni kriya, dan desain. Seni murni menekankan pada ungkapan pikiran dan perasaan, meliputi seni lukis, seni patung, dan seni grafis. Seni kriya menekankan pada keterampilan teknik pembuatan karya, dengan hasil berupa karya kriya fungsional. Seni kriya menggunakan berbagai teknik dan media tertentu, misalnya kriya kayu, kriya logam, dan kriya tekstil. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sumber utama pembelajaran. Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari siswa tidaklah mudah, karena guru dianggap menjadi sumber belajar yang paling benar. 1

2 Sehingga proses pembelajaran yang terjadi menempatkan siswa sebagai pendengar pasif. Akibatnya proses belajar mengajar berlangsung secara terus menerus seperti layaknya apa yang dapat dilihat sampai sekarang, agar tidak berlangsung secara konvensional dan ada perubahan paradigma proses pembelajaran. Pemecahan masalah pembelajaran, sesuai kondisi dilapangan memiliki dampak positif dan negatif. Dari semua upaya tersebut, guru merupakan kunci dan sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan, karena pada hakikatnya gurulah sebagai perancang pembelajaran anatara lain untuk merancang, mengatur mengarahkan, melatih dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Oleh karenanya secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif, prespektif dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Guru merupakan faktor penting dalam lingkungan belajar dan kehidupan siswa. Jadi peran guru tidak hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan, tetapi guru juga adalah rekan belajar, pembimbing, fasilitator dan mengubah kesuksesan siswa dalam mencapai prestasi belajar serata mendukung terjadi pemecatan belajar. Pentingnya peran guru dalam pendidikan tidak terlepas dari kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan mengajar menerapkan metode pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran mendisain motivasi yang tepat terhadap pembelajaran hasil yang maksimal. Berkenaan dengan pendekatan pembelajaran yang masih konvensional, dimana guru selalu mendominasi perserta didik, guru menjadi pelaku tunggal

3 sehingga keterlibatan perserta didik dalam proses pembelajaran sangat kurang. Guru cenderung memberikan untuk memindahkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa sehingga konsep-konsep, prinsip-prinsip, aturan-aturan dalam pembelajaran tersebut kurang bermakna. Oleh karena itu guru hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan kegiatan diskusi, kerja kelompok, melakukan permainan atau kegiatan laboratorium serta karya wisata. Berdasarkan kondisi demikian, maka perlu dikembangkan model pembelajaran untuk mengatasi masalah-masalah tersebut yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, salah satunya yaitu dengan menerapkan pembelajaran konstruktivisme atau (construktivisme theories of learning). Sehubungan dengan keberhasilan proses pembelajaran seni rupa dapat diukur dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta hasil belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi yang didapatkan melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui seni, dan belajar tentang seni. Hasil belajar siswa akan mencapai hasil yang memuaskan dengan memberikan salah satu kegiatan untuk pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi melalui berkreasi sketsa. Namun demikian karena kurang memahami mengenai materi dan kurang serius dalam menjalani proses pembelajaran sketsa, hasil belajar yang dicapai siswa rata-rata dikategorikan masih rendah dan masih jauh dari harapan yang dikehendaki, sehingga fungsi sketsa sebagai media berekspresi untuk meningkatakan hasil belajar seni rupa tidak terpenuhi. Berkaitan dengan hal tersebut, ditemukan keragaman beberapa masalah antara lain: (a) aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajarn menggambar sketsa masih rendah, (b) para siswa kurang mengajukan pertayaan, walaupun guru memotivasi

4 melalui pertayaan pemahaman supaya siswa bertanya jika ada hal-hal belum jelas atau kurang dipahami, (c) para siswa kurang sering mengerjakan latihan menggambar sketsa yang ditugaskan oleh guru, (d) rendahnya kemauan siswa untuk mengajarkan tugas sketsa yang ditugaskan guru, baik dikelas maupun tugas dirumah. Selanjutnya aktifitas siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Salah satunya kegiatan pembelajaran yang menekankan berbagai kegiatan tindakan adalah mengunakan pendekatan tertentu dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan kondidsi dilapangan saat ini menunjukan bahwa masih diberlakukannya cara pendekatan konvensional yang dipandang kurang efektif dari cenderung menimbulkan kejenuhan siswa dalam belajar sketsa. Inilah salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar sketsa siswa. Dari penjelasan diatas, untuk menerapkan pendekatan dalam pembelajaran, guru harus berpikir dan berprilaku dengan berperan memfasilitasi dengan berbagai media dan bersosialisasi dengan media lingkungan yang diterapkan didalam atau diluar kelas. Melalui model pembelajaran konstruktivisme memberikan peluang kepada siswa untuk menggunakan waktu, tempat lain bahkan suasana yang disukai dalam belajar. Diharapkan melalui penerapan model pembelajaran konstruktivisme, siswa akhirnya dapat menemukan hal yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran seni rupa dan memahami berbagai konsep yang tidak dituntaskan oleh guru, tetapi lewat serangkaian proses diskusi yang dilakukan bersama. Proses pembelajaran yang dilakukan pada mata pelajaran ini adalah belajar teori gambar

