BAB I PENDAHULUAN. Di masa globalisasi ini, perkembangan pembangunan konstruksi semakin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Papua dibentuk berdasarkan Undang undang Nomor 12 Tahun 1969

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Untuk itu menghadapi. dibutuhkan agar berbagai urusan pemerintahan yang dilimpahkan

STUDI TENTANG PEMELIHARAAN BANGUNAN KAMPUS II GEDUNG THOMAS AQUINAS UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Keuangan daerah sebagaimana di atur dalam Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. Desentralisasi telah membawa tantangan besar bagi pemerintah daerah dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman, manusia terus berusaha memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit publik merupakan salah satu produk pelayanan kesehatan yang

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /UN40/HK//2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisasi, melalui proses manajemen planning, organizing, leading dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kualitas suatu bangunan dapat mengalami penurunan saat umur bangunan

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun1999 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia. ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, pemerintah daerah harus dapat melakukan optimalisasi sumbersumber. pemasukan yang potensial bagi kas daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Bagian Pendahuluan ini akan menguraikan rencana penelitian yang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom

BAB 1 PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pemerintah yang diharapkan dapat diperoleh manfaat ekonomi dan sosial pada masa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

BAB I PENDAHULUAN. Aset merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, organisasi, atau institusi

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang

SALINAN NO : 14 / LD/2009

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 19 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan khususnya dalam memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan otonomi daerah merupakan proses yang memerlukan

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA KAWASAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN BADUNG

BAB. I PENDAHULUAN. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa: Pengelolaan Barang Milik Daerah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. penyelenggaraan pemerintahan. Aset merupakan sumber daya ekonomi yang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 2 Tahun 2018 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

SALINAN BUPATI BULELENG, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 511 ayat (1),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/ DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

RAPERDA PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG

WALIKOTA PALANGKA RAYA

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PENGELOLAAN ASET DESA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PENUTUP. Kabupaten Bantul, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN UMUM PERMENDAGRI 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. seluruh Indonesia. Aset daerah merupakan sumber daya yang penting bagi

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah pemerintahan akan saling terkait fungsinya guna memperjuangkan

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Peralatan sebagai sarana pendukung bagi terselenggaranya aktifitas

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

2016, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peratura

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2009 NOMOR

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN KEMBALI BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi persepsi..., Inayah, FISIP UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah daerah sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah. Untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 3

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di masa globalisasi ini, perkembangan pembangunan konstruksi semakin meningkat karena banyak bangunan yang ada di sekitar. Suatu bangunan berfungsi untuk mendukung kegiatan atau sebagai prasarana bagi pemilik bangunan atau pengguna bangunan dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari secara optimal. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atu tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Bangunan yang dibangun tentunya juga harus mendapatkan pemeliharaan yang baik. Menurut The Committee on Building Maintenance, pemeliharaan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menjaga, memperbaharui dan juga memperbaiki semua fasilitas yang ada sebagai bagian dari suatu bangunan, baik fasilitas layanan maupun lingkungan sekitar bangunan agar tetap berada pada kondisi sesuai standar yang berlaku dan mempertahankan kegunaan serta nilai dari bangunan tersebut. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan bangunan beserta elemen didalamnya sangat penting dan perlu dilakukan setelah iv

