BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah [ sic! sic!

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTHETIC (VAK) DENGAN MULTIMEDIA DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PADA SISWA KELAS V SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tempat untuk mengembangkan dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan menuntut tersedianya sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga. mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional.

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peran penting pada kehidupan saat ini, apabila

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL. Rahmatiah SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, pendidik harus memiliki strategi agar siswa dapat mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu memecahkan masalah (problem solving), penalaran dan bukti

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam hidup membutuhkan pendidikan, karena kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Seperti halnya yang tercantum pada Undang-undang No. 20 Tahun Sejalan dengan pernyataan di atas, Munib (Daryanto, 2004: 34)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan setiap individu menjadi warga negara yang berkepribadian

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

2016 PENERAPAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Syamsuddin Abin (2007, h. 22) mengatakan bahwa pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejarlah ilmu sampai ke negeri Cina. Peribahasa yang sering terdengar ini menjelaskan bahwa pendidikan adalah hal yang penting hingga dituntut untuk mencari ilmu ke negera lain. Munib menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang orang [sic!] yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi siswa agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Daryanto, 2013: 1). Pendidikan di masa kini sangat diperlukan oleh siapa pun karena sangat membantu menghadapi persoalan yang semakin kompleks. Salah satu tolok ukur kemajuan suatu negara ditentukan melalui kualitas pendidikannya. Mengingat semakin sengitnya persaingan global yang terjadi saat ini, stakeholder pendidikan Indonesia harus berusaha keras meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan Indonesia. Tujuan pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 (Sanjaya, 2009: 65) menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya [sic!] potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan tujuan nasional tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia memiliki dua tujuan pokok yaitu pendidikan sebagai upaya mencerdaskan dan pendidikan sebagai upaya membentuk watak manusia. Dengan demikian output pendidikan di Indonesia diharapkan dapat menciptakan manusia cerdas dan berkarakter. Upaya peningkatan kualitas pendidikan yang sudah dilakukan oleh stakeholder pendidikan Indonesia masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Fakta ini dapat dilihat dari peringkat Indonesia berdasarkan laporan dari Organisation for Economic Cooperation (OECD) yang merilis daftar kualitas 1

2 pendidikan negara anggota organisasi tersebut. Indonesia berada di urutan 69 dari 76 negara. Kecerdasan siswa jika diukur melalui ujian atau pun ulangan hasilnya belum sesuai harapan. Hal ini diperkuat dengan hasil ujian nasional yang menunjukkan nilai yang rendah. Selain fakta tersebut, belum memuaskannya kualitas pendidikan dapat terlihat dari karakter siswa yang semakin lama bertambah buruk. Kasus-kasus seperti perkelahian, tawuran, pelecehan seksual, dan sikap egois siswa sering dijumpai akhir-akhir ini. Permasalahan-permasalahan seputar pendidikan ini jika tidak diatasi dengan cepat dapat memperburuk kualitas pendidikan di Indonesia sehingga akan semakin sulit negara Indonesia untuk maju. Kebijakan pemerintah saat ini dirasa cukup sesuai dengan kebutuhan Indonesia, walaupun masih terdapat kekurangan. Sama halnya dengan kinerja stakeholder lain yang belum memuaskan. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja keras dari stakeholder pendidikan di Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan porsinya masing-masing. Kualitas pendidikan yang meningkat ditandai dengan peningkatan keterampilan subjek utama pendidikan yaitu siswa. Dengan menguasai keterampilan yang ada, siswa dapat berkembang dan menghadapi permasalahan. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa ialah keterampilan menyimak. Tujuan menyimak salah satunya ialah menyimak untuk mengumpulkan data agar saya dapat membuat keputusan-keputusan yang masuk akal (Tarigan, 2008: 59). Keterampilan siswa harus ditanamkan sejak usia dini hingga setiap jenjang pendidikan. Jenjang pendidikan di Indonesia meliputi TK, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Jenjang sekolah dasar (SD) pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi siswa usia 6 12 tahun. Jenjang ini merupakan masa terbaik untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia karena siswa pada usia sekolah dasar; aspek afektif, kognitif, maupun psikomotornya mulai berkembang. Jika keterampilan siswa sekolah dasar dalam menyimak bagus, maka siswa mampu mendapatkan informasi yang faktual. Banyaknya isu yang belum tentu kebenarannya saat ini salah satunya disebabkan oleh keterampilan menyimak seseorang yang kurang terlatih dan penyimak yang

