BAB I PENDAHULUAN. pengambil keputusan dalam pemerintahan di era reformasi ini. Pemerintah telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun BPK merupakan suatu lembaga negara yang bebas dan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. fungsi-fungsi tersebut. Sebagaimana lembaga legislatif DPRD berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar Sedangkan inti

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR :19 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB I PENDAHULUAN. pembaruan dan perubahan untuk menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH NOMOR 31 TAHUN 2011

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. komponen bangsa. Hal tersebut merupakan upaya untuk mewujudkan tujuan

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2007 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. pusat atau disebut pemerintah dan sistem pemerintahan daerah. Dalam praktik

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan akuntanbilitas dan transparansi Jufri (2012). Akan tetapi dalam

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. otonom (locale rechtgemeenschappen) yang pembentukannya ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2007 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan baik berupa Undang-Undang (UU) maupun

BAB I PENDAHULUAN. berpolitik di Indonesia baik secara nasional maupun regional. Salah satu agenda

BAB I. Kebijakan otonomi daerah, telah diletakkan dasar-dasarnya sejak jauh. lamban. Setelah terjadinya reformasi yang disertai pula oleh gelombang

BAB I PENDAHULUAN. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewan melainkan juga dipengaruhi latar belakang pendidikan dewan,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG

PELAKSANAAN PENGAWASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KOTA PADANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan

PERATURAN BUPATI MALUKU TENGAH NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah saat ini sedang mengupayakan peningkatan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentang Otonomi Daerah, yang dimulai dilaksanakan secara efektif

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

reformasi yang didasarkan pada Ketetapan MPR Nomor/XV/MPR/1998 berarti pada ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 menjadi dasar pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 51 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI LOMBOK TENGAH

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. khususya di tingkat Pemerintah Daerah. Korupsi sebenarnya termasuk salah

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 1 TAHUN 2005 T E N T A N G KEDUDUKAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DPRD KOTA PEKANBARU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai awal dalam rangkaian penelitian ini, pada bab I menjelaskan latar

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah yang baik (good local governace) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, lahir dari perjuangan

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 16 TAHUN 2001 T E N T A N G KEDUDUKAN KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG DANA BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH BAGI DESA DAN ALOKASI DANA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PENINGKATAN KUALITAS PERAN DAN FUNGSI PENGAWASAN ANGGOTA DPRD

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan daerah akhir

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan gerak yang tidak dapat dibendung akibat sistem penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 16 TAHUN 2001 T E N T A N G KEDUDUKAN KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. direalisasikan melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

BAB II LANDASAN TEORI

SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAKPRIVATE NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia telah bergulir selama lebih dari satu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pengaruh yang cukup luas pada tata kehidupan masyarakat, baik secara nasional

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

- 1 - BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG. NOMOR : 01 TAHUN 2014 kk TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pengelolaan anggaran daerah telah menjadi perhatian utama bagi para pengambil keputusan dalam pemerintahan di era reformasi ini. Pemerintah telah melakukan perubahan penting dan mendasar yang dimaksudkan untuk mengakomodasikan berbagai tuntutan dan aspirasi yang berkembang di daerah dan masyarakat. Pemberlakuan Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diharapkan membawa perubahan fundamental dalam hubungan tata pemerintahan. Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan salah satu landasan yuridis bagi perkembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam penjelasan undang-undang ini disebutkan bahwa pengembangan otonomi pada daerah kabupaten dan kota diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Otonomi yang diberikan kepada kabupaten dan kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah serta proporsional, artinya pelimpahan tanggung jawab akan diikuti oleh pengaturan pembagian pemanfaatan dari sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Kewenangan pemerintah daerah otonom menyangkut berbagai aspek pemberian layanan kepada masyarakat daerah. Pelayanan tersebut dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang merupakan cerminan kondisi keuangan suatu daerah. Pada hakekatnya APBD merupakan perwujudan amanat rakyat kepada pemerintah melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan pelayanan kepada masyarakat. Peran APBD dalam penentuan arah dan kebijakan Pemerintah Daerah, tidak terlepas dari kemampuan APBD dalam mencapai tujuan Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara pelayanan publik. Oleh karena itu Pemerintah Daerah perlu memperhatikan bahwa pada hakekatnya APBD merupakan perwujudan amanat rakyat kepada pihak eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat dalam batas otonomi daerah yang dimilikinya. Dalam pelaksanaannya agar tidak terjadi penyimpangan dan penyelewengan diperlukan adanya pengawasan yang kuat. DPRD sebagai wakil rakyat mempunyai wewenang dalam pengawasan terhadap APBD. Hal ini tercantum dalam pasal 42 ayat (1) huruf c Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa: DPRD mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap Perda dan Peraturan Perundang-undangan lainnya, Peraturan Kepala Daerah, APBD, Kebijakan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama internasional di daerah. Dari pasal tersebut dapat dikemukakan bahwa salah satu tugas dan wewenang DPRD adalah melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan APBD. Tugas dan wewenang tersebut merupakan salah satu dari tiga fungsi DPRD dalam sistem pemerintahan daerah yakni masuk dalam fungsi pengawasan. Pengawasan adalah salah satu pilar terpenting dalam proses bernegara. Fungsi pengawasan dilaksanakan untuk menjamin terwujud dan efektifnya kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan. Pada era otonomi daerah, pelaksanaan fungsi pengawasan oleh DPRD menjadi kian penting, karena pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengelola berbagai urusan dan kebijakan di tingkat daerah. Pada dasarnya, jika pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, DPRD dapat melaksanakan fungsi pengawasan secara minimal. Tetapi jika dalam pelaksanaan banyak terjadi penyimpangan, maka pelaksanaan fungsi ini harus

maksimal. Akan tetapi berbagai kasus yang terjadi dilingkungan DPRD belakangan ini mengindikasikan bahwa kredibilitas DPRD sebagai lembaga pengawasan politik diragukan. Salah satu penyebab utamanya adalah bahwa banyak kelompok dalam DPRD sendiri belum mampu melaksanakan tata pemerintahan yang baik dan demokratis. Singkatnya, jika DPRD tidak dapat menjadikan dirinya sebagai lembaga yang bersih dan berwibawa, maka fungsi pengawasan akan cenderung tidak efektif dan sekedar menjadi alat politik kepentingan. Contoh yang bisa dilihat adalah kasus korupsi yang banyak dilakukan oleh DPRD. Hal ini menunjukkan jika anggota DPRD tidak melaksanakan tata pemerintahan yang baik dan demokratis. Selain itu dengan maraknya kasus korupsi dikalangan DPRD membuat kepercayaan masyarakat berkurang. Pengawasan oleh DPRD terhadap APBD, dimana APBD merupakan wajah pemerintahan dalam waktu 1 tahun yang didalammya berkaitan erat dengan kepentingan rakyat, sudah harus dilaksanakan sejak tahap perencanaan, tidak hanya pada tahap pelaksanaan dan pelaporan saja sebagaimana yang terjadi selama ini. Hal ini penting karena dalam era otonomi, DPRD memiliki kewenangan untuk menentukan arah dan kebijakan umum APBD. Apabila DPRD lemah dalam tahap perencanaan (penentuan arah dan kebijakan umum APBD) maka dikhawatirkan pada tahap pelaksanaan akan banyak mengalami penyimpangan. Akan tetapi ada yang harus dipahami oleh anggota DPRD bahwa pengawasan terhadap APBD adalah pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan (policy) yang telah digariskan, bukan merupakan pemeriksaan. Pengawasan terhadap APBD akan efektif jika seluruh anggota DPRD betulbetul menempatkan diri sebagai pengawas sesuai dengan fungsi DPRD. Fungsi pengawasan APBD oleh DPRD akan semakin efektif jika masyarakat memberi

dukungan dalam hal informasi dan data penyimpangan pelaksanaan APBD di lapangan. Berdasarkan data empirik dari Indonesia Corruption Watch (ICW), melaporkan dugaan korupsi keuangan daerah yang diduga dilakukan oleh Bupati Merauke, Papua, Johanes Gluba gebze kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), memperkirakan kerugian Negara akibat dugaan korupsi itu mencapai sedikitnya Rp 42 miliar. Secara rinci perhitungan kerugian Negara itu dihitung dari buruknya pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2006 sampai 2008, berupa pemborosan tunjangan operasional sebesar Rp 6,48 miliar dan penyelewengan APBD mencapai Rp 37,27 miliar. Perincian tersebut pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Merauke tidak dikelola dengan baik. Hal itu ditunjukan dalam pemborosan berupa tunjangan operasional atau honor kepada Bupati dan Wakil Bupati yang besarnya bisa mencapai Rp 1,14 miliar pada 2008. Setiap tahunnya, menurut ICW, Bupati dan Wakil Bupati menerima berbagai tunjangan, antara lain tambahan penghasilan PNS, honor koordinator pengelola keuangan, dan mobil operasional. Data ICW menyebutkan, nilai berbagai tunjangan itu bervariasi antara Rp7,5 juta sampai Rp400 juta.pemborosan dan penyelewengan keuangan daerah itu dibebankan kepada APBD Kabupaten Merauke yang sebagian bersumber dari pemerintah pusat berupa Dana Otonomi Khusus, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil.

Tabel 1 Daftar Penyalagunaan Dana APBD Kabupaten Merauke ( 2006 2010 ) No Korupsi Dana APBD Sumber Jumlah Tahun Kabupaten Merauke 1 Berupa tunjangan operasional Indonesia Corruption Rp 6,46 Miliard Watch [ Wakil 2006 2008 Koordinator Danang Widoyoko] 2 Pos Bantuan Sosial DPRD Kabupaten Merauke [ Kusmanto Rp 90 Miliard 2009 S.H ] 3 Pembelian Kapal Tim Devisi Invetigasi ICW dan Pemda 4 Dana pendidikan, Kesehatan, Anggota DPRD Ekonomi Kerakyatan, dan [ Moses Yeremias Kaibu Infrastruktur dasar. ] 5 Potensi Kerugian Daerah sbb : Tunggakan PT. PM atas sewa kapal kepada Pemda Merauke Adanya Mark Down pembayaran DBH Pembayaran tunjangan perumahan pimpinan dan Anggota DPRD Sumber : Olahan Data Primer, 2006 2010 Devisi Investigsi ICW [ audit BPK ] Rp 17,46 Miliard 2005 2008 Rp 13 Miliard 2010 Rp 7,42 Miliard Rp 493,8 juta Rp 140,94 juta 2007 Fenomena menunjukkan bahwa tidak berjalannya fungsi kontrol/pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Merauke, sebagaimana fungsi dan tugas DPRD yang diatur dalam Undang undang no 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun Undang undang No 22 tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi dan Kabupaten/ Kota menuju Pemerintahan yang baik. Agar pengelolaan anggaran daerah yang tertuang dalam APBD benar-benar sesuai dengan kebutuhan daerah, DPRD dapat melakukan pengawasan kebijakan dari perencanaan sampai pelaksanaan dan evaluasi. Menyangkut fungsi pelaksanaan pengawasan, DPRD belum menunjukan kinerja yang diharapkan. Hal ini tercermin pada semakin tinggi tingkat KKN dalam era otonomi daerah maupun beberapa peraturan perundang-undangan seperti undang-

undang no 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik pasal 22 huruf ( e ) pelayanan dasar pendidikan, ( f ) pelayanan kesehatan, ( h ) sistim jaminan sosial dan undangundang no 32 tahun 2004 tentang sistim pemerintahan daerah pasal 22 huruf ( a ) membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi diri, anggota keluarga, kroni, golongan tertentu atau kelompok politiknya yang bertentangan dengan UU, merugikan kepentingan umum, dan meresahkan sekelompok masyarakat lain. yang tidak dilaksanakan secara konsukuen dan konsisten oleh pemerintah Daerah. Menurut Aldefer (1963) bahwa pemerintahan daerah yang efektif, harus dilihat dalam konteks adanya lembaga legislatif yang efektif, oleh karena itu lembaga legislatif harus diberdayakan dalam upaya menjalankan fungsi-fungsi utamanya. Pemberdayaan DPRD adalah bagian integral dari pemerintahan yang akuntabel dan akseptabel. Pemberdayaan juga merupakan upaya menciptakan pemerintahan yang responsive terhadap tuntutan dan pertanggungjawaban terhadap masyarakat. Pemberdayaan dimaksudkan di sini adalah memberikan hak-hak dan kewajiban kepada lembaga DPRD berdasarkan pertimbangan rasional dan normatif untuk menjalankan fungsinya. DPRD pada hakekatnya merupakan organ pemerintah di tingkat lokal yang mengemban harapan rakyat untuk berperan sebagai representasi dan agen perumusan agenda kepentingan rakyat melalui proses perumusan kebijakan publik dan pengawasan terhadap pemerintah Daerah. Demikian pula halnya terhadap penyelenggaraan peranan DPRD Kabupaten Merauke dalam hal ini di bidang Pengawasan terhadap pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) perlu dilaksanakan secara optimal. Sehingga apa yang diinginkan oleh masyarakat dalam rangka terwujudnya penyelenggaaraaan pemerintahan Good Governance di era

Otonomi daerah dapat diwujudkan Atas Dasar uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) TERHADAP PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN MERAUKE. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah diatas, permasalahan yang dikemukan dalam tesis ini yakni : 1. Bagaimana Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPRD terhadap APBD Kabupaten Merauke? 2. Hambatan-hambatan apa saja yang dialami DPRD Kabupaten Merauke dalam Melaksanakan Fungsi Pengawasan Terhadap Pengelolaan APBD Tersebut Serta Bagaimana Upaya Untuk Mengatasi Hambatan Tersebut? 3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terhadap Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Merauke. 2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami oleh DPRD Kabupaten Merauke dalam melaksanakan fungsi tersebut serta solusi untuk mengatasi hambatan tersebut.

4. Kegunaan / Manfaat Penelitian Bahwa hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan nilai dan hasil guna bagi semua pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan Manejemen Administrasi Publik, khususnya pengakajian pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD terhadap pengelolaan APBD terhadap serta hambatan dan solusi untuk mengatasinya. 2. Manfaat praktis a. Bagi DPRD, sebagai gambaran umum dalam menjalankan fungsi pengawasannya, terutama terhadap pelaksanaan APBD. b. Bagi Pemerintah Daerah, sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. c. Bagi Masyarakat, sebagai tambahan informasi dan pengetahuan mengenai pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD terhadap APBD.