bangunan tersebut dibangun dan dipergunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sehingga bangunan dapat memberikan kepuasan dan kenyamanan bagi penggunanya. Pemeliharaan gedung bertujuan untuk memastikan bahwa bangunan gedung mencapai performa fungsionalnya sesuai persyaratan dan keinginan pengguna. Gedung-gedung universitas seharusnya mampu memberi ruang-ruang yang dapat mendukung dan memfasilitasi kegiatan bekerja (Lateef, 2009 dalam Pringgodani, 2013). Oleh karena itu, pemeliharaan gedung sangat diperlukan agar fasilitas dan peralatan pada gedung tersebut dapat digunakan untuk mendukung seluruh aktivitas yang ada di dalamnya, termasuk salah satunya yaitu gedung universitas guna menunjang kelancaran dan kenyamanan proses pembelajaran. Kurangnya perhatian atau tidak sesuainya kegiatan pemeliharaan yang dilakukan menyebabkan suatu kondisi atau dampak negatif, yaitu menurunnya tingkat produktifitas kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pemilik atau pengguna bangunan sebagai akibat dari kurang terpeliharanya kondisi bangunan. Aset daerah merupakan salah satu sumber potensial penerimaan daerah. Oleh karena itu, daerah dituntut untuk membenahi sistem pengelolaan aset daerah dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sistem pengelolaan aset daerah harus berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, yang sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pedoman Penilaian Barang Daerah, dipertegas dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik v

Daerah. Aset daerah merupakan suatu potensi ekonomi dan sumber daya yang mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Pengelolaan aset yang baik dapat memberikan kontribusi bagi penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai sumber pendapatan sekaligus menunjang peran dan fungsi pemerintah daearah itu sendiri sebagai alat pelayanan publik. Sebagai objek penelitian Pemerintah Kota Palembang yang merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Selatan dengan batas-batas sebelah utara, timur dan barat berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Ogan Ilir dan Muara Enim. Dengan posisi geografis terletakpada 2 59 27.99 LS 104 45 24.24 BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah 358,55 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Kota Palembang dibagi ke dalam 16 Kecamatandan 107 Kelurahan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 (pasal 3 ayat (1) dan penjelasannya), pengelolaan barang milik negara/daerah dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas sebagai berikut : 1. Asas fungsional yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalahmasalah dibidang pengelolaan barang milik negara/daerah yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan gubernur/bupati/walikota sesuai fungsi, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing. 2. Asas kepastian hukum yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan. vi

3. Asas transparansi yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik negara/daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar. 4. Asas efisiensi yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah diarahkan agar barang milik negara/daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintah secara optimal. 5. Asas akuntabilitas yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik negara/daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat. 6. Asas kepastian nilai yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik negara/daerah serta penyusunan Neraca Pemerintah. Menurut Mardiasmo (2004:24) kebijakan pengelolaan aset daerah memiliki sasaran strategi yang harus dicapai, antara lain sebagai berikut. 1. Terwujudnya ketertiban administrasi mengenai kekayaan daerah, menyangkut inventarisasi tanah dan bangunan, sertifikasi kekayaan daerah, penghapusan dan penjualan aset daerah, sistem pelaporan kegiatan tukar menukar, hibah dan ruislag. 2. Terciptanya efisiensi dan efektivitas penggunaan aset daerah. 3. Pengamanan aset daerah. 4. Tersedianya data/ informasi yang akurat mengenai jumlah karyawan daerah. vii

Pelimpahan kewenangan pengelolaan aset daerah bukan hanya pemanfaatan/penggunaan dan pengoptimalannya saja, tetapi juga disertai dengan adanya tanggung jawab dalam pemeliharaan aset tersebut, sehingga keberadaan aset daerah mampu mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 pasal 35 ayat (1), pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas pemeliharaan barang milik negara/daerah yang ada dibawah penguasaannya. Peranan pemeliharaan dalam pengelolaan aset daerah sangat penting, selain menjaga kondisi secara fisik maupun fungsi, juga dapat meningkatkan nlai dari aset itu sendiri. Pemeliharaan tentunya memerlukan anggaran yang setiap tahun selalu dibahas dalam penyusunan Rencana Kerja Anggaran masing masing SKPD di Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Di Tahun anggaran 2016, dalam RKAP SKPD Dinas Kehutanan, program pemeliharaan rutin gedung kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan menghabiskan biaya sebesar Rp.150.000.000,-. Biaya ini seharusnya cukup digunakan untuk memelihara dan merawat 1 unit gedung seluas 2275 m 2 milik Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Tetapi pada kenyataannya, berdasarkan pengamatan di lapangan, tidak terlihat perawatan yang semestinya dilakukan, misalnya plafon plafon yang rusak, lantai yang pecah pada beberapa bagian gedung, serta dinding yang usang. Ini berarti pengelolaan Gedung milik Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tidak sesuai dengan asas-asas pengelolaan BMD dalam pasal 3 viii