5 teknik yang disampaikan dengan metode ceramah disertai tanya jawab dan praktik menggambar dengan secara manual yang didemonstrasikan langsung oleh guru. Praktik menggambar secara manual tersebut dilakukan sebagai upaya guru untuk mempermudah siswa dalam memahami hasil menggambar sketsa. Proses pembelajaran tersebut sudah berjalan cukup baik, namun ada beberapa hal yang belum sesuai dengan yang diharapkan terutama mengenai pencapaian hasil belajar siswa. dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yang belum tercapai sedangkan proses pembelajaran cenderung masih terfokus pada guru dan kurang terfokus pada siswa. Selain itu, siswa yang kurang aktif hanya menerima pengetahuan yang datang dari guru saja tanpa berusaha untuk menggali informasi dari sumber belajar yang lain, melihat situasi di atas maka perlu diterapkan suatu metode pembelajaran yang dapat melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh, sehingga keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkat. Berdasarkan latar observasi diperoleh kenyataan bahwa hanya terdapat 20% siswa aktif, 40% siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru kelas X IPS 1 SMA Negeri 10 Medan T.A 2014/2015 yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa masih belum terampil menggambar, dan rasa ingin tahu dan tanggung jawab siswa masih kurang Mengingatkan permasalahan di atas, peneliti merasa perlunya pemecahan masalah yang telah terjadi. Model pembelajaran konstriktuvisme diharapkan dapat menjadi solusi dalam permasalahan ini. Metode pembelajaran yang diawali pemecahan masalah mempunyai beberapa kemungkinan jawaban dapat membuka

6 pemikiran dan pengetahuan yang dimiliki. Metode ini juga sesuai dengan pendekatan scientifik. Pembelajaran yang dimulai dengan permasalahan yang harus dipecahkan menuntut siswa untuk menggali informasi melalui kegiatan pengamatan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatakan Hasil Belajar Sketsa Melalui Model Pembelajaran Konstruktuvisme Bagi Siswa Kelas X IPS 1 SMA Negeri 10 Medan B. Identitifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, terdapat sejumlah masalah yang muncul. Adapun identifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah. 1. Kurangnya seriusnya siswa belajar sketsa yang berdampak pada hasil belajar yang kurang baik. 2. Aktivitas siswa masih rendah. 3. Metode yang digunakan guru ekspositorik belum mampu meningkatkan kemampuan menggambar sketsa 4. Tahapan-tahapan menggambar belum pernah diterapkan di SMA Negeri 10 Medan. 5. Kecendrungan siswa bosan dalam belajar menggambar sketsa. C. Pembatasan Masalah Suatu masalah dalam penelitian harus lah spesifik karena penelitian akan menemui kesulitan dalam melakukan penelitian apabila masalah yang ditelitinya

7 terlalu luas, untuk itulah dalam suatu penelitian batasan masalah perlu dikemukakan. Dalam penelitian ini masalah pada penggunaan model pembelajaran konstruktivisme untuk meninggkatkan hasil belajar sketsa yang sebagai objek karyanya membuat gambar secara proporsional berbagai arah pandang, pada kelas X TP. 2014/2015 SMA Medan. Karya sketsa dibuat di atas kertas gambar A4 Dengan menggunakan alat tertentu yang perlu digunakan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Seberapa besarkah kemampuan menganalisis pembelajaran sketsa sesudah menerapkan model pembelajaran konstruktivisme peristiwa pembalajaran siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 10 Medan TP. 2014/2015? 2. Adakah perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diajar menerapkan model pembelajaran konstruktivisme peristiwa pembalajaran siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 10 Medan TP. 2014/2015? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran konstruktivisme bagi siswa dalam belajar sketsa dengan meyampaikan ide, pendapat, gagasan dan pertayaan.

8 3. Untuk memberikan keleluasan siswa dapat berkerja secara mandiri maupun berkelompok serta mampu mempertanggung jawabkan segala tugas individu maupun kelompok. 4. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam pengunaan media pembelajaran. 5. Untuk meningkatkan keberanian siswa dalam praktek membuat karya sketsa. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Sebagai suatu bentuk manfaat bagi siswa untuk meninggkatkan kemampuan menganalisis pembelajaran belajar sketsa. 2. Dapat menjadi bahan masukan bagi Guru Seni Rupa untuk mengetahui kendala yang dialami siswa dalam kegiatan menganalisis pembelajaran belajar sketsa. 3. Sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan untuk penelitian lanjutan.