3 belum bisa menafsirkan informasi dengan benar. Isu yang masih ambigu itu dapat merugikan berbagai pihak dan bukan tidak mungkin merugikan negara kelak. Mengasah keterampilan siswa dalam menyimak membutuhkan latihan yang dapat ditempa melalui pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, kualitas guru, serta materi pembelajaran yang disampaikan sangat diperlukan agar pembelajaran dapat bermakna dan berlangsung efektif. Suasana pembelajaran yang efektif dapat tercipta apabila kualitas guru sebagai pengajar mampu menggunakan model maupun media pembelajaran yang sesuai dan inovatif. Hal ini sejalan dengan salah satu karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diterapkan saat ini yaitu menghendaki penyampaian pembelajaran menggunakan pendekatan dan strategi pembelajaran yang bervariasi. Oleh sebab itu, seyogianya setiap guru harus mampu memilih model maupun media pembelajaran yang menarik, relevan, serta membuat siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat diperoleh proses dan hasil belajar yang meningkat. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti di kelas V SD Negeri 1 Kalijirek pada Selasa, 17 November 2015, belum terdapat model dan media yang bervariasi dalam penyampaian materi tentang menyimak cerita Anak Durhaka. Model yang diterapkan guru dalam pembelajaran ialah cooperative learning yang dipadukan dengan metode mendongeng, tanya jawab, dan ceramah. Sedangkan media yang digunakan hanya menggunakan teks cerita. Hal ini mengakibatkan terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dan antusias. Menurut pendapat guru banyak siswa yang sebenarnya belum mampu untuk menyimak sesuai dengan indikator yang ditentukan, namun guru memberikan nilai minimal sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan sekolah yakni 65 dengan syarat siswa sudah terlibat dalam pembelajaran. Kondisi tersebut berdampak pada kurang berkembangnya kemampuan menyimak cerita siswa. Saat penilaian, terdapat siswa yang belum tuntas sejumlah 10 dari 21 siswa, ini berarti 47,6% siswa belum mampu menguasai keterampilan menyimak dengan baik. Penilaian hasil akhir pembelajaran Bahasa Indonesia tentang menyimak cerita berupa lima pertanyaan meliputi tokoh, perwatakan, latar, isi cerita, dan pelajaran

4 yang didapat dari cerita tersebut. Lebih dari itu, kemampuan siswa kelas V menurut Tarigan (2008: 65) dalam menyimak seharusnya dapat menyampaikan isi cerita di depan kelas dengan baik. Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan belum terdapat siswa yang mau mencobanya di depan kelas. Selain fakta tersebut, berdasarkan hasil nilai ujian tengah semester (UTS) ganjil siswa kelas V mata pelajaran Bahasa Indonesia, masih terdapat siswa yang belum memenuhi nilai minimal KKM. Nilai tertinggi ujian tengah semester yang diperoleh siswa 90, sedangkan nilai terendah yang diperoleh yaitu 41. Terdapat 6 siswa yang tidak tuntas dari 21 siswa yang berarti terdapat 28,6% siswa belum mampu menguasai materi Bahasa Indonesia dengan baik. Beberapa siswa yang sudah tuntas nilainya masih kurang memuaskan. Rata-rata nilai UTS siswa kelas V mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 68,5. Hal tersebut dirasa kurang mengingat pentingnya pelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam keterampilan menyimak. Banyak hal yang membuat siswa tidak maksimal dalam mengikuti pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar, faktor motivasi dan sikap siswa sangat berpengaruh untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Sikap siswa dan motivasi yang baik dapat diciptakan melalui penerapan model dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi keterampilan menyimak. Salah satu model yang sesuai dengan materi keterampilan menyimak siswa ialah visualization, auditory, kineshtetic (VAK). Model belajar VAK memadukan tiga modalitas yang digunakan dalam pembelajaran. Ketiga modalitas yang dimaksud ialah mengingat, mendengar dan bergerak. Karakteristik siswa dalam belajar berbeda-beda. Terdapat siswa yang mudah belajar jika dengan mengingat saja, mendengar saja, mengalaminya secara langsung dan ada pula yang mengkombinasikan ketiga modalitas tersebut. Untuk itu, model pembelajaran ini dirasa dapat memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran lebih baik lagi. Model pembelajaran VAK memberikan kesempatan siswa untuk belajar langsung menggunakan modalitas yang dimilikinya sehingga mendapatkan pemahaman dan pembelajaran yang lebih bermakna. Selain penerapan model yang inovatif dalam kegiatan pembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran juga tidak kalah penting. Media pembelajaran