ayat 1 PP No 6. Tahun 2006 serta dalam Permendagri No 17 tahun 2007 Pasal 4 ayat 1 dan 2 yang diperbarui dalam Permendagri No 19 tahun 2016. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian terkait analisis pemeliharaan gedung kantor telah banyak dilakukan dengan berbagai macam alat analisis yang digunakan. Penelitian yang berjudul Analisis Pemeliharaan Gedung Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan sepengetahuan peneliti, terkait objek yang diteliti belum pernah dilakukan dan baru pertama kali dilakukan oleh peneliti. Batara (2005) menganalisis sistem pengelolaan aset real property Pemerintah Daerah dengan cara mengukur seberapa penting faktor-faktor kunci pada manajemen aset real property bagi para pengelola aset, serta mengukur kualitas performance pengelolaan aset real property yang telah dilakukan. Alat yang digunakan untuk menganalisis data adalah importance performance analysis. Hasilnya, variabel dari faktor kunci keberhasilan manajemen aset real property, yaitu sikap positif dan komitmen dari top manajemen dari masingmasing unit satuan kerja terhadap pengelolaan aset bangunan memiliki tingkat arti penting tertinggi menurut penilaian responden. Taufiq (2007) menganalisis sistem pemeliharaan aset daerah berupa bangunan gedung kantor pemerintah dengan cara mengukur arti penting dan kualitas pelaksanaan faktor-faktor kunci pada pemeliharaan bangunan gedung kantor di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cirebon, dengan menggunakan importance-performance analysis, serta menganalisis penentuan pelaksana pemeliharaan melalui Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian ix

dengan importance-performance analysis menunjukkan bahwa faktor kunci pada pemeliharaan bangunan gedung kantor sudah memiliki arti penting yang tinggi dalam pandangan responden, tetapi dalam pelaksanaannya masih ada yang harus ditingkatkan. Analytical Hierarcy Process (AHP) menganalisis penentuan pelaksana pemeliharaan rutin bangunan gedung kantor. Hasil AHP menunjukkan bahwa pelaksana pemeliharaan harus memenuhi setiap kriteria yang telah ditentukan agar mampu melaksanakan pemeliharaan secara berhasilguna dan berdayaguna. Ainin dan Hisham (2008) melakukan survei kepuasan terhadap penggunaan sistem informasi pada sebuah perusahaan di Malaysia. Alat analisis yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja adalah analisis importance performance. Hasilnya ditemukan bahwa pengguna akhir cukup puas dengan kinerja sistem informasi perusahaan, keamanan data dianggap yang paling penting dalam sistem informasi, untuk mencapai hasil yang lebih baik departemen harus mengatasi kesenjangan antara kepentingan dan kinerja yang terjadi dalam memahami atribut sistem, dokumenter dan kesediaan sistem. Huzaifah (2010) meneliti tentang pemeliharaan Candi Borobudur. Dengan tujuan penelitian yaitu selain mengestimasi biaya pemeliharaan tahunan selama umur bangunan danjuga mengidentifikasi tingkat arti penting dan kinerja faktorfaktor keberhasilan pemeliharaan bangunan Candi Borobudur. Martha (2014) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan pemeliharaan bangunan Kampus II Gedung Thomas Aquinas Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Penelitian ini mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan x

Umum Nomor: 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung. Data penelitian didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada Bagian Pemeliharaan dengan jumlah responden sebanyak 22 orang, sedangkan untuk pengguna gedung dibagi menjadi pengguna langsung sebanyak 50 orang dan pengguna tidak langsung sebanyak 50 orang. Analisis data dilakukan dengan metode mean, standar deviasi, korelasi Spearman Rank dan uji t untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kegiatan pelaksanaan pemeliharaan dengan penilaian pengguna gedung Thomas Aquinas Universitas Atma Jaya Yogyakarta, juga untuk membandingkan pelaksanaan pemeliharaan dan penilaian pengguna antara gedung Thomas Aquinas Universitas Atma Jaya Yogyakarta dengan Apartement Cosmopolis Resort Surabaya. Penelitian ini berbeda dengan Batara (2005) yang melakukan penelitian tentang pengelolaan aset real property. Berbeda dengan Ainin dan Hisham (2008) melakukan survei kepuasan terhadap penggunaan sistem informasi pada sebuah perusahaan di Malaysia. Berbeda dengan Huzaifah (2010) yang meneliti tentang pemeliharaan Candi Borobudur. Berbeda dengan Triayu (2014), Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan pemeliharaan bangunan Kampus II Gedung Thomas Aquinas Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Ainin dan Hisham (2008) adalah alat analisis yang digunakan yaitu Importance Performance Analysis (IPA). Penelitian yang membahas tentang pemeliharaan gedung Kantor Dinas Kehutanan objek penelitian Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan belum pernah xi

dilakukan, sehingga untuk mendapatkan kejelasan atas kondisi dan permasalahan bangunan gedung kantor diperlukan penelitian sendiri. Berbeda dengan Taufiq (2007) penelitian ini tidak menganalisis penentuan pelaksana pemeliharaan gedung melalui Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP tidak digunakan karena analisis tersebut harus melibatkan para ahli atau pakar dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pemeliharaan gedung. Sedangkan dalam penelitian ini hanya menggunakan objek penelitian pada karyawan yang bekerja dan yang mengelola gedung tempat mereka bekerja. Sehingga analisis IPA lebih cocok digunakan dibandingkan dengan AHP. 1.3 Rumusan Masalah Dalam hal ini menunjukkan banyak kendala dalam pemeliharaan aset daerah khususnya di Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang pelaksanaannya belum maksimal, yang disebabkan belum teridentifikasinya pendekatan sistem yang tepat dalam pelaksanaan pemeliharaan gedung Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini mengacu pada fenomena-fenomena dalam mengidentifikasi pendekatan sistem yang tepat untuk pelaksanaan pemeliharaan aset daerah yang berupa bangunan gedung kantor yang dipergunakan dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Hal ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai dasar dalam pengambilan langkah-langkah yang strategis untuk dapat dituangkan ke dalam kebijakan pemerintah daerah. xii

1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat disusun pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut. 1. Sejauh mana tingkat arti penting pelaksanaan faktor-faktor kunci pemeliharaan aset gedung kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan? 2. Sejauh mana kinerja pelaksanaan faktor-faktor kunci pemeliharaan aset gedung kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. mengidentifikasi tingkat arti penting pelaksanaan faktor-faktor kunci pemeliharaan gedung kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan; 2. mengidentifikasi kinerja pelaksanaan faktor-faktor kunci pemeliharaan aset kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Menjadi sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah dalam menentukan konsep strategis peningkatan kinerja pemeliharaan aset daerah khususnya yang berupa bangunan gedung Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. xiii

2. Menjadi referensi atau bahan perbandingan dan menambah pemahaman dalam bidang ilmu manajemen khususnya manajemen aset pemerintah daerah, serta dapat dijadikan referensi untuk penelitian lain selanjutnya. 1.7 Sistematika Penulisan Penulis tesis ini disajikan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, yang memuat tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan maanfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori dan Kajian Pustaka menguraikan tentang landasan teori dan kajian terhadap penelitian terdahulu. Bab III Metode Penelitian yang memaparkan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode penyampelan, variabel yang digunakan dalam penelitian, definisi operasional, dan metode analisis data. Bab IV Analisis yang memuat tentang deskripi data, uji akurasi instrumen, hasil analisis data dan pembahasan.bab V Simpulan dan Saranyang memuat secara singkat mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang direkomendasikan sebagai masukan berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan selama penelitian. xiv