5 digunakan sebagai sarana atau alat untuk menyampaikan materi. Media yang digunakan dalam setiap pembelajaran tentunya berbeda-beda sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dalam kegiatan menyimak cerita, multimedia dirasa sesuai dengan materi yang disampaikan. Multimedia yang nantinya digunakan dalam pembelajaran keterampilan menyimak cerita berupa video pembelajaran, power point, dan permainan. Siswa zaman sekarang lebih tertarik menggunakan alat elektronik dan bermain karena siswa pada umumnya menyukai perangsang berupa audiovisual yang dapat menarik minat siswa untuk lebih mendalami materi tersebut. Siswa yang sudah berminat dalam pembelajaran tentu akan meningkat konsentrasinya dan akan lebih aktif dalam pembelajaran. Perpaduan model VAK dan multimedia dalam pembelajaran materi cerita akan menjembatani siswa dalam mengasah keterampilan menyimak. Siswa yang sebelumnya menerima pembelajaran tentang menyimak cerita melalui model dan media yang kurang sesuai dengan karakternya dapat lebih tertarik dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran setelah model VAK dan multimedia diterapkan dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan model VAK dapat menunjang siswa dalam belajar yang bervariasi cara belajarnya dan multimedia yang menarik minat belajar siswa. Perpaduan keduanya dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna. Jika pembelajaran bagi siswa dapat mempunyai arti penting dalam pikiran mereka, maka materi yang disampaikan akan lebih mudah diterima. Berdasarkan uraian di atas, diharapkan keterampilan menyimak siswa dapat meningkat sehingga peneliti melakukan penelitian tindakan kelas secara kolaboratif bersama guru kelas V dengan judul Penerapan Model Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) dengan Multimedia dalam Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Kalijirek Tahun Ajaran 2015/2016.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya serta untuk memfokuskan kegiatan penelitian, maka perlu disusun rumusan masalah penelitian yang dilakukan. Rumusan masalah yang disusun dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana langkah-langkah penerapan model visualization, auditory, kinesthetic (VAK) dengan multimedia dalam peningkatan keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kalijirek tahun ajaran 2015/2016? 2. Apakah penerapan model visualization, auditory, kinesthetic (VAK) dengan multimedia dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kalijirek tahun ajaran 2015/2016? 3. Apa kendala dan solusi penerapan model visualization, auditory, kinesthetic (VAK) dengan multimedia dalam peningkatan keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kalijirek tahun ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Kalijirek tahun ajaran 2015/2016. Sedangkan secara khusus, pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan model visualization, auditory, kinesthetic (VAK) dengan multimedia dalam peningkatan keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kalijirek tahun ajaran 2015/2016; 2. Meningkatkan keterampilan menyimak cerita kelas V SD Negeri 1 Kalijirek tahun ajaran 2015/2016 dengan menerapkan model visualization, auditory, kinesthetic (VAK) dengan multimedia; serta 3. Mendeskripsikan kendala dan solusi penerapan visualization, auditory, kinesthetic (VAK) dengan multimedia dalam peningkatan keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kalijirek tahun ajaran 2015/2016.

7 D. Manfaat Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang penerapan model visualization, auditory, kinesthetic (VAK) dengan multimedia khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia guna meningkatkan keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas V SD. 2. Manfaat Praktis Melalui penerapan model visualization, auditory, kinesthetic (VAK) dengan multimedia, dapat memberi manfaat praktis yang positif. a. Bagi Siswa Penerapan model visualization, auditory, kinesthetic (VAK) dengan multimedia, dapat meningkatkan motivasi, keaktifan dan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran serta meningkatkan keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas V SD. b. Bagi Guru Memberikan masukan untuk meningkatkan kreativitas mengajar serta menambah variasi penerapan model visualization, auditory, kinesthetic (VAK) dengan multimedia sehingga dapat memaksimalkan kinerja guru. c. Bagi Sekolah Meningkatkan perbaikan kualitas proses dan hasil belajar di sekolah terkait keterampilan siswa dalam menyimak cerita melalui penerapan model visualization, auditory, kinesthetic (VAK) dengan multimedia. d. Bagi Peneliti Menambah pengalaman dan pengetahuan dalam rangka mengkaji persoalan pendidikan yang ada di sekolah dasar khususnya tentang penerapan model visualization, auditory, kinesthetic (VAK) dengan multimedia dalam peningkatan kemampuan menyimak cerita pada siswa kelas V